Jumat, 29 September 2023

Bu Dosen Dan Pembantunya

Kenangan indah bersama dosen dan pembantunya tiba-tiba terbersit, Sebatang pensil dimeja tiba-tiba menggerakkan tanganku untuk menuliskan Cerita Seks disini. Ku tulis kata-demi kata hingga aku merangakai keseluruhan cerita seks mengenai pengalamanku ngentot dengan ibu dosenku di diariku.Ku peluk buku itu setelah selesai mencoret-coret lembaran putihnya,ku isikan cerita ngentotku bersama dosenku.

Pada waktu ujian tengah semester di warnai rintikan hujan disepanjang jalan menemaniku menuju ketempat itu, saya dipanggil ke rumah dosen wanita yang masih agak muda, sekitar 24 tahun. body asyik di pandang mata,lurus sebahu rambutnya. Ia juga lulusan dari perguruan tinggi tersebut. Dipanggil ke rumahnya karena saya diminta untuk mengurus keperluan dia, karena dia akan ke luar kota. Malam harinya saya pun ke rumahnya sekitar jam 8 malam. Saat itu rumahnya hanya ada pembantu (yang juga masih muda dan cantik). Suaminya ketika itu belum pulang dari rapat di puncak.Otomatis kondisi rumah lagi sepi,hanya wanita-wanita tok penghuninya.

Saat saya membuka pintu rumahnya, saya agak terbelalak karena dia memakai gaun tidur yang tipis, sehingga terlihat payudara yang menyumbul keluar. Saat saya perhatikan, dia ternyata tidak memakai BH. Terlihat saat itu buah dadanya yang masih tegar berdiri, tidak turun. Putingnya juga terlihat besar dan kemerahan, sepertinya memiliki ukuran sekitar 36B.

Sewaktu saya sedang memperhatikan Dosen saya itu, saya kepergok oleh pembantunya yang ternyata dari tadi memperhatikan saya. Sesaat saya jadi gugup, tetapi kemudian pembantu itu malah mengedipkan matanya pada saya, dan selanjutnya ia memberikan minuman pada saya. Saat ia memberi minum, belahan dadanya jadi terlihat (karena pakaiannya agak pendek), dan sama seperti dosen saya ukurannya juga besar.

Kemudian dosen saya yang sudah duduk di depan saya berkata, (mungkin karena saya melihat belahan dada pembantu itu) “Kamu pingin ya “nyusu” sama buah dada yang sintal..?”
Saya pun tergagap dan menjawab, “Ah… enggak kok Bu..!”
Lalu dia bilang, “Nggak papa kok kalo kamu pingin.., Ibu juga bersedia nyusuin kamu.”
Mungkin karena ia saya anggap bercanda, saya bilang saja, “Oh.., boleh juga tuh Bu..!”

Tanpa diduga, ia pun mengajak saya masuk ke ruang kerjanya.
Saat kami masuk, ia berkata, “Richard, tolong liatin ada apaan sih nih di punggung Ibu..!”
Kemudian saya menurut saja, saya lihat punggungnya. Karena tidak ada apa-apa, saya bilang, “Nggak ada apa-apa kok Bu..!”
Tetapi tanpa disangka, ia malah membuka semua gaun tidurnya, dengan tetap membelakangiku. Saya lihat punggungnya yang begitu mulus dan putih. Kemudian ia menarik tangan saya ke payudaranya, oh sungguh kenyal dan besar. Kemudian saya merayap ke putingnya, dan benar perkiraan saya, putingnya besar dam masih keras.

Kemudian ia membalikkan tubuhnya, ia tersenyum sambil membuka celana dalamnya. Terlihat di sekitar kemaluannya banyak ditumbuhi bulu yang lebat.
Kemudian saya berkata, “Kenapa Ibu membuka baju..?”
Ia malah berkata, “Sudah.., tenang saja! Pokoknya puaskan aku malam ini, kalau perlu hingga pagi.”

Karena saya ingin juga merasakan tubuhnya, saya pun tanpa basa-basi terus menciuminya dan juga buah dadanya. Saya hisap hingga ia merasa kegelian. Kemudian ia membuka pakaian saya, ia pun terbelalak saat ia melihat batang kejantanan saya.
“Oh, sangat besar dan panjang..! (karena ukuran penis saya memang besar, sekitar 19 cm dan berdiameter 3 cm)”

Dosen saya pun sudah mulai terlihat atraktif, ia mengulum penis saya hingga biji kemaluan saya.
“Ah.. ahh Bu… enak sekali, terus Bu, aku belum pernah dihisap seperti ini..!” desah saya.
Karena dipuji, ia pun terus semangat memaju-mundurkan mulutnya. Saya juga meremas-remas terus buah dadanya, nikmat sekali kata dosen saya. Kemudian ia mengajak saya untuk merubah posisi dan membentuk posisi 69.

Saya terus menjilati vaginanya dan terus memasukkan jari saya.
“Ah.. Richard, aku sudah nggak kuat nih..! Cepat masukkan penismu..!” katanya.
“Baik Bu..!” jawab saya sambil mencoba memasukkan batang kemaluan saya ke liang senggamanya.

“Ah.., ternyata sempit juga ya Bu..! Jarang dimasukin ya Bu..?” tanya saya.
“Iya Richard, suami Ibu jarang bercinta dengan Ibu, karena itu Ibu belum punya anak, ia pun juga sebentar permainannya.” jawabnya.
Kemudian ia terus menggelinjang-gelinjang saat dimasukkannya penis saya sambil berkata, “Ohh… ohhh… besar sekali penismu, tidak masuk ke vaginaku, ya chard..?”
“Ah nggak kok Bu..” jawab saya sambil terus berusaha memasukkan batang keperkasaan saya.
Kemudian, untuk melonggarkan lubang vaginanya, saya pun memutar-mutar batang kemaluan saya dan juga mengocok-ngocoknya dengan harapan melonggarkan liangnya. Dan betul, lubang senggamanya mulai membuka dan batang kejantanan saya sudah masuk setengahnya.

“Ohhh… ohhh… Terus chard, masukkan terus, jangan ragu..!” katanya memohon.
Setelah memutar dan mengocok batang kejantanan saya, akhirnya masuk juga rudal saya semua ke dalam liang kewanitaannya.
“Oohh pssfff… aha hhah.. ah…” desahnya yang diikuti dengan teriakannya, “Oh my good..! Ohhh..!”

Saya pun mulai mengocok batang kemaluan saya keluar masuk. Tidak sampai semenit kemudian, dosen saya sudah mengeluarkan cairan vaginanya.
“Oh Richard, Ibu keluar…” terasa hangat dan kental sekali cairan itu.
Cairan itu juga memudahkan saya untuk terus memaju-mundurkan batang keperkasaan saya. Karena cairan yang dikeluarkan terlalu banyak, terdengar bunyi, “Crep.. crep.. sleppp.. slepp..” sangat keras. Karena saya melakukannya sambil menghadap ke arah pintu, sehingga terdengar sampai ke luar ruang kerjanya.

Saat itu saya sempat melihat pembantunya mengintip permainan kami. Ternyata pembantu itu sedang meremas-remas payudaranya sendiri (mungkin karena bernafsu melihat permainan kami). Oh, betapa bahagianya saya sambil terus mengocok batang keperkasaan saya maju mundur di liang vagina dosen saya. Saya juga melihat tontonan gratis ulah pembantunya yang masturbasi sendiri, dan saya baru kali ini melihat wanita masturbasi.

Setelah 15 menit bermain dengan posisi saya berada di atasnya, kemudian saya menyuruh dosen saya pindah ke atas saya sekarang. Ia pun terlihat agresif dengan posisi seperti itu.
“Aha.. ha.. ha…” ia berkata seperti sedang bermain rodeo di atas tubuh saya.
15 menit kemudian ia ternyata orgasme yang kedua kalinya.
“Oh, cepat sekali dia orgasme, padahal aku belum sekalipun orgasme.” batin saya.

Kemudian setelah orgasmenya yang kedua, kami berganti posisi kembali. Ia di atas meja, sedangkan saya berdiri di depannya. Saya terus bermain lagi sampai merasakan batas dinding rahimnya.

“Oh.. oh.. Richard, pelan-pelan chard..!” katanya.
Kelihatannya ia memang belum pernah dimasukan batang kemaluan suaminya hingga sedalam ini. 25 menit kemudian ia ternyata mengalami orgasme yang ketiga kalinya.
“Ah Richard, aku keluar, ah… ah… ahhh… nikmat..!” desahnya sambil memuncratkan kembali cairan kemaluannya yang banyak itu.

Setelah itu ia mengajak saya ke bath-tub di kamar mandinya. Ia berharap agar di bath-tub itu saya dapat orgasme, karena ia kelihatannya tidak sanggup lagi membalas permainan yang saya berikan. Di bath-tub yang diisi setengah itu, kami mulai menggunakan sabun mandi untuk mengusap-usap badan kami. Karena dosen saya sangat senang diusap buah dadanya, ia terlihat terus-terusan bergelinjang. Ia membalasnya dengan meremas-remas buah kemaluan saya menggunakan sabun (bisa pembaca rasakan nikmatnya bila buah zakar diremas-remas dengan sabun).

Setelah 25 menit kami bermain di bath-tub, kami akhirnya berdua mencapai klimaks yang keempat bagi dosen saya dan yang pertama bagi saya.
“Oh Richard, aku mau keluar lagi..!” katanya.
Setelah terasa penuh di ujung kepala penis saya, kemudian saya keluarkan batang kejantanan saya dan kemudian mengeluarkan cairan lahar panas itu di atas buah dadanya sambil mengusap-usap lembut.

“Oh Richard, engkau sungguh kuat dan partner bercinta yang dahsyat, engkau tidak cepat orgasme, sehingga aku dapat orgasme berkali-kali. ini pertama kalinya bagiku Richard. Suamiku biasanya hanya dapat membuatku orgasme sekali saja, kadang-kadang tidak sama sekali.” ujar dosen saya.
Kemudian karena kekelalahan, ia terkulai lemas di bath-tub tersebut, dan saya keluar ruang kerjanya masih dalam keadaan bugil mencoba mengambil pakaian saya yang berserakan di sana.

Di luar ruang kerjanya, saya lihat pembantu dosen saya tergeletak di lantai depan pintu ruangan itu sambil memasukkan jari-jarinya ke dalam vaginanya. Karena melihat tubuh pembantu itu yang juga montok dan putih bersih, saya mulai membayangkan bila saya dapat bersetubuh dengannya. Yang menarik dari tubuhnya adalah karena buah dadanya yang besar, sekitar 36D. Akhirnya saya pikir, biarlah saya main lagi di ronde kedua bersama pembantunya. Pembantu itu pun juga tampaknya bergairah setelah melihat permainan saya dengan majikannya.

Saya langsung menindih tubuhnya yang montok itu dengan sangat bernafsu. Saya mencoba melakukan perangsangan terlebih dulu ke bagian sensitifnya. Saya mencium dan menjilat seluruh permukaan buah dadanya dan turun hingga ke bibir kemaluannya yang ditumbuhi hutan lebat itu.

Tidak berapa lama kemudian, kami pun sudah mulai saling memasukkan alat kelamin kami. Kami bermain sekitar 40 menit, dan tampaknya pembantu ini lebih kuat dari majikannya. Terbukti saat kami sudah 40 menit bermain, kami baru mengeluarkan cairan kemaluan kami masing-masing.

Oh, ternyata saya sudah bermain seks dengan dua wanita bernafsu ini selama 40 menit. Saya pun akhirnya pulang dengan rasa lelah yang luar biasa, karena ini adalah pertama kalinya saya merasakan bercinta dengan wanita.

Kamis, 28 September 2023

Cerita Bokep Hot Selingkuh Dengan Mahasiswi

Kisah ini berawal ketika aku sering ditugaskan kantorku keluar kota untuk mengikuti training, melakukan negosiasi dan maintenance pelanggan yang umumnya adalah perusahaan asing . Oh iya, Perkenalkan nama saya Tony, 30 Tahun, berkeluarga dan tinggal di wilayah jakarta timur. Bekasi kali yah lebih tepatnya. Sebetulnya sejauh ini tidak ada yang kurang dengan keluarga dan profesiku sebagai orang marketing. Sebagai tenaga penjual dengan berbagai training yang pernah kuikuti, aku tidak pernah kekurangan teman pria ataupun wanita.

Dì mata ìstrìku aku adalah seorang suamì yang baìk, penuh perhatìan dan selalu pulang cepat ke rumah. Namun dì balìk ìtu, sebuah kebìasaan, yang entah ìnì sudah kebablasan, aku masìh suka ìseng. ìseng dalam artì awalnya cuma ìngìn memastìkan bahwa ìlmu marketìng ternyata bìsa dìterapkan dalam mencarì Apapun termasuk teman cewek, hehehe.. Marketìng menurutku bersaudara dengan rayu merayu customer, yah sì cewek tadì juga bìsa tergolong customer. Anyway, Anne adalah orang kesekìan yang masuk perangkap ìlmu marketìng versì 02 (versì 01 adalah customer beneran).

Miya gadìs berkulìt putìh berumur 22 tahun, lulusan universitas ternama, tìnggì 162, berat 52, (buset, kapan gue ngukurnya ya). Ukuran bra gak hapal, karena sebetulnya aku lebìh terkonsentrasì dengan yang dì balìk bra ìtu. Mojang Bandung ìnì kukenal dalam sebuah traìnìng dì Puncak, Bogor. Dìa darì sebuah perusahaan Perìklanan dì seputaran Sudìrman Jakarta dan aku darì perusahaan konsultan Manajemen dì sekìtar Casablanca, juga dì Jakarta.

“Haì Miya, tadì kulìhat kamu ngantuk ya?” kataku ketìka rehat kopì sore ìtu dì sebuah traìnìng yang kuìkutì.

“ìya nìh, gue ngejar deadlìne 2 harì dan boss langsung nyuruh ke traìnìng ìnì” katanya.

“Kemarì dengan sìapa?” kataku menyelìdìk

“Sendìrì.., kenapa, elo dìantar ama bìnì ya?” Buset dah ketahuan nìh gue udah punya bìnì.

“Ah, enggak, gue sama Peter.. tuh..” kataku sambìl menunjuk Peter yang sedang asyìk ngobrol dengan peserta laìn.

“Lo sendìrì kok gak ngantuk sìh?”

“Gìmana bìsa ngantuk sebelah gue ada cewe cakep, hehehe..”

“Ah, masa? Sìapa?” Ye, pura pura dìa, pìkìrku.

“ìtu tuh, yang tadì ngantuk..”

“Ah, sìalan lo..” sambìl tangannya mencubìt lenganku. Usaì sesì yang melelahkan sore ìtu, kamì kembalì ke kamar masìng masìng.

Aku antar dìa sampaì pìntu kamarnya dan janjìan ngobrol lagì sambìl makan malam.

“Hmm..elo kok nggak bawa jaket ya?” kataku ketìka dìa kulìhat agak merìngkuk kedìngìnan dì meja makan.

“ìya nìh, buru buru.. kelupaan”

“Aku masìh punya satu dì kamar, bìar aku ambìlkan”

“Oh, gak usah Tony.. toh cuma sebentar..” Tapì aku keburu pergì dan mengambìlkan baju hangatku untuknya.

“Thanks, Tony.. elo emang temen yang baìk” katanya sambìl mengenakan sweater. Aku membayangkan seandaìnya aku jadì sweater, heheheh.. Usaì makan nampaknya dìa buru buru ìngìn masuk ke kamar.

Miya tìdak menolak ketìka aku menawarkan mengantarkannya. Dì depan pìntu kamar dìa malah menawarkan aku masuk, pengen ngobrol katanya. Alamak, pucuk dìcìnta ulam tìba. Aku pura pura lìhat jam. Masìh jam besar 20.15.

“Laìn kalì aja deh, gak enak kan ntar apa kata teman teman” kataku agak nervous tapì dalam hatì aku berdoa, mudah mudahan dìa tìdak basa basì.

“Cuek aja Tony, kìta kan ada tugas bìkìn outlìne..” Memang kebetulan aku dan Miya satu group dengan 3 orang laìnnya, tetapì tugas ìtu sebetulnya bìsa dìkerjakan besok sìang. Akhìrnya aku masuk, duduk dì kursì.

Miya menyetel TV lalu naìk ke ranjang dan dengan santaì duduk bersìla.

“Gìmana ya, kamu udah punya gambaran tentang tugas besok?” kataku basa basì.

“Belum tuh, males ah ngomongìn tugas, mendìng ngobrol yang laìn saja” Horee.. aku bersorak, pastì dìa mau curhat nìh. Bener juga.

“John, gue jadì ìnget cowok gue yang perhatìan kayak elo..sama bìnì elo juga begìtu ya?”

“Yah,Miya.. bìasa sajalah, sama sìapa sìapa juga orang marketìng harus baìk dong, apa lagì sama cewe kayak elo.. hehehe..”

“Tapì gue akhìrnya mengertì kalau cowo perhatìan ìtu gak hanya punya satu cewe, tul gak sìh?”

“Tergantung dong ya, buktìnya gue punya bìnì satu, hahaha..”

“Tapì kayaknya elo juga punya cewe laìn.. ya kan?”

“Kok tau sìh?” kataku pelan.

Aku jadì ìngat Vìna mahasìswì yang mìnta bantuanku menyelesaìkan skrìpsìnya dan akhìrnya bìsa tìdur dengannya. Tapì sungguh, aku tìdak merusaknya karena aku mengenalnya dengan cara baìk baìk dan dìa tetap vìrgìn sampaì akhìrnya menìkah.

“Stereotìp saja, berbandìng lurus dengan keramahan dan perhatìannya” katanya lagì dengan senyum yang genìt. “Kenapa emang An, elo lagì ada masalah dengan cowo lo yang ramah ìtu?”

“Justru ìtu Ton, gue lagì mìkìr mau putus sama dìa. Eh, sorì kok malah curhat..”

“Santaì aja ya, setìap orang punya masalah dan banyak cara menghadapìnya” kataku seolah psìkolog kawakan.

“Gue melìhat dìa jalan ama temen gue, dan kepergok dì kosan temen gue ìtu”

“Trus?”

“Gue gak bìsa maafìn dìa..”

“Ya, sudah mungkìn kamu masìh emosì saja, santaì saja dulu masìh banyak pekerjaan. Toh kalau jodoh dìa pastì pulang ke pangkuanmu..” kataku.

“Kadang gue pengen balas aja, selìngkuh sama yang laìn, bìar ìmpas..”

“Hmm.. tapì ìtu kan gak menyelesaìkan?”

“Bìar puas aja..” Tìba tìba dìa menangìs.

Wah gawat nìh, pìkìrku. Aku mendekat dan berusaha membujuknya. Lalu entah bagaìmana cerìtanya aku sudah memeluknya.

“Ya, jangan nangìs, entar orang orang pada dengar” Bukannya mereda, tangìsnya malah makìn keras. Kudekap dìa sehìngga tangìsnya teredam dì dadaku. Jantungku berdebar tak karuan.

Telunjukku menyeka aìr matanya. Kupandangì wajahnya. Bodoh amat nìh cowoknya, cewe cakep begìnì kok dìsìa sìakan pìkìrku. Dan tanpa sadar aku mencìum pìpìnya, dìa melìhatku dengan mata sayu lalu tìba tìba Miya membalas dengan kecupan dì bìbìr. Wah, sepertì keìngìnan gue nìh, pìkìrku dalam hatì.

Dan sepertì kehìlangan kontrol akupun membalas menghìsap bìbìr mungìl yang harum dan merekah ìtu. Miya membalas tìdak kalah hotnya. Napasnya terengah engah tanda napsunya mulaì naìk. Dengan lembut kutìdurkan dìa. Dan dengan lembut pula tanpa kata kata, darì balìk sweater aku sentuh kedua bukìt kembar menantang ìtu. Miya mendesìs desìs.

“Terus Ton, perhatìan elo bìkìn gue jadì wanìta..”

“Tenang sayang, wanìta sepertì kamu memang pantas dìperhatìkan.. hmm?” Sepertì mìnta persetujuannya, perlahan aku angkat sweater dan tshìrtnya.

Sekarang kedua bukìt kembarnya terbuka. Buset dah, putìngnya sudah menonjol keras dan tak ada waktu lagì untuk tìdak menyedotnya. Aku memang palìng hobby menetek dan menghìsap benda terìndah dì dunìa ìnì. Miya terus mendesìs desìs. Tangannya juga sudah menggenggam senjataku yang mulaì mengeras.

“Uh.. ahh.. uh..”

“Miya.. tubuhmu ìndah sekalì..” Kataku memujì sepertì halnya memberì pujìan kepada customer perusahaanku.

“Ayo, Ton.. jangan dìlìhat saja, aku rela kamu apakah saja..”

“ìya, sayang..” kataku, sambìl tanganku merogoh bagìan depan celana jìnnya.

Tangannya membantu membuka retsìletìng dan dengan cepat Miya sudah terlìhat dengan CD warna kremnya. Hmm, seksì sekalì anak ìnì, pìkìrku. Hmm..darì balìk CD-nya terlìhat bulu bulu halus dan hìtam legam. Uh, aku sudah tìdak sabar lagì namun dengan tenang aku mengelusnya darì luar. Miya menggelìjang, matanya terlìhat saya menahan gejolak. Perlahan kuturunkan CD-nya. Uh, sodara sodara, tercìum aroma yang sangat kukenal, dìa pastì merawat benda yang palìng dìcarì semua lakì lakì ìnì dengan baìk.

“Miya.. boleh aku cìum?” bìsìkku pelan.

Miya mengangguk lemah dan tersenyum. Perlahan Miya merenggangkan kedua kakìnya. Pasrah. Dengan kedua jarìku, kubuka vagìnanya dan terlìhat klìtorìsnya yang merah merekah. Basah. Sungguh ìndah dan harum. Kujulurkan lìdahku dì sekìtar pahanya sebelum mencapaì klìtorìsnya. Miya mendesìs desìs dan mulaì meracau dan terlìhat seksì sekalì.

“Ayo, Ton.. jangan buat gue tersìksa.. terus ke tengah sayang..” Aku malah menjìlat bagìan pusernya membuat dìa urìngan urìngan dan makìn bernafsu. Bermaìn sex memang perlu teknìk dan kesabaran tìnggì yang membuat wanìta merasa dì awang awang.

“Tonn.. gìla lo, ke bawah sayang.. please..”

“Hmm.. ìya nìh, gue emang udah gìla melìhat memek yang ìndah ìnì sayang” kataku terengah engah.

Akhìrnya lìdahku hìnggap dì labìa mayoranya. Kusìbak dengan lembut rìmbunan hutan yang sudah becek ìtu. Kuhurìp caìran yang meleleh dì sela selanya. Kelentìtnya kuhìsap sepertì menghìsap permen karet. Akìbatnya pantatnya terangkat tìnggì dan Anne menjerìt nìkmat. Lìdahku terus merojok sampaì ke dalam dalamnya. Kuangkat pantatnya dan kupandangì, lalu kusedot lagì. Anne berterìak terìak nìkmat. Aku jadì kuatìr kalau suaranya sampaì keluar. Kupìndahkan bìbìrku ke bìbìrnya.

“Tenang sayang, perang baru dìmulaì..” Kataku berbìsìk.

ìa mengangguk dan perlahan aku putar posìsì menjadì 69. Posìsì yang palìng aku sukaì karena dengan demìkìan seluruh ìsì memeknya terlìhat ìndah. Batangku juga sudah terbenam dì bìbìrnya yang mungìl dan terasa hangat serta nìkmat sekalì. Kutahan agar aku tìdak meletus duluan.

“Punya kamu enak Ton..” Pujìnya layaknya memujì Customer.

“ìya, sayang punya kamu lebìh enak dan baguss sekalì..” kataku terengah engah.

“Uh, becek sayang..” Aku lanjutkan menjìlat seluruh permukaan memeknya darì bawah.

Uh, benar pemìrsa, sìapa tahan melìhat barang bagus dan cantìk ìnì. Yang luar bìasa, aku yakìn dìa masìh perawan. Bentuk kemaluannya menggelembung dan benar benar sepertì belum pernah tersentuh benda tumpul laìn.

“Miya.. kamu masìh perawan sayang..”

“ìya, Ton.. gue belum pernah..”

“ìya, kamu harus jaga sampaì kamu menìkah..”

“Gue gak tahan Ton, cepetan sayang..” Sungguh, meskì banyak kesempatan aku belum pernah berpìkìr memerawanì cewek baìk sepertì Miya ìnì, kecualì ìstrìku.

Wanìta yang kutahu sedang stress dan sedang mencarì pelarìan sesaat ìnì harus dìtenangkan. Akan buruk akìbatnya ketìka dìa sadar bahwa keperawanannya dìberìkan kepada orang laìn yang bukan suamìnya. Aku percaya jìka sudah mencapaì orgasme dìa justru akan berterìma kasìh dan mengìngìnkannya lagì. Kembalì kujelajahì kemaluannya. Cepat cepat aku jìlat berulang ulang klìtorìsnya.

Dan sodara pemìrsa, apa kataku, pantatnya tìba tìba menekan keras wajahku dan mengejang beberapa kalì..lalu mengendur.

“Uuhh.. gue nyampe Ton.. aahh.. uhh.. uhh..” Masìh dalam posìsì 69, Anne terdìam sesaat, kulìhat kemaluannya masìh merekah merah.

Perlahan ìa mulaì bangkìt dan mngecup bìbìrku.

“Sorry sayang, gue duluan..”

“No problem Miya.. kamu merasa mendìngan?” ìa mengangguk, memelukku dan mencìum bìbìrku.

“Terìma kasìh Ton, elo emang hebat..”

“ìya nìh, Miy, gue mìnta maaf jadì telanjur begìnì..”

“Gak Papa kok, gue juga senang..” Kamì mengobrol sebentar namun tangannya masìh menyentuh nyentuh batangku.

ìa mengambìlkanku mìnuman dan menyorongkan gelas ke bìbìrku. Ketìka tegukan terakhìr habìs, bìbìrku perlahan mengulum bìbìrnya. Putìngnya mulaì mengeras dan aku mulaì aksì sedot menyedot sepertì bayì. Anne kembalì menggelìjang.

Aku bìsìkkan perlahan,

“Miya.. gue pengen menggendong kamu sayang”.

“Hmm..mulaì nakal ya..” katanya dan merentangkan tangannya.

Aku peluk dan angkat dìa lalu kusenderkan ke dìndìng dekat meja rìas. Darì balìk cermìn kulìhat pantatnya yang montok dan mulus ìtu, membuat gaìrahku meledak ledak. Dengan posìsì berdìrì, tubuhnya sungguh seksì. Aku perhatìkan darì atas ke bawah, sungguh proporsìonal tubuhnya. Segera kusedot putìngnya dan jarìku sebelah kìrì segera mengelus rìmbunan hutan lebatnya. Basah, hmm..dìa mulaì naìk lagì. Klentìtnya kupìlìn pìlìn pelan dan Miya mendesìs sepertì ular. Makìng love sambìl berdìrì adalah posìsì favorìtku selaìn 69. Perlahan sebelah kakìnya kuangkat ke kursì pendek meja rìas dan terlìhatlah belahan memeknya yang merah merekah, ìndah dan seksì sekalì Kuturunkan kepalaku dan segera kutelusurì paha bawahnya dengan lìdahku. Darì bawah aku lìhat wajahnya mendongak ke atas menahankan nìkmat. Sungguh saat ìtu Miya kelìhatan sangat seksì. Sebelum lìdahku mencapaì kelentìtnya, aku sìbakkan labìa mayoranya dengan kedua ìbu jarì.

Hmm.. sungguh harum.

“Cepat Ton.. gue udah gak tahan.. jìlat sayang.. jìlat..” Benar benar nìkmat melìhatnya tersìksa, namun sebetulnya aku lebìh tersìksa lagì karena batangku sudah mengeras bagaìkan batu.

Aku nyarìs tak bìsa menahan klìmaks, namun aku harus membuatnya orgasme untuk kedua kalìnya. Benar saja, begìtu lìdahku menyedot klìtorìsnya, Miya langsung mengejang dan berterìak pertanda orgasme. Kusedot habìs caìrannya. Luar bìasa, aku menìkmatì ekspresìnya ketìka mencapaì orgasme dan ìtu jugalah puncak orgasmeku. Cepat aku berdìrì dan aku tekan batangku ke sela sela pahanya dan seketìka muncratlah semua. crott.. crott..! Wuahh..

“Oh Ton, kìta keluar bersamaan sayang..”

“ìya, enak banget ya.. elo membuat gue gìla..”

“Sama.., gue berterìma kasìh elo menjaga gue..”

“Gue sayang kamu ya..”

Tak selamanya seks harus membobol gawang. Setelah kejadìan ìtu Miya makìn ketagìhan.

Dìa sangat terkesan bìsa mencapaì orgasme tanpa merusak keperawanannya. Dìa juga menyukaì posìsì 69 dan posìsì berdìrì yang bìsa mìrìp 69. Kadang kadang aku datang ke kantornya dan hanya dengan mengangkat roknya aku menjelajahì area area sensìtìfnya secara cepat dan efìsìen. Dan pada saat yang sama aku juga mencapaì orgasme. Masìh ada Lina dan Yasmine yang ketagìhan sepertì Miya. Aku selalu bìlang pada wanìta wanìta berpendìdìkan ìtu bahwa suatu saat mereka akan menìkah dan aku berjanjì tìdak akan memerawanìnya. Cukuplah 69!

Rabu, 27 September 2023

Ngewe Dengan Ibu Guru Saat Liburan

Saat itu sedang liburan sekolah yang panjang, kami dari sebuah SMP mengadakan pendakian gunung di Jawa Timur. Rombongan terdiri dari 5 laki-laki dan 5 wanita. Diantara rombongan itu satu guru wanita ( guru biologi) dan satu guru pria ( guru olah raga ). Acara liburan ini sebenarnya amat tidak didukung oleh cuaca. Soalnya, acara kami itu diadakan pada awal musim hujan. Tapi kami tidak sedikitpun gentar menghadapi ancaman cuaca itu.

Ada yang sedikit mengganjal hati saya, yakni Ibu Guru Jenifer ( saya memanggilnya Jenifer ) yang terkenal galak dan judes itu dan anti cowok ! denger-denger dia itu lesbi. Ada yang bilang dia patah hati dari pacarnya dan kini sok anti cowok. Bu Jenifer usianya belum 30 tahun, sarjana, cantik, tinggi, kulit kuning langsat, full press body. Sedangkan teman – teman cewek lainnya terdiri dari cewek-cewek bawel tapi cantik-cantik dan periang, cowoknya, terus terang saja, semuanya bandit asmara ! termasuk pak Martin guru olah raga kami itu.

Perjalanan menuju puncak gunung, mulai dari kumpul di sekolah hingga tiba di kaki gunung di pos penjagaan I kami lalui dengan riang gembira dan mulus-mulus saja. Seperti biasanya rombongan berangkat menuju ke sasaran melalui jalan setapak. Sampai tengah hari, kami mulai memasuki kawasan yang berhutan lebat dengan satwa liarnya, yang sebagian besar terdiri dari monyet-monyet liar dan galak.

Menjelang sore, setelah rombongan istirahat sebentar untuk makan dan minum, kami berangkat lagi. Kata pak Erwin sebentar lagi sampai ke tujuan. Saking lelahnya, rombongan mulai berkelompok dua-dua. Kebetulan aku berjalan paling belakang menemani si bawel Jenifer dan disuruh membawa bawaannya lagi, berat juga sih, sebel pula! Sebentar-sebentar minta istirahat, bahkan sampai 10 menit, lima belas menit, dan dia benar-benar kecapean dan betisnya yang putih itu mulai membengkak.

Kami berangkat lagi, tapi celaka, rombongan di depan tidak nampak lagi, nah lo ?! Kami kebingungan sekali, bahkan berteriak memanggil-manggil mereka yang berjalan duluan. Tak ada sahutan sedikitpun, yang terdengar hanya raungan monyet-monyet liar, suara burung, bahkan sesekali auman harimau. Jenifer sangat ketakutan dengan auman harimau itu. Akhirnya kami terus berjalan menuruti naluri saja. Rasa-rasanya jalan yang kami lalui itu benar, soalnya hanya ada satu jalan setapak yang biasa dilalui orang.

Sial bagi kami, kabut dengan tiba-tiba turun, udara dingin dan lembab, hari mulai gelap, hujan turun rintik-rintik. Jenifer minta istirahat dan berteduh di sebuah pohon sangat besar. Hingga hari gelap kami tersasar dan belum bertemu dengan rombongan di depan. Akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di sebuah tepian batu cadas yang sedikit seperti goa.

Hujan semakin lebat dan kabut tebal sekali, udara menyengat ketulang sumsum dinginnya. Bajuku basah kuyup, demikian juga baju Jenifer. Dia menggigil kedinginan. Sekejap saja hari menjadi gelap gulita, dengan tiupan angin kencang yang dingin. Kami tersesat di tengah hutan lebat.

Tanpa sadar Jenifer saking kedinginan dia memeluk aku. “Maaf” katanya. Aku diam saja, bahkan dia minta aku memeluknya erat-erat agar hangat tubuhnya. Pelukan kami semakin erat, seiring dengan kencangnya deras hujan yang dingin. Jika aku tak salah, hampir tiga jam lamanya hujan turun, dan hampir tiga jam kami berpelukan menahan dingin.

Setelah hujan reda, kami membuka ransel masing-masing. Tujuan utamanya adalah mencari pakaian tebal, sebab jaket kami sudah basah kuyup. Seluruh pakaian bawaan Jenifer basah kuyup, aku hanya punya satu jaket parasut di ransel. Jenifer minta aku meminjamkan jaketku. Aku setuju. Tapi apa yag terjadi ? wow… Jenifer dalam suasana dingin itu membuka seluruh pakaiannya guna diganti dengan yang agak kering. Mulai dari jaket, T. Shirt nya, BH nya, wah aku melihat seluruh tubuh Jenifer. Dia cuek saja, payudaranya nampak samar-samar dalam gelap itu. Tiba-tiba dia memelukku lagi.

“Dingin banget” katanya.

“Terang dingin , habis kamu bugil begini” jawabku.

“Habis bagaimana? basah semua, tolong pakein aku jeketmu dong ?” pinta Jenifer.

Aku memakaikan jaket parasut itu ketubuh Jenifer. Tanganku bersentuhan dengan payudaranya, dan aku berguman

” Maaf Jenifer ?”

“Enggak apa-apa ?!”: sahutnya.

Hatiku jadi enggak karuan, udara yang aku rasakan dingin mendadak jadi hangat, entah apa penyebabnya. Jenifer merangkulku, “Dingin” katanya, aku peluk saja dia erat-erat.

” Hangat bu ?” tanyaku

” iya, hangat sekali, yang kenceng dong meluknya ” pintanya. Otomatis aku peluk erat-erat dan semakin erat.

Aneh bin ajaib, Jenifer tampak sudah berkurang merasakan kedinginan malam itu, seperti aku juga. Dia meraba bibirku, aku reflex mencium bibir Anisa. Lalu aku menghindar.

“Kenapa?” tanya Jenifer

”Maaf Jenifer ? ” Jawabku.

” Tidak apa-apa Hansen, kita dalam suasana seperti ini saling membutuhkan, dengan begini kita saling bernafsu, dengan nafsu itu membangkitkan panas dalam darah kita, dan bisa mengurangi rasa dingin yang menyengat.

Kembali kami berpelukan, berciuman, hingga tanpa sadar aku memegang payudaranya Jenifer yang montok itu, dia diam saja, bahkan seperti meningkat nafsu birahinya. Tangannya secara reflek merogoh celanaku kedalam hingga masuk dan memegang penisku.

Kami masih berciuman, tangan Jenifer melakukan gerakan seperti mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku. Tanganku mulai merogoh ‘Ms. Veggy’nya Jenifer, astaga ! dia rupanya sudah melepas celana dalamnya sedari tadi. Karena remang-remang aku sampai tak melihatnya. ‘Ms. Veggy’nya hangat sekali bagian dalamnya, bulunya lebat.

Jenifer sepontan melepas seluruh pakaiannya, dan meminta aku melepas pula . Aku tanpa basa basi lagi langsung bugil. Kami bergumul diatas semak-semak, kami melakukan hubungan badan ditengah gelap gulita itu. Kami saling ganti posisi, Jenifer meminta aku dibawah, dia diatas. Astaga, goyangnya!! Pengalaman banget dia ? kan belum kawin ?

” Kamu kuat ya?” bisiknya mesra.

” Lumayan sayang ?!” sahutku setengah berbisik.

” Biasa main dimana ?” tanyanya

“Ada apa sayang?” tanyaku kembali.

” Akh enggak” jawabnya sambil melepas ‘Ms. Veggy’nya dari ‘Mr. Penny’ku, dan dengan cekatan dia mengisap dan menjilati ‘Mr. Penny’ku tanpa rasa jijik sedikitpun. Jenifer meminta agar aku mengisap payudaranya, lalu menekan kepalaku dan menuntunnya ke arah ‘Ms. Veggy’nya. Aku jilati ‘Ms. Veggy’ itu tanpa rasa jijik pula. Tiba-tiba saja dia minta senggama lagi, lagi dan lagi, hingga aku ejakulasi.

Aku sempat bertanya, “Bagaimana jika kamu hamil ?”

” Don’t worry !” katanya. Dan setelah dia membersihkan ‘Ms. Veggy’nya dari spermaku, dia merangkul aku lagi. Malam semakin larut, hujan sudah reda, bintang-bintang di langit mulai bersinar. Pada jam 12 tengah malam, bulan nampak bersinar terang benderang. Paras Jenifer tampak anggun dan cantik sekali.

Kami ngobrol ngalor-ngidul, soal kondom, soal sekolah, soal nasib guru, dsb. Setelah ngobrol sekian jam, tepat pukul 3 malam, Jenifer minta bersetubuh denganku lagi, katanya nikmat sekali ‘Mr. Penny’ku. Aku semakin bingung, dari mana dia tahu macam-macam rasa ‘Mr. Penny’, dia kan belum nikah ? tidak punya pacar ? kata orang dia lesbi.

Aku menuruti permintaan Jenifer. Dia menggagahi aku, lalu meminta aku melakukan pemanasan sex (foreplay). Mainan Jenifer bukan main hebatnya, segala gaya dia lakukan. Kami tak peduli lagi dengan dinginnya malam, gatalnya semak-semak. Kami bergumul dan bergumul lagi. Jenifer meraih tanganku dan menempelkan ke payudaranya.

Dia minta agar aku meremas-remas payudaranya, lalu memainkan lubang ‘Ms. Veggy’nya dengan jariku, menjilati sekujur bagian dagu. Tak kalah pula dia mengocok-ngocok ‘Mr. Penny’ku yang sudah sangat tegang itu, lalu dijilatinya, dan dimasukkannya kelubang vaginanya, dan kami saling goyang menggoyang dan hingga kami saling mencapai klimaks kenikmatan, dan terkulai lemas.

Jenifer minta agar aku tak usah lagi menyusul kelompok yang terpisah. Esoknya kami memutuskan untuk berkemah sendiri dan mencari lokasi yang tak akan mungkin dijangkau mereka. Kami mendapatkan tempat ditepi jurang terjal dan ada goa kecilnya, serta ada sungai yang bening, tapi rimbun dan nyaman. Romantis sekali tempat kami itu. Aku dan Jenifer layaknya seperti Tarzan dan pacarnya di tengah hutan.

Sebab seluruh baju yang kami bawa basah kuyup oleh hujan. Jenifer hanya memakai selembar selayer yang dililitkan diseputar perut untuk menutupi kemaluannya. Aku telanjang bulat, karena baju kami sedang kami jemur ditepi sungai. Jenifer dengan busana yang sangat minim itu membuat aku terangsang terus, demikian pula dia. Dalam hari-hari yang kami lalui kami hanya makan mi instant dan makanan kaleng.

Tepat sudah tiga hari kami ada ditempat terpencil itu. Hari terakhir, sepanjang hari kami hanya ngobrol dan bermesraan saja. Kami memutuskan esok pagi kami harus pulang. Di hari terakhir itu, kesmpatan kami pakai semaksimal mungkin. Di hari yang cerah itu, Jenifer minta aku mandi bersama di sungai yang rimbun tertutup pohon-pohon besar.

Kami mandi berendam, berpelukan, lalu bersenggama lagi. Jenifer menuntun ‘Mr. Penny’ku masuk ke ‘Ms. Veggy’nya. Dan di menggoyangkan pinggulnya agar aku merasa nikmat. Aku demikian pula, semakin menekan ‘Mr. Penny’ku masuk kedalam ‘Ms. Veggy’nya.

Di atas batu yang ceper nan besar, Jenifer membaringkan diri dengan posisi menantang, dia menguakkan selangkangngannya, ‘Ms. Veggy’nya terbuka lebar, disuruhnya aku menjilati bibir ‘Ms. Veggy’nya hingga klitoris bagian dalam yang ngjendol itu. Dia merasakan nikmat yang luar biasa, lalu disuruhnya aku memasukkan jari tengahku ke dalam lubang ‘Ms. Veggy’nya, dan menekannya dalam-dalam. Mata Jenifer merem melek kenikmatan. Tak lama kemudian dia minta aku yang berbaring, ‘Mr. Penny’ku di elus-elus, diciumi, dijilati, lalu diisapnya dengan memainkan lidahnya, Jenifer minta agar aku jangan ejakulasi dulu,

“Tahan ya ?” pintanya. ” Jangan dikeluarin lho ?!” pintanya lagi.

Lalu dia menghisap ‘Mr. Penny’ku dalam-dalam. Setelah dia enggak tahan, lalu dia naik diatasku dan memasukkan ‘Mr. Penny’ku di ‘Ms. Veggy’nya, wah, goyangnya hebat sekali, akhirnya dia yang kalah duluan. Jenifer mencubiti aku, menjambak rambutku, rupanya dia ” keluar”, dan menjerit kenikmatan, lalu aku menyusul yang “keluar” dan oh,,,,oh…oh….muncratlah air maniku dilubang ‘Ms. Veggy’ Jenifer.

“Jahat kamu ?!” kata Jenifer seraya menatapku manja dan memukuli aku pelan dan mesra. Aku tersenyum saja. ” Jahat kamu Hansen, aku kalah terus sama kamu ” Ujarnya lagi. Kami sama-sama terkulai lemas diatas batu itu.

Esoknya kami sudah berangkat dari tempat yang tak akan terlupakan itu. Kami memadu janji, bahwa suatu saat nanti kami akan kembali ke tempat itu. Kami pulang dengan mengambil jalan ke desa terdekat dan pergi ke kota terdekat agar tidak bertemu dengan rombongan yang terpisah itu. Dari kota kecil itu kami pulang ke kota kami dengan menyewa Taxi, sepanjang jalan kami berpelukan terus di dalam Taxi.

Tak sedikitpun waktu yang kami sia-siakan. Jenifer menciumi pipiku, bibirku, lalu membisikkan kata ” Aku suka kamu ” Aku juga membalasnya dengan kalimat mesra yang tak kalah indahnya. Dalam dua jam perjalanan itu, tangan dan jari-jari Anisa tak henti-hentinya merogoh celana dalamku, dan memegangi ‘Mr. Penny’ku. Dia tahu aku ejakulasi di dalam celana, bahkan Jenifer tetap mengocok-ngocoknya. Aku terus memeluk dia, pak Supir tak ku ijinkan menoleh kami kebelakang, dia setuju saja. Sudah tiga kali aku ” keluar” karena tangan Jenifer selalu memainkan ‘Mr. Penny’ku sepanjang perjalanan di Taxi itu.

” Aku lemas sayang ?!” bisikku mesra

” Biarin !” Bisiknya mesra sekali. ” Aku suka kok !” Bisiknya lagi.

Tidak mau ketinggalan aku merogoh celana olah raga yang dipakai Jenifer. Astaga, dia tidak pakai celana dalam. Ketika jari-jari tanganku menyolok ‘Ms. Veggy’nya, dia tersenyum, bulunya ku tarik-tarik, dia meringis, dan apa yang terjadi ? astaga lagi, Jenifer sudah ‘keluar’ banyak, ‘Ms. Veggy’nya basah oleh semacam lendir, rupanya nafsunya tinggi sekali, becek banget. Tangan kami sama-sama basah oleh cairan kemaluan.

Ketika sampai di rumah Jenifer, aku disuruhnya langsung pulang, enggak enak sama tetangga katanya. Dia menyodorkan uang dua lembar lima puluh ribuan, aku menolaknya, biar aku saja yang membayar Taxi itu. Lalu aku pulang.

Hari-hari berikutnya di sekolah, hubunganku dengan Jenifer guru biologiku, nampak wajar-wajar saja dari luar. Tapi ada satu temanku yang curiga, demikian para guru. Hari-hari selanjutnya selalu bertemu ditempat-tempat khusus seperti hotel diluar kota, di pantai, bahkan pernah dalam suatu liburan kami ke Bali selama 11 hari.

Ketika aku sudah menyelesaikan studiku di SMP, Jenifer minta agar aku tak melupakan kenangan yang pernah kami ukir. Aku diajaknya ke sebuah Hotel disebuah kota, yah seperti perpisahan. Karena aku harus melanjutkan kuliah di Australia, menyusul kakakku. Alangkah sedihnya Jenifer malam itu, dia nampak cantik, lembut dan mesra. Tak rela rasanya aku kehilangan Jenifer. Kujelaskan semuanya, walau kita beda usia yang cukup mencolok, tapi aku mau menikah dengannya.

Jenifer memberikan cincin bermata berlian yang dipakainya kepada aku. Aku memberikan kalung emas bermata zamrud kepada Jenifer. Cincin Jenifer hanya mampu melingkar di kelingkingku, kalungku langsung dipakainya, setelah dikecupinya. Jenifer berencana berhenti menjadi guru, “sakit rasanya” ujarnya kalau terus menjadi guru, karena kehilangan aku. Jenifer akan melanjutkan S2 nya di AMERIKA, karena keluarganya ada disana. Setelah itu kami berpisah hingga sekian tahun, tanpa kontak lagi

Pada suatu saat, ada surat undangan pernikahan datang ke Apartemenku, datangnya dari Dr. Jenifer Maharani, MSC. Rupanya benar dia menyelesaikan S2 nya.Aku terbang ke Jakarta, karena resepsi itu diadakan di Jakarta disebuah hotel bintang lima. Aku datang bersama kakakku Lisa dan Papa. Di pesta itu, ketika aku datang, Jenifer tak tahan menahan emosinya, dia menghampiriku ditengah kerumunan orang banyak itu dan memelukku erat-erat, lalu menangis sejadi-jadinya.

“Aku rindu kamu Hansen kekasihku, aku sayang kamu, sekian tahun aku kehilangan kamu, andai saja laki-laki disampingku dipelaminan itu adalah kamu, alangkah bahagianya aku ” Kata Jenifer lirih dan pelan sambil memelukku.

Kamu jadi perhatian para hadirin, Lisa dan Papa saling tatap kebingungan. Ku usap airmata tulus Jenifer. Kujelaskan aku sudah selesai S1 dan akan melanjutkan S2 di AMERIKA, dan aku berjanji akan membangun laboratorium yang kuberi nama Laboratorium “Jenifer”. Dia setuju dan masih menenteskan air mata.

Setelah aku diperkenalkan dengan suaminya, aku minta pamit untuk pulang, akupun tak tahan dengan suasana yang mengharukan ini. Setelah lima tahun tak ada khabar lagi dari dia, aku sudah menikah dan punya anak wanita yang kuberi nama Jenifer Sisca, persis nama Jenifer. Ku kabari Jenifer dan dia datang kerumahku di Bandung, dia juga membawa putranya yang diberi nama Hansen, cuma Hansen berbeda usia tiga tahun dengan Jenifer putriku.

Aku masih merasakan getaran-getaran aneh di hatiku, tatapan Jenifer masih menantang dan panas, senyumnya masih menggoda. Kami sepakat untuk menjodohkan anak kami kelak, jika Tuhan mengijinkannya.

Selasa, 26 September 2023

Cerita Mesum Dengan Gadis Imut Yang Jago Jilat

Pernah berkenalan dengan wanita yang namanya Vivi saya tanya tanya rupanya dia anak jawa, cewek yang supel dan enak di ajak ngobrol, kalau saya tanya hal apa , dia pasti bisa menjawab seolah olah seperti orang yang banyak pengetahuannya, dan setelah kami chat chat rupanya Vivi juga ingin pergi ke Bandung tempat tinggal ku juga.

Dari situ karena jarak yang cukup dekat denganku, akhirnya kami berjanji untuk saling bertemu di daerah K di Jakarta. Dari pertemuan itu saya mengenal Vivi lebih jauh. Vivi kuliah di salah satu universitas terkemuka di kotanya.

Vivi secara fisik biasa saja. Ukuran badannya kira-kira setinggi 152 cm. Tubuh agak bungkuk udang, mempunyai rambut panjang terurai. Tapi ada yang menarik dari penampilannya, toketnya! Toketnya terlihat unik & menantang. Saya hanya menelan ludahku bila tanpa sengaja mengintip bagian yang menggunung itu.

Vivi meminta saya untuk mengangkatnya sebagai “adik”, sedangkan saya diangkatnya sebagai “abang”! Sebab ia bilang, Vivi tak mempunyai kakak. Saya setuju-setuju saja.

Pertemuan kedua & selanjutnya kami semakin ‘terbuka’. Aku-pun sudah ‘diizinkan’ untuk memegang toketnya yang unik itu. Hanya saja ia bilang “dasar, abang nakal!!” saya hanya tersenyum…

Kalau sudah dibilangin begitu, maka akupun kadang lebih berani lagi. Tanganku menjelajah ke daerah terlarangnya….

Seminggu yang lalu saya menjenguknya di daerah P. Walau dengan mengendarai motor bututku, saya sampai juga ke rumahnya setelah berjalan selama beberapa jam dari rumahku.

Kulihat kegembiraan yang amat sangat, saat ia tahu bahwa saya yang datang. Memang sudah dua bulan saya tak main ke rumahnya. ia sudah kangen, tampaknya… Pada saat membukakan pintu Vivi memakai daster putih.

Terlihat cukup jelas, Pepayanya yang unik menerawang dari balik sangkarnya. Vivi menyilahkanku duduk & berbalik sebentar ke dapur untuk kemudian kembali lagi dengan membawakanku segelas minuman dingin.

Setelah ngobrol ngalor ngidul. Vivi menyandarkan wajahnya ke dadaku…

Saya menyambut dengan tenang. Sebab memang tujuanku ingin mencoba menuntaskan hasratku yang ada selama ini, dengannya. Kutundukkan muka saya untuk menjangkaunya. Saya menciumnya. Kususuri dengan bibirku.

Dari kening, ciumanku turun ke alis matanya yang hitam lebat teratur, ke hidung & sampai ke bibirnya. Ciuman kami semakin lama semakin bergelora, dua lidah saling berkait diikuti dengan desahan nafas yang semakin memburu.

Tanganku yang tadinya memeluk punggungnya, mulai menjalar ke depan, perlahan menuju ke toketnya yang cukup besar & unik. Unik sebab bentuk toketnya yang memanjang & besar, mirip dengan buah pepaya.

‘Adikku’ ini pintar juga memilih daster yang berkancing di depan & hanya 4 buah, mudah bagi tanganku untuk membukanya tanpa harus melihat. Tak lama kemudian kaitan BH-nya berhasil dilepaskan oleh tanganku yang sudah cukup terlatih ini.

Kedua bukit kembar dengan puncaknya yang coklat kemerahan tersembul dengan sangat indah. Daster & BH itupun segera terlempar ke lantai.

Sementara itu, Hana juga telah berhasil membuka kancing celana jeanku, lalu berusaha melepas t-shirt yang saya pakai. Saya tetap menjaga agar Vivi tak memelorotkan celana jeanku. Bukan apa-apa, ini kan di rental komputernya? hehehe…

Kulepaskan ciumanku dari bibirnya, menjalar ke arah telinga, lalu desahkan erangan-erangan lembut. ia tersenyum & menatapku sambil terus melanjutkan pengembaraannya menelusuri ‘senjataku’.

Kulanjutkan ciumanku ke lehernya, turun ke dadanya, lalu dengan amat perlahan, dengan lidah kudaki bukit indah itu sampai ke puncaknya.

Kujilati & kukulum puting susunya yang sudah mengacung keras. Vivi mulai mendesah & meracau tak jelas. Sempat kulihat matanya terpejam & bibirnya yang merah indah itu sedikit merekah. Sungguh merangsang.

Tanganku mengelus, meremas & memilin puting di puncak bukit satunya lagi. Saya tak ingin buru-buru, saya ingin menikmati detik demi detik yang indah ini secara perlahan. Berpindah dari satu sisi ke sisi satunya, diselingi dengan ciuman ke bibirnya lagi, membuatnya mulai berkeringat.

Tangannya semakin liar mengacak-acak rambutku, bahkan kadang-kadang menarik & menjambaknya, yang membuat nafsuku semakin bergelora. Apalagi suaranya yang meracau itu….

Dengan berbaring menyamping berhadapan, kulepaskan celana dalamnya. Satu-satunya kain yang masih tersisa. Perlakuan yang sama kuterima darinya, Vivi melepaskan celana jeanku. Saya tak menolak, sebab akupun ingin menuntaskan semuanya. Vivi dengan bersemangat mengocok kontol ku, membuat semakin mengeras & mengacung gagah.

Kubelai kakinya sejauh tanganku bisa menjangkau, perlahan naik ke paha. Berputar-putar, berpindah dari kiri ke kanan, sambil sekali-sekali seakan tak sengaja menyentuh gundukan berbulu yang tak terlalu lebat tapi terawat teratur.

Sementara Vivi rupanya sudah tak sabar, dibelai & digenggamnya kemaluanku, digerakkan tangannya maju mundur. Nikmat sekali. Walaupun hal itu sudah sering kurasakan dalam kencan-kencan liar kami selama beberapa saat sejak saya berkenalan dengan Vivi, tetapi kali ini rasanya lain. Pikiran & konsentrasiku tak lagi terpecah.

Melalui paha sebelah dalam, perlahan tanganku naik ke atas, menuju ke kemaluannya. Begitu tersentuh, desahan nafasnya semakin keras, & semakin memburu. Perlahan kubelai rambut kemaluannya, lalu jari tengahku mulai menguak ke tengah.

Kubelai & kuputar-putar tonjolan daging sebesar kacang tanah yang sudah sangat licin & basah. Tubuh Vivi mulai menggelinjang, pinggulnya bergerak ke kiri-ke kanan, juga ke atas & ke bawah. Keringatnya semakin deras keluar dari tubuhnya yang wangi.

Ciumannya semakin ganas, & mulai menggigit lidahku yang masih berada dalam mulutnya. Sementara tangannya semakin ganas bermain di kemaluanku, maju-mundur dengan cepat. Tubuhnya mengejang & melengkung, kemudian terhempas ke tempat tidur disertai erangan panjang.

Orgasme yang pertama telah berhasil kupersembahkan untuknya. Dipeluknya saya dengan keras sambil berbisik, “Ohhh, nikmat sekali. terima kasih sayang.”

Saya tak ingin istirahat berlama-lama. Segera kutindih tubuhnya, lalu dengan perlahan kuciumi ia dari kening, ke bawah, ke bawah, & terus ke bawah. Deru nafasnya kembali terdengar disertai rintihan panjang begitu lidahku mulai menguak kewanitaannya. Cairan vagina ditambah dengan air liurku membuat lubang hangat itu semakin basah.

Kumainkan klitorisnya dengan lidah, sambil kedua tanganku meremas-remas pantatnya yang padat berisi. Tangannya kembali mengacak-acak rambutku, & sesekali kukunya yang tak terlalu panjang menancap di kepalaku. Ngilu tapi nikmat rasanya.

Kepalanya terangkat lalu terbanting kembali ke atas bantal menahan kenikmatan yang amat sangat. Perutnya terlihat naik turun dengan cepat, sementara kedua kakinya memelukku dengan kuat.

Beberapa saat kemudian, ditariknya kepalaku, kemudian diciumnya saya dengan gemas. Kutatap matanya dalam-dalam sambil meminta ijin dalam hati untuk memasukkan pusaka saya ke liang kenikmatannya. Tanpa kata, tetapi sampai juga rupanya. Sambil tersenyum sangat manis, dianggukkannya kepalanya.

Perlahan, dengan tangan kuarahkan kemaluanku menuju ke kewanitaannya. Kugosok-gosok sedikit, kemudian dengan amat perlahan, kutekan & kudorong masuk. Terasa sekali kalau daerah terlarang itu sudah basah & mengeluarkan banyak cairan. Kudorong perlahan… & terasa ada yang menahan tongkat pusakaku.

Wow…! Vivi ini masih perawan rupanya. Kulihat ia meringis, mungkin kesakitan, tangannya tanpa kusangka mendorong bahuku sehingga tubuhku terdorong ke bawah. Kulihat ada air mata meleleh di sudut matanya. Saya tak tega, saya kasihan! Kupeluk & kuciumi dia. Hilang sudah nafsuku saat itu juga.

Vivi tahu saya kecewa. Sebab itu ia cepat mendekapku. & tiba-tiba dengan ganasnya, ia melumat & mengulum senjata saya yang mulai mengendur.

“Argh… ” saya mendesis…! Ternyata sedotan demi sedotan dari Vivi mendatangkan kenikmatan yang luar biasa…

Saya membiarkan saja, apa yang dilakukan Vivi. Kulihat Vivi dengan rakusnya telah melahap & mengulum kemaluanku yang sudah kembali membesar & sangat keras. Nikmat tiada tara. Tapi, saya kesulitan untuk melakukan oral terhadapnya dalam posisi seperti ini. Jadi kuminta ia telentang di tempat tidur, saya naik ke atas tubuhnya, tetap dalam posisi terbalik.

Saya pernah beberapa kali melakukan hal yang sama dulu, tetapi rasa yang ditimbulkan jauh berbeda. Hampir bobol pertahananku menerima jilatan & elusan lidahnya yang hangat & kasar itu.

Apalagi bila ia memasukkan kemaluanku ke mulutnya seperti akan menelannya, kemudian bergumam. Getaran pita suaranya seakan menggelitik ujung kemaluanku. Bukan main nikmatnya.

Larva panas hampir tak tertahankan lagi, saya memberi isyarat padanya untuk menghentikan emutannya…

Minggu, 24 September 2023

Cerita Hot Selingkuh Dengan Istri Bos

Namaku Steven, aku sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak, umurku masih 35 tahun. Isteriku cantik putih dan baik sekali bahkan sangking baiknya dia mau menerima aku apa adanya, walaupun gajiku pas-pasan tapi dia tetap mencintaiku. Wajahku tidaklah ganteng atau macho akan tetapi biasa-biasa saja dan aku bukan pemuda yang tinggi, tinggiku hanya 165 cm dengan berat sekitar 58 kg.

Tapi walaupun demikian aku termasuk orang yang beruntung karena beberapa kali aku memiliki selingkuhan yang cantik-cantik, jadi pengalamanku cukup banyak. Semua wanita yang menjadi pacar gelapku senang bermain seks denganku karena aku dapat memuaskan mereka, karena aku bisa memberikan kepuasan kepada mereka beberapa kali, bahkan sampai 8 kali orgasme ketika aku berpacaran dengan gadis bule.

Pengalamanku kali ini terjadi ketika tahun 2014 saat aku pergi ke Yogyakarta untuk urusan bisnis. Kebetulan aku bekerja di sebuah perusahaan ekspedisi penelitian dan ekowisata maka aku berangkat ke kota Yogya dalam acara pameran ekowisata. Saat itu aku pergi sendirian dengan menggunakan kereta executive.

Pertama kalinya aku pergi ke Yogya sendirian jadi aku tidak begitu hapal kota Yogya tapi dengan modal nekat dan keberanian akupun memberanikan diri seolah-olah aku sering datang ke kota tersebut. Tadinya aku akan pergi dengan isteri bos ku yang kebetulan sering pergi ke Yogya. Karena masih ada urusan di Jakarta maka isteri bosku tidak jadi menemaniku.

Istri bosku (Bernama Mbak Yuni) wajahnya cukup menarik dengan kulit yang coklat dan hitam manis dan badannya yang sintal walaupun usianya sudah menginjak 37 tahun tapi masih kelihatan sintal dan berisi, maklumlah sering aerobik dan olah raga.

Pada waktu aku di Yogya, Mbak Yuni sering meneleponku hampir setiap hari bahkan sehari bisa lebih dari 2, pada mulanya aku sendiri tidak tahu mengapa dia sering telpon aku. Saat itu, aku tinggal di sebuh hotel yang lumayan bagus, bersih dan murah di dekat jalan Malioboro. Karena aku sendirian di kota itu aku seringkali kesepian dan aku selalu ingat anak dan isteriku.

Akan tetapi itu semua hilang ketika Mbak Yuni meneleponku dan aku selalu menggodanya bahwa aku kesepian dan horny di kota ini karena aku sering dengar erangan kenikmatan dari sebelah kamarku, dia hanya tertawa saja. Bahkan dia menggodaku untuk mencari wanita Yogya saja buat menemaniku.

Beberapa hari kemudian aku mendapat kabar bahwa bosku menyuruh Mbak Yuni untuk menemaniku di Yogya, aku berfikir wah ini kesempatan yang baik buatku untuk menggodanya, memang keberuntungan masih berpihak pada diriku. Akhirnya dia bilang bahwa dia akan menyusul dengan menggunakan kereta dan minta di bookingkan satu kamar untuknya. Aku bilang pada hari itu mungkin kamar akan penuh.

Dia sedikit kecewa lalu dia bilang,

“Terus gimana dong, aku gak mau tinggal di hotel yang jauh dari kamu.. Ngomong-ngomong Steven kamar kamu ada 2 bed apa satu?”

“Kamarku Cuma satu bed tapi di bawah ranjang ada satu bed lagi jadi mungkin aku bisa pake, emang Mbak mau sekamar denganku?” Aku menggodanya.

“Boleh kalo nggak ada kamar lagi” Aku setengah tidak percaya akan ucapannya.

Aku berfikir inilah kesempatanya aku bisa mendekati dia dan menggodanya.

“Tapi Mbak aku suka tidur telanjang paling cuma pake celana dalam doang dan selimut, apa Mbak gak apa-apa?” Aku sedikit meyakinkan dia akan kebiasaanku.

“Nggak apa-apa siapa takut.. Masalahnya aku juga kadang-kadang begitu juga”

Aku semakin senang mendengarnya. Lalu aku menawarkan untuk tinggal sekamar denganku bila tidak ada kamar kosong dan dia setuju.

Ketika pada hari H nya, aku jemput dia di stasiun dan setelah bertemu aku ajak ke hotel tempat aku menginap, otak ngeresku mulai jalan dan aku mulai berfikir bagaimana caranya agar dia mau sekamar denganku lalu dengan akal bulusku aku berbohong bahwa kamar hotel penuh semua. Lalu aku langsung ajak Mbak Yuni ke kamarku dan aku tidak menyangka ternyata dia mau sekamar denganku. Karena sebelumnya aku pikir dia hanya bercanda.

Ketika malam tiba, aku sengaja mengambil satu tempat tidur lagi, untuk menjaga agar dia tidak mempunyai fikiran yang jelek tentang diriku, karena aku masih takut kalau Mbak Yuni akan marah dan tersinggung bila aku seranjang dengannya karena biasanya itu akan dianggap tidak sopan dan senonoh serta murahan dan perempuan akan marah sekali bila dianggap seperti itu.

Sebelum tidur kami mengobrol tentang macam-macam dan pada akhirnya bicara tentang seks. Sangking seriusnya bicara tentang seks, aku memberanikan diri memancing reaksinya.

“Mbak kalo ngomongin seks kayak gini, cewekku dulu seringkali udah basah duluan”.

Lalu dia menjawab,

“Ah itu sih biasa, aku aja suka basah”.

Tak lama kemudian suasana berubah karena dia merasa perutnya agak sakit karena kembung. Aku mulai kasihan lalu aku menawarkan diri,

“Biar aku refleksi dan pijit deh”.

Lalu aku pijit kaki dan betisnya. Pada mulanya dia kesakitan dengan pijitanku tersebut. Otak kotorku mulai datang dan aku coba untuk memijit pahanya dan dia meringis kesakitan. Lama aku memijit pahanya dan makin lama aku kendurkan pijitanku tetapi dia masih mengerang bahkan ketika aku elus-elus dia masih mengerang.

Dengan segenap keberanianku aku coba mengelus hingga ke pangkal pahanya dan dia mengerang semakin menjadi, tentu saja penisku langsung berdiri apalagi ketika aku pijit dan elus bagian pahanya, dia membuka pahanya lebar-lebar.

Lalu aku singkapkan rok tidurnya dan aku elus di pangkal paha kemudian aku beranikan diri mengelus vaginanya, ternyata Mbak Susi diam saja dan mengerang, tanpa pikir panjang aku masukkan jari-jemariku ke balik celana dalamnya dan memainkan klitoris dan lubang vaginanya dengan jariku.

Ternyata vaginanya sudah basah sekali, lalu aku tarik celana dalamnya dan aku mulai menciumi pahanya hingga sampailah pada gundukan vaginanya yang sangat merangsang.

Aku hisap dan jilat vaginanya yang harum, Mbak Yuni semakin mengerang kenikmatan.

“Oh.. Oohh.. Mmhh.. Ohhmm.. Sayangg.. Ohmm” Jilatanku semakin liar dan semakin terasa kakinya mulai mengejang. Aku semakin mempercepat tempo jilatan mautku dan dia mengerang semakin keras.

“Oohh.. Ehheehmm.. Ohh.. Aauuaa.. Hhmm” Ternyata dia telah mencapai orgasme yang pertama.

Kemudian aku lepaskan celana dalamku karena kebetulan aku selalu tidur hanya memakai celana dalam dan saat itu aku hanya memakai kain sarung. Dengan penis yang masih menegang aku beralih posisi di atasnya dan menciumi bibir dan kedua susunya dengan jemari tanganku memainkah pentilnya. Karena tidak sabar lalu aku masukkan penisku yang sudah tegang. Sewaktu penisku masuk ke lubang kenikmatan tersebut terdengar erangan keenakan Mbak Yuni.

Vagina Mbak Yuni serasa sempit karena tulang panggulnya yang seakan-akan mempersempit lubang kemaluannya. Akan tetapi aku merasakan kenikmatan yang luar biasa di penisku dengan lubangnya yang sempit itu.

Aku keluar masukkan penisku dan Mbak Yuni membuka lebar-lebar kakinya sambil menopang satu kaki ke dinding kamar. Aku semakin merasakan sensasi yang luar biasa ketika penisku keluar masuk, karena dinding lubang vagina dan tulang panggulnya yang menggesek-gesek batang kemaluanku begitu terasa sekali.

Mbak Yuni masih terus mengerang ketika aku menekan penisku di vaginanya dalam-dalam. Walaupun penisku tidak besar sekali tapi berukuran normal akan tetapi sensasi yang aku berikan ketika aku mengocok penisku di dalam vaginanya membuat Mbak Yuni mengerang, menjerit keenakan sambil matanya merem melek.

Setelah hampir satu jam sejak pemanasan Mbak Yuni kelihatan tegang kemudian di merapatkan kedua kakinya dan aku mengangkangkan kakiku sehingga lubang vaginanya semakin sempit. Dengan gaya seperti itu aku masih tetap terus mengocok vaginanya dan Mbak Yuni semakin mengerang keras.

Akhirnya dia bilang,

“Ohh sayang aku mau keluaarr.. Ohh enakk”

Akhirnya Mbak Yuni tidak bisa menahan gejolak yang ada dalam dirinya, maka jebollah pertahanannya dengan jeritan yang membuatku semakin bergairah. Aku masih mengocok penisku karena sampai saat itu aku masih bertahan dan aku ingin memberikan kenikmatan yang dasyat untuknya sehingga dia tidak bisa lupa dan terus ketagihan. Aku semakin mempercepat kocokanku, semakin cepat aku mengocok jeritan keenakan Mbak Yuni semakin kencang dan tak tertahankan.

Aku merasakan sensasi yang tiada taranya, sehingga aku merasakan ada sesuatu yang akan keluar dari batang kemaluanku dan akupun mempercepat irama kocokanku. Badanku semakin menegang dan Mbak Yuni semakin mengerang.

“Ohh.. Mbak aku mau keluar.. Mbak udah mau lagi nggak? Aku dah nggak tahan nih”

“Ohh sayang aku juga mau keluar.. Ohh.. Oohh kita bareng sayaangg.. Oohh aku keluaarr”

“Aku juga Mbak.. Oohh Mbak eeaannakk?”

 

Dan bobollah pertahananku dan pertahanannya.. Crot.. Crot.. Crot..

 

“Oohh.. Enaak..” Akhirnya kami orgasme bersama-sama.

“Oh, kamu hebat sayang.. Sampai aku orgasme tiga kali, padahal aku jarang banget loh orgasme walaupun sama suamiku. Malah aku keseringannya nggak bisa orgasme”.

Dengan peluh yang mengucur banyak sekali aku tidak segera mencabut penisku dari vaginanya, aku biarkan penisku merasakan sensasi vagina Mbak Yuni yang begitu nikmat. Akhirnya kamipun tertidur dengan tubuh masih telanjang.

Malam itu kami lakukan lagi sampai 4 kali. Pada keesokan harinya kami lakukan lagi hingga siang hari sampai 3 kali. Begitu pula pada malam harinya hingga pagi kami lakukan lagi 3 kali.

Setiap hari kami lakukan terus dan sampai kembali ke Jakarta kami masih tetap melakukannya di dalam kereta walaupun hanya sebatas permainan jari-jariku di kemaluannya dan dia mengocok penisku dengan ditutup selimut.

Sesampainya di Jakarta kami masih sering melakukannya terkadang di rumahnya ketika bos dan orang-orang pergi atau di kantor saat semua orang sedang keluar.

Mbak Yuni termasuk wanita yang kuat sekali seperti kuda liar karena untuk membuatnya orgasme memerlukan waktu yang lama dan perlu laki-laki yang betul-betul kuat dan pandai memberikan sensasi hebat, sehingga suaminya pun tidak dapat mengimbanginya, tapi dengan aku Mbak Yuni tidak bisa berbuat apa-apa karena setiap kali bersetubuh aku selalu memberikannya kepuasan.

Akan tetapi sekarang kami tidak lagi, karena dia memiliki selingkuhan yang lainnya lagi. Sekarang aku kesepian lagi apalagi aku jarang sekali berhubungan dengan isteriku karena terkadang aku kasihan dia sering kecapaian.

Teman-temanku bilang bahwa aku memang jantan karena bisa memuaskan perempuan. Bahkan mereka yang merasa jantan di ranjang tidak dapat mengimbangi permainanku hingga bisa memuaskan perempuan berkali-kali.

Sampai wanita bule pun kewalahan karena mereka jarang sekali mendapatkan kepuasan dengan laki-laki bule walaupun mereka memiliki penis yang besar, tapi itu bukan jaminan dan cewek-cewek bule mengakuinya ketika tahu bahwa aku bisa memuaskan mereka beberapa kali.

Ngentot Dengan Tante Tersayang Ketika Om Keluar Rumah

Saya Dedi, bukan nama sebenarnya…..umur 22 tahun baru lulus dari salah satu universitas ternama di Malang. Dan saya berasal dari keluarga baik-baik. Kejadian ini dimulai ketika saya menginap di rumah om saya di daerah sidoarjo.

Om saya telah menikah dan memiliki 2 anak lelaki yang lucu umur 3 dan 5 tahun, serta memiliki istri yang cukup cantik (menurut saya) umurnya sekitar 25 tahun. saya sendiri tinggal disurabaya kurang lebih jarak tempat tinggalku dengan tante adalah 19 Km…

Awal kejadiannya adalah pada hari sabtu malam saya mendengar pertengkaran di rumah tersebut, yang tidak lain adalah om saya dengan tante saya. Ternyata penyakit ‘gatel’ om saya kambuh lagi yaitu sering pergi ke diskotik bersama temannya. Hal tersebut sangat menyakitkan tante saya, karena di sana om saya akan mabuk-mabukan dan terkadang pulangnya bisa pada hari Minggu malam.

Entahlah apa yang dilakukan di sana bersama teman-temannya. Dan pada saat itu hanya aku bertiga saja di rumah: saya, Om Dim dan Tante Bin. “Brak..” suara gelas pecah menghantam pintu, cukup membuat saya kaget, dan om saya dengan marah-marah berjalan keluar kamar.

Dari dalam kamar terdengar tante saya berteriak, “Nggak usah pulang sekalian, cepet ceraikan aku.” Dalam hatiku berkata, “Wah ribut lagi.” Om Dim langsung berjalan keluar rumah, menstarter mobilnya dan pergi entah ke mana. Di dalam kamar, aku mendengar Tante Bin menangis. Aku mau masuk ke dalam tapi takut kena damprat olehnya (kesalahan Om Dim dilimpahkan kepadaku).

Tapi aku jadi penasaran juga. Takut nanti terjadi apa-apa terhadap Tante Bin Maksudku akibat kecewa sama Om Dim dia langsung bunuh diri. Pelan-pelan kubuka pintu kamarnya. Dan kulihat dia menangis menunduk di depan meja rias. Aku berinisiatif masuk pelan-pelan sambil menghindari pecahan gelas yang tadi sempat dilemparkan oleh Tante Bin Kuhampiri dia dan dengan pelan.

Aku bertanya, “Kenapa Tan? Om kambuh lagi?” Dia tidak menjawab, hanya diam saja dan sesekali terdengar isak tangisnya. Cukup lama aku berdiri di belakangnya. Pada waktu itu aku hanya memandangnya dari belakang, dan kulihat ternyata Tante Bin mengenakan baju tidur yang cukup menggiurkan. Pada saat itu aku belum berpikiran macam-macam.

Aku hanya berkesimpulan mungkin Tante Bin mengajak Om Dim, berdua saja di rumah, karena anak-anak mereka sedang pergi menginap di rumah adik Tante Bin Dan mungkin juga Tante Bin mengajak Om bercinta (karena baju yang dikenakan cukup menggiurkan, daster tipis, dengan warna pink dan panjang sekitar 15 cm di atas lutut). Tetapi Om Dim tidak mau, dia lebih mementingkan teman-temannya dari pada Tante Bin. Tiba-tiba Tante Bin berkata, “Di, Om kamu kayaknya udah nggak sayang lagi sama Tante.

Sekarang dia pergi bersama teman-temannya ke Surabaya, ninggalin Tante sendirian di rumah, apa Tante udah nggak cakep lagi.” Ketika Tante Bin berkata demikian dia berbalik menatapku. Aku setengah kaget, ketika mataku tidak sengaja menatap buah dadanya (kira-kira berukuran 34). Di situ terlihat puting susunya yang tercetak dari daster yang dikenakannya. Aku lumayan kaget juga menyaksikan tubuh tanteku itu.

Aku terdiam sebentar dan aku ingat tadi Tante Bin menanyakan sesuatu, aku langsung mendekatinya (dengan harapan dapat melihat payudaranya lebih dekat lagi). “Tante masih cantik kok, dan Om kan pergi sama temannya. Jadi nggak usah khawatir Tan!” “Iya tapi temennya itu brengsek semua, mereka pasti mabuk-mabukan lagi dan main perempuan di sana.”

Aku jadi bingung menjawabnya. Secara refleks kupegang tangannya dan berkata, “Tenang aja Tan, Om nggak bakal macem-macem kok.” (tapi pikiranku sudah mulai macam-macam). “Tapi Tante denger dia punya pacar di surabaya, malahan Tante kemarin pergoki dia telponan ama cewek, kalo nggak salah namanya Nuni.” “Masak Om tega sih ninggalin Tante demi cewek yang baru kenal, mungkin itu temennya kali Tan, dan lagian Tante masih tetap cantik kok.”

Tanpa Tante Sis sadari tangan kananku sudah di atas paha Tante Sis karena tangan kiriku masih memegang tangannya. Perlahan-lahan pahanya kuusap secara halus, hal ini kulakukan karena aku berkesimpulan bahwa tanteku sudah lama tidak disentuh secara lembut oleh lelaki. Tiba-tiba tanganku yang memegang pahanya ditepis oleh Tante Sis, dan berdiri dari duduknya,

“Di, saya tantemu saya harap kamu jangan kurang ajar sama Tante, sekarang Tante harap kamu keluar dari kamar tante sekarang juga!” Dengan nada marah Tante Bin mengusirku. Cukup kaget juga aku mendengar itu, dan dengan perasaan malu aku berdiri dan meminta maaf, kepada Tante Bin karena kekurangajaranku. Aku berjalan pelan untuk keluar dari kamar tanteku.

Sambil berjalan aku berpikir, aku benar-benar terangsang dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Sejak aku putus dengan pacarku, terus terang kebutuhan biologisku kusalurkan lewat tanganku. Setelah sampai di depan pintu aku menoleh kepada Tante Bin lagi. Dia hanya berdiri menatapku, dengan nafas tersenggal-senggal (mungkin marah bercampur sedih menjadi satu).

Aku membalikkan badan lagi dan di pikiranku aku harus mendapatkannya malam ini juga. Dengan masa bodoh aku menutup pintu kamar dari dalam dan menguncinya, lalu langsung berbalik menatap tanteku. Tante Bin cukup kaget melihat apa yang aku perbuat. Otakku sudah dipenuhi oleh nafsu binatang. “Mau apa kamu Di?” tanyanya dengan gugup bercampur kaget. “Tante mungkin sekarang Om sedang bersenang-senang bersama pacar barunya, lebih baik kita juga bersenang-senang di sini, saya akan memuaskan Tante”.

Dengan nafsu kutarik tubuh tanteku ke ranjang, dia meronta-ronta, tetapi karena postur tubuhku lebih besar (tinggiku 185 cm dan beratku 72 kg, sedangkan Tante Bin memiliki tinggi tubuh sekitar 167 cm dan berat kurang lebih 50 kg) aku dapat mendorongnya ke ranjang, lalu menindihnya. “Lepasin Tante, Dedi,” suara keluar dari mulutnya tapi aku sudah tidak peduli dengan rontaannya. Dasternya kusingkap ke atas.

Ternyata Tante Bin tidak mengenakan celana dalam sehingga terpampang gundukan bukit kemaluannya yang menggiurkan, dan dengan kasar kutarik dasternya bagian atas hingga payudaranya terpampang di depanku. Dengan bernafsu aku langsung menghisap putingnya, tubuh tanteku masih meronta-ronta, dengan tidak sabar aku langsung merobek dasternya dan dengan nafsu kujilati seluruh tubuhnya terutama payudaranya, cukup harum tubuh tanteku.

Akibat rontaannya aku mengalami kesulitan untuk membuka pakaianku, tapi pelan-pelan aku dapat membuka baju dan celanaku. Sambil membuka baju dan celanaku itu, dengan bergantian tanganku mengusap bukit kemaluannya yang menurutku mulai basah (mungkin Tante Bin sudah mulai terangsang walaupun masih berkurang tetapi frekuensinya agak menurun sedikit).

kemaluanku telah berdiri tegak dan kokoh nafsu telah menyelimuti semua kesadaranku bahwa yang kugeluti ini adalah isteri pamanku sendiri yaitu tanteku Dengan tidak sabar aku langsung berusaha membenamkan kejantananku ke liang TANTEKU , Aku agak kesulitan menemukan celah kewanitaan tanteku,kadang kemaluanku meleset keatas dan bahkan kadang meleset kearah lubang anus tanteku . ini disebabkan tanteku bergerak kesana kemari berusaha menghindar dan menghalangi kemaluanku yang sudah siap tempur ini.

“Di, jangan Di, aku Tantemu tolong lepasin Di, ampun, Tante minta ampun”. Aku sudah tidak peduli lagi Rengekannya. usahaku kepalang tanggung dan harus berhasil karena gagalpun mungkin akibatnya akan sama bahkan mungkin lebih fatal akibatnya , Ketika lubang senggamanya kurasa sudah pas dengan dibantu cairan yang keluar dari liang kewanitaannya aku langsung menghujamkan senjataku.

“Auuhh, sakit Di, aduh.. Tante minta ampun.. tolong Di jangan lakukan lepasin Tante Di..” Ketika mendengar rintihannya, aku jadi kasihan, tetapi senjataku sudah di dalam, “Maaf Tante, saya sudah tidak tahan dan punyaku sudah terlanjur masuk nih…..,” bisikku ke telinganya. Tante Bin hanya diam saja. Dan tidak berkata apa-apa.

Dengan pelan dan pasti aku mulai memompa kemaluanku naik turun, tanteku menggelinjang hebat seakan akan masih ada sedikit pemberontakan dalam dirinya…. ssshhhhhhhhh….tanteku hanya mendesis lirih sambil menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan tak mau menatap wajahku kemudian Dia hanya diam pasrah dan kulihat air matanya berlinang keluar.

Kucium keningnya dan bibirnya, sambil membisikkan, “Tante, Tante masih cantik dan tetap mengairahkan kok, saya sayang Tante, bila Om sudah tidak sayang lagi, biar Dedi yang menyayangi Tante.” Tante Bin hanya diam saja, dan kurasakan pinggulnya pun ikut bergoyang seirama dengan goyanganku.

kemaluanku kudorong perlahan seakan ingin menikmati kenyamanan ini dengan waktu yang lama cllkk clllkkkk cclkkkk bunyi badanku beradu dengan badan tanteku seirama keluar masuknya kemaluanku kedalam liang senggamanya yang betul betul enak.

Kira-kira 10 menit aku merasakan liang kewanitaan tanteku semakin basah dan kakinya menyilang di atas pinggulku dan menekan kuat-kuat mungkin tanteku sedang orgasme kudiamkan sejenak kubiarkan tanteku menikmati orgasmenya kubenamkan lebih dalam kemaluanku ,sambil memeluk erat tubuhnya iapun membalasnya erat kurasakan tubuh tanteku bergetar kenikmatan yang dahsyat telah didapatkannya.

kubalik badan tanteku dan sekarang dia dalam posisi diatas kemaluanku masih terbenam dalam kewanitaan tanteku tapi dia hanya diam saja sambil merebahkan tubuhnya diatas tubuhku, lalu kuangkat pinggul tanteku perlahan dan menurunkannya lagi kuangkat lagi dan kuturunkan lagi.

kemaluanku yang berdiri tegak menyodok deras keatas kelubang nikmatnya akhirnya tanpa kubantu tanteku menggoyangkan sendiri pantatnya naik turun oooooooccchhhhhhhh , aku yang blingsatan kenikmatan rupanya tanteku mahir dengan goyangannya diposisi atas kenikmatan maximum kudapatkan dalam posisi ini rupanya tanteku mengetahui keadaan ini.

ia tambah menggoyang goyangkan pantatnya meliuk liuk persis pantat Mei bahar penyanyi dangdut dengan goyang patah patahnya oooooochhhhhh, sshhh…… kali ini aku yang mirip orang kepedasan aku mengangkat kepalaku…kuhisap puting susu tanteku ia mengerang goyangannya tambah dipercepat dan 5 menit berjalan.

tanteku bergetar lagi ia telah mendapatkan orgasmenya yang kedua pundakku dicengkeramnya erat  ssshhhhhhh.. bibir bawahnya digigit sambil kepalanya menengadah keatas “di bangsat kamu, tante kok bisa jadi gini ssssshhhh.. tante udah 2 kali kluarrrrrrrr…”aku hanya tersenyum“ tulangku rasa lepas semua di” aku kembali tersenyum.

“tante gak pernah klimaks lebih dari 1 x kalo dengan ommu..” kubalik kembali badan tanteku dengan posisi konvensional kugenjot dengan deras kewanitaannya oooohhh oohhh….ssshhhhh tanteku kembali menggeliat pinggulnya mulai bergoyang pula mengimbangi genjotanku aku pun sudah kepengen nyampe dan tidak lama kemudian akupun mengeluarkan spermaku di dalam liang senggamanya.

ssshhhhhh……aaachhhhhhh……………….. spermaku tumpah dengan derasnya kedalam liang senggama tanteku , mata tanteku sayu menatapku klimaks permainan panjang yang sangat melelahkan yang diawali dengan pemaksaan dan perkosaaan yang ahirnya berkesudahan dengan kenikmatan puncak yang sama sama diraih kulihat terpancar kepuasaan yang amat sangat diwajah tanteku.

“kamu harus menjaga rahasia ini di” aku hanya mengangguk dan sekarang tanteku tak perduli lagi kalau om ku mau pulang atau tidak karena kalau om ku keluar malam maka tanteku akan menghubungiku via HP untuk segera kerumahnya.

Sabtu, 23 September 2023

Sex Awal Perkenalan Dan Berakhir Ngentot Di Apartement

Rencana awal adalah berenang , Mulamula kami berciuman dengan tangan berdua masingmasing bergerilya pada tempat yang makin membangkitkan nafsu birahi kami, kemudian dia mulai menelusuri bagian selangkangan saya dan menggosok-gosokkan tangannya pada kemaluan saya, yang otomatis menimbulkan rasa nikmat yang luar biasa,

Dia mencari klitoris saya dan mulai mempermainkannya dengan jari jempolnya. Karena saya sudah begitu bernafsu otomatis daerah lubang kemaluan saya menjadi lebih dan lebih basah lagi dan itu mempermudah dia untuk memasukkan salah satu jarinya pada lubang kewanitaan saya.

Bisa dibayangkan bagaimana nikmatnya saya saat itu. Sementara saya pun tidak ketinggalan beraksi, dengan tangan saya, saya juga berusaha memijat, meremas dan mengusapusap batang kemaluannya yang makin lama makin menegang, rupanya dia juga sangat menikmati permainan yang saya lakukan. Kami terus berciuman sambil terus saling meraba dan meremas selama kirakira lima menitan.

Kemudian dia mengajak saya dan merebahkan saya di atas tempat tidur, tanpa membuang waktu sedikit pun dia langsung meletakkan seluruh wajahnya pada selangkangan saya, yang sudah basah sejak tadi, dia menjilat, menyedot dan menggigit kecil klitoris saya dengan rakusnya.

Sementara jari tengahnya dimasukkan dan dikocok-kocokkan pada lubang kemaluan saya. Saya betul-betul merasa seperti berada pada surga kenikmatan, sebentar saja saya sudah mengalami orgasme dan saya menggelinjang hebat,

Ooohh.. Im comiing.. dan sepertinya dia tahu, dia malahan tidak melepaskan mulutnya dan malahan semakin agresif mengenyotenyot klitoris saya. Setelah dua kali orgasme dia kemudian berhenti menjilati saya dan berlutut dekat saya dan mendekatkan batang kemaluannya pada wajah saya, yang langsung saya masukkan ke dalam mulut saya, dengan rakusnya saya menjilat,

Menghisap dan mengulum batang kemaluan pasangan saya dengan nikmat, Hhhmm.. Mulut saya yang mungil terasa sangat penuh, mengingat batang kemaluan pasangan saya cukup besar dan panjang.

Pasangan saya begitu menikmati semua yang saya lakukan padanya, sambil berseru, Oh yess.. yess.. dan sampai pada akhirnya sepertinya dia sudah tidak tahan lagi, dia langsung mencabut batang kemaluannya dari mulut saya dan langsung memasukkannya pada lubang kemaluan yang sudah sangat basah.

Mula-mula dia menggenjot secara perlahan sambil menikmati remasan lubang kemaluan saya dan saya pun menikmati besarnya batang kemaluan bule yang masuk ke lubang kemaluan saya.

Ritme goyangannya semakin cepat dan saya pun sudah akan mencapai orgasme lagi, sementara dia pun seperti gunung yang sudah akan meletus, mempercepat goyangannya, majumundur, sampai akhirnya dia berteriak,

Im comiing.. dan saya pun merasakan spermanya yang hangat menyemprotnyemprot lubang kemaluan saya dan kedutan batang kemaluannya segera membuat saya mencapai orgasme yang sangat luar biasa nikmatnya dan berteriak dengan serak,

Ooohh.. Im comiing too.. lubang kemaluan saya terus meremas batang kemaluannya sampai akhirnya dia terkulai lemas di ranjang.

Kami kemudian membersihkan badan di kamar mandi, sekalian memakai baju renang dan pergi ke kolam renang, kami berenang sebentar dan sempat santai ke pinggir pantai untuk menikmati matahari yang sudah akan tenggelam, kemudan balik lagi ke kamar untuk mandi.

Setelah mandi kami coba istirahat di atas ranjang yang tersedia, dengan maksudnya mau istirahat, tapi kenyataannya menjadi lain begitu dia mulai merabaraba selangkangan saya lagi, mencaricari mulut saya untuk dilumatnya,

Begitu hotnya ciuman kami, beradunya dua bibir dan lidah yang saling memilin menimbulkan suara kecipakan khas suara orang yang sedang berciuman, dan kami kembali bugil saling melumat bibir dan juga saling meraba dan meremas alat kelamin pasangan kami. Kami berdua menggelinjang penuh kenikmatan.

Digosokkannya telapak tangannya pada permukaan lubang kemaluan saya, sambil mencaricari klitoris saya dan tak lupa jari tengahnya dimasukkan ke dalam lubang kemaluan saya yang sudah mulai basah dan jempolnya tetap menggosok klitoris saya, hal ini membuat saya melenguh keenakkan, Oh.. yess.. oh.. nicee..

Sementara itu tangan saya pun sudah menguruturut batang kemaluannya yang sudah semakin besar dan mengeras saja. Pasangan bule saya itu kemudian membalikkan badannya, sehigga posisi kami saat itu menjadi 69,

Dia mulai menjilat bibir labia saya, mengulum, menyedot klitoris, dan juga lidahnya mencoba masuk ke dalam lubang kemaluan saya yang sudah mulai memproduksi santan yang cukup banyak, sepertinya dia amat menikmati perbuatannya itu dan begitu rakusnya dia menikmati lubang kemaluan saya,

Hal ini semakin membuat saya menggelinjang kenikmatan, Achh.. achh.. nikmat sekali, terus terang saya memang paling menikmati jika lubang kemaluan saya, dijilat, disedot, dikulum seperti orang sedang makan ice cream saja. Beberapa kali saya mencapai orgasme waktu itu saya tidak ingat,

Kelihatannya dia tahu benar bagaimana memberikan kenikmatan yang saya inginkan, saya menggelinjang hebat, sampai merasakan ngilu pada klitoris saya karena terusterusan disedot, dikulum dan digigit-gigit oleh pasangan saya.

Sementara saya sendiri pun, begitu melihat ada batang kemaluan yang besar tepat di muka saya. Tanpa menyianyiakan waktu lagi langsung melahapnya, saya kulum, jilat dan saya sedot seperti saya sedang makan es waktu kecil,

Buah zakarnya terayunayun membuat saya semakin ingin mengulumnya juga, saya jilat, saya kulum dan disertai remasanremasan yang memberikan rasa nikmat, dia juga begitu menikmati apa yang saya kerjakan, terlihat dari semakin besar dan keras batang kemaluan pasangan saya,

Cairan bening dari batang kemaluannya sudah mulai keluar dan desahan nikmat yang keluar dari mulut kami berdua sudah bercampur. Kami terus saling menghisap, mengulum alat kelamin pasangan kami dan juga saling menikmati sampai kirakira cukup lama berlangsung sekitar 10 menitan.

Baru setelah itu dia membalikkan badannya sehingga wajah kami saling berhadapan, dengan bantuan tangannya segera diarahkan batang kemaluan besarnya pada lubang kemaluan saya yang sudah amat basah. Terasa penuh batang kemaluannya dalam lubang kemaluan saya.

Mula-mula diputar-putarkan batang kemaluannya sehingga seluruh lubang kemaluan saya bisa merasakan nikmatnya batang kemaluan besarnya, saya sudah tak tahan lagi, baru sebentar saja saya sudah mencapai orgasme, dengan erangan nikmat saya,

Ooohh.. Im comiing.. Setelah tahu saya orgasme, pasangan saya malah semakin semangat menggoyanggoyangkan pantatnya, dengan posisi memutar dan juga maju mundur, bunyi suara batang kemaluannya keluar masuk lubang kemaluan saya yang sudah sangat basah terdengar kecipakan keras sekali.

Rupanya lama-lama dia juga sudah tidak dapat menahan nikmatnya remasan dan jepitan lubang kemaluan melayu, sebentar kemudian dia pun ikut berteriak, Im comiing.. too.. saat itu sperma yang disemprotkan begitu terasa hangat menyiram lubang kemaluan saya,

Sret.. sret.. sret.. dan kedutan batang kemaluannya masih terasa sehingga membuat saya mencapai orgasme lagi yang kedua kalinya. Orgasme ini benarbenar membuat saya melayang serasa di surga ke tujuh.

Selanjutnya kami berpelukan dengan lunglai tapi penuh kenikmatan, tertidur dengan bugil cukup lama karena begitu terbangun hari sudah lumayan malam dan perut kami sudah mulai terasa lapar, karena dari siang tidak sempat makan, hanya roti bekal kami yang mengganjal perut saat itu.

Segera kami bersih bersih dan memakai pakaian untuk dinner di restaurant di bawah. Pada waktu berjalan terasa dengkul saya lemas karena orgasme yang saya capai berkali-kali, tapi saya bersyukur karena saya bisa menikmati orgasme yang kata orang suka susah didapat, apalagi kalau pasangan kami tidak perdulian.

Malam itu sehabis pergi makan malam, saya coba pasang TV yang ada dalam kamar, ternyata tidak ada acara yang menarik, sementara dia pergi ke teras untuk melihat suasana di luar, saya tidak mau ikut ke teras karena perasaan tidak nyaman terus menyelimuti hati saya,

Saya tahu pasti cerita yang beredar tentang Nyi Roro Kidul, jadi saya coba untuk di dalam kamar saja. Karena acara TV tidak ada yang bagus, saya pergi ke kamar mandi untuk gosok gigi dan membersihkan make up saya,

Sekalian saya ganti baju tidur, eh nggak tahunya dia juga sudah masuk kamar lagi, dan begitu melihat saya sudah memakai celana pendek dan kaos, dia bilang katanya, I think its better if youre not wearing anything.. sambil dia langsung melepas semua pakaian saya, dan juga melepas pakaiannya sendiri.

Dengan saya masih berdiri tegak telanjang dengan lembut diciuminya semua badan saya dari wajah sampai kaki, dia bilang, You smells good.. Setelah itu baru kami mulai berciuman, mulamula sih dengan lembut,

Tapi lamalama yang namanya nafsu tidak dapat ditahan lagi, lidah yang saling memilin, bibir yang saling memagut sepertinya nggak ada hari esok, tangannya pun sudah mulai melakukan usapan-usapan tangannya ke arah selangkangan saya seperti biasa,

Dan saya juga sudah mengelus elus batang kemaluannya, jarinya pun sudah dimasukkan juga ke dalam lubang kemaluan saya dan terasa enak sekali dan saya mengeluh dan mendesah, Oooh.. yess.. yess.. nice.. terus ciumannya mulai turun dari mulut terus lagi ke leher, ke perut dan akhirnya mentok pada selangkangan saya.

Dia mulai menciumi lubang kemaluan saya yang sudah basah, mengulum, menggigit klitoris saya dan sambil jarinya tetap berada dalam lubang kemaluan saya dan dikocok-kocok dan diputar-putarnya, rasanya begitu nikmat.

Dalam waktu singkat saya sudah mencapai orgasme dan santan yang keluar langsung disedot sampai habis dengan rakus olehnya, dia bilang, Wow.. kemaluan kamu enak sekali.. Hal itu makin membuat saya makin terangsang, sepertinya dia rakus sekali dengan lubang kemaluan yang terpampang di depannya.

Kemudian dia menarik saya dan menyuruh saya duduk di pinggir ranjang dan dia berdiri di muka. Saya sudah tahu apa yang diinginkannya, langsung saja saya nikmati batang kemaluan besarnya, begitu besarnya sampai penuh rasanya di mulut saya,

Mula mula saya jilati batang kemaluannya yang penuh dengan urat, kemudian kepala batang kemaluannya saya kulum, dan saya hisap sambil menggumam, Hmm.. hmm.. sambil tangan saya meremasremas dengan lembut buah zakarnya, dia begitu menikmati, terlihat dari mimik wajahnya dan desahan yang keluar yang keluar dari mulutnya,

Oooh.. yes.. ooh yess.. Kemudian setelah berlangsung 5 7 menitan dia rupanya sudah sangat tidak tahan dan melepaskan batang kemaluannya, dan mendorong saya tertidur dan langsung menimpa badan saya dan segera memasukkan batang kemaluannya sepenuhnya sepanjang 16 cm itu ke dalam lubang kemaluan saya.

Terasa penuh dan enak sekali rasanya terutama ketika ujung batang kemaluan menusuk ujung lubang kemaluan saya. Dia kemudian mulai bergerak majumundur perlahanlahan sambil pantatnya melakukan goyangan memutar,

Sepertinya seluruh bagian dalam lubang kemaluan saya terkena kena sentuhan dan gesekan batang kemaluannya. Saya sudah tidak tahan lagi, sebentar saja rasa nikmat menjalar keseluruh badan saya dan saya mencapai orgasme sampai bergetar rasanya,

Tetapi pasangan saya itu bukan berhenti atau memperlambat gerakannya, tetapi malah ditambah dengan kocokannya yang semakin cepat, sehingga orgasme lanjutan tak dapat saya cegah lagi.

Betul betul luar biasa rasanya, sepertinya dia tahu benar cara untuk memuaskan saya. Baru setelah saya mencapai orgasme yang keempat kalinya dia berteriak, Im comiing too.. sambil disemprotkannya sperma hangat ke dalam lubang kemaluan saya,

Sret.. sret.. sret.. begitu terasa kedutan batang kemaluannya dalam lubang kemaluan saya. Kami berdua jatuh terhempas lemas, terutama saya merasa lemas sekali karena orgasme yang terus menerus.

Kami berbaring sambil tetap berpelukan dan dia mengecup saya sambil mengatakan I love you.. Kemudian beberapa lama baru saya ke kamar mandi untuk cuci cuci, begitu banyak sperma yang keluar dari lubang kemaluan saya saat saya buang air.

Setelah itu kami pergi tidur, saya pun tidur hanya memakai kaos tanpa mengenakan celana dalam dan dia pun bertelanjang dengan cuma memakai celana pendek longgar saja, sepertinya tenaga kami sudah sangat terkuras habis, terbukti dari langsung lelapnya kami begitu kepala bersandar di bantal.

Esok paginya, seperti mimpi, saya merasa seperti ada orang yang sedang menciumi selangkangan saya, ternyata begitu saya buka mata, dia langsung bilang,

Good Morning, Im having my breakfast now.. katanya.

Do you want to joint me..?

Ya, begitulah sekali lagi melakukan apa yang telah dilakukan sebelumnya dan acara bersetubuh pun terulang lagi dan yang berakhir dengan saya orgasme dua kali. Setelah selesai baru kami pergi mandi dan siap siap sarapan benaran, beres beres barang dan check out, karena takut kemalaman sampai di Jakarta.

Sepanjang perjalanan saya merasa sperma yang ada dalam lubang kemaluan saya kadang kadang keluar kalau saya bergerak, celana dalam saya sudah mulai terasa basah.

Ternyata begitu sampai di rumah saya periksa celana dalam saya benaran basah kuyup, bisa dibayangkan banyaknya sperma yang disemprotkan ke dalam lubang kemaluan saya.

Jumat, 22 September 2023

Sex Pijat Dan Ngeseks Dengan Pembantu Yang Seksi

Maukan kamu mijit Bapak lagi ? Pegal2 nih kan udah seminggu? Bisa Pak, jam berapa Bapak pulang ? Sekarang? Baik Pak, tapi saya mau mandi dulu? Agak lama aku menunggu di depan pintu baru Meilisa membukanya. Maaf Pak, tadi baru mandi Kata Meilisa tergopohgopoh. Ah, penisku mulai bergerak naik. Meilisa mengenakan daster yang basah di beberapa bagian dan jelas sekali bentuk bulat buah kembarnya sebagai tanda dia tak memakai BH. Mungkin buruburu. Engga apaapa.

Bisa mulai ? Bisa pak saya ganti baju dulu? Hampir saja aku bilang, engga usah, kamu gitu aja. Untung tak jadi, ketahuan banget ada maksud lain selain minta pijit. Aku masuk kamar dan segera bertelanjang bulat. Terbawa suasana, penisku udah tegak berdiri. Kututup dengan belitan handuk. Pintu diketok. Meilisa masuk.

Mengenakan rok terusan berbunga kecil warna kuning cerah, agak ketat, agak pendek di atas lutut, berkancing di depan tengah sampai ke bawah, membuatnya makin tampak bersinar. Warna roknya sesuai benar dengan bersih kulitnya.

Dada itu kelihatan makin menonjol saja. Penisku berdenyut. Siap Mei? Ya pak? Dengan hanya berbalut handuk, aku rebah ke tempat tidur, tengkurap. Meilisa mulai dengan memencet telapak kakiku. Ini mungkin urutan yang benar. Cara memijat tubuhku bagian belakang sama seperti pijatan pertama minggu lalu, kecuali waktu mau memijat pantat, Meilisa melepaskan handukku, aku jadi benar2 bugil sekarang. Wangi sabun mandi tercium dari tubuhnya ketika ia memijat bahuku. Selama telungkup ini, penisku bergantiganti antara tegang dan surut. Bila sampai pada daerah sensitif, langsung tegang. Kalau ngobrol basabasi dan serius?, surut. Kalau ngobrolnya menjurus, tegang lagi.

Depannya Pak? Dengan tenang aku membalikkan tubuhku yang telanjang bulat. Bayangkan, terlentang telanjang di depan pembantu. Penisku sedang surut. Meilisa melirik penisku, lagi2 hanya sekilas, sebelum mulai mengurut kakiku. Sekarang aku dengan jelas bisa melihatnya. Bayanganku akan bentuk buah dadanya di balik pakaiannya membuat penisku mulai menggeliat. Apalagi ketika ia mulai mengurut pahaku. Batang itu sudah tegak berdiri. Cara mengurut paha masih sama, sesekali menyentuh buah pelir. Bedanya, Meilisa lebih sering memandangi kelaminku yang telah dalam kondisi siap tempur. Kenapa Mei ? Aku mulai iseng bertanya.

Ah engga katanya sedikit gugup.? Cepet bangunnya hi ..hi..hi..?

katanya sambil ketawa polos. Iya dong. Kan masih sip kata kamu? Ada bedanya lagi. Kalau minggu lalu sehabis dari paha dia terus mengurut dadaku, kali ini dia langsung menggarap penisku, tanpa kuminta ! Apakah ini tanda2 dia akan bersedia kusetubuhi ?

Jangan berharap dulu, mengingat kesetiaannya kepada istriku??. Cara mengurut penisku masih sama, pencet dan urut, hanya tanpa kocokan.

Jadi aku tak sempat mendaki?, cuman pengin menyetubuhinya ! Udah. Benar2 masih sip, Pak? Mau coba sipnya? kataku tiba2 dan menjurus. Wajahnya sedikit berubah. Jangan dong Pak, itu kan milik Ibu. Masa sih sama pembantu? Engga apaapa asal engga ada yang tahu aja ? Meilisa diam saja. Dia berpindah ke dadaku.

Artinya jarak kami makin dekat, artinya rangsanganku makin bertambah, artinya aku bisa mulai menjamahnya. Antara 2 kancing baju di dadanya terdapat celah terbuka yang menampakkan daging dada putih yang setengah terhimpit itu. Aduuuhhh. Aku mampu bertahan engga nih. Apakah aku akan melanggar janjiku ? Seperti minggu lalu juga tangan kiriku mulai nakal. Kuusap usap pantatnya yang padat dan menonjol itu. Seperti minggu lalu juga, Meilisa menghindar dengan sopan.

Tapi kali ini tanganku bandel, terus saja kembali ke situ meski dihindari berkalikali. Lama2 Meilisa membiarkannya, bahkan ketika tanganku tak hanya mengusap tapi mulai meremasremas pantat itu, Meilisa tak ber reaksi, masih asyik mengurut. Meilisa masih saja asyik mengurut walaupun tanganku kini sudah menerobos gaunnya mengeluselus pahanya.

Tapi itu tak lama, Meilisa mengubah posisi berdirinya dan meraih tangan nakalku karena hendak mengurutnya, sambil menarik nafas panjang. Entah apa arti tarikan nafasnya itu, karena memang sesak atau mulai terangsang ? Tanganku mulai diurut. Ini berarti kesempatanku buat menjamah daerah dada. Pada kesempatan dia mengurut lengan atasku, telapak tanganku menyentuh bukit dadanya. Tak ada reaksi. Aku makin nekat.

Tangan kananku yang sedari tadi nganggur, kini ikut menjamah dada sintal itu. Paak Katanya pelan sambil menyingkirkan tanganku.

Okelah, untuk sementara aku nurut. Tak lama, aku sudah tak tahan untuk tak meremasi buah dada itu. Kudengar nafasnya sedikit meningkat temponya. Entah karena capek memijat atau mulai terangsang akibat remasanku pada dadanya. Yang penting : Dia tak menyingkirkan tanganku lagi. Aku makin nakal. Kancing paling atas kulepas, lalu jariku menyusup. Benar2 daging padat. Tak ada reaksi. Merasa kurang leluasa, satu lagi kancingnya kulepas. Kini telapak tanganku berhasil menyusup jauh sampai ke dalam BHnya, Ah putting dadanya sudah mengeras ! Meilisa menarik telapak tanganku dari dadanya. Bapak kok nakal sih Katanya, dan .. tibatiba dia merebahkan tubuhnya ke dadaku.

Aku sudah sangat paham akan sinyal ini. Berarti aku akan mendapatkannya, lupakan janjiku. Kupeluk tubuhnya erat2 lalu kuangkat sambil aku bangkit dan turun dari tempat tidur. Kubuka kancing blousenya lagi sehingga BH itu tampak seluruhnya. Buah dada sintal itu terlihat naik turun sesuai irama nafasnya yang mulai memburu. Kucium belahan dadanya, lalu bergeser ke kanan ke dada kirinya.

Bukan main dada wanita muda ini. Bulat, padat, besar, putih. Kuturunkan tali Bhnya sehingga putting tegang itu terbuka, dan langsung kusergap dengan mulutku.Aaahhffffhhhhh. Paaaaak? rintihnya. Tak ada penolakan.

Aku pindah ke dada kanan, kulum juga. Kupelorotkan roknya hingga jatuh ke lantai. Kulepaskan kaitan BHnya sehingga jatuh juga. Dengan perlahan kurebahkan Meilisa ke kasur, dada besar itu berguncang indah. Kembali aku menciumi, menjilati dan mengulumi kedua buah dadanya. Meilisa tak malu2 lagi melenguh dan merintih sebagai tanda dia menikmati cumbuanku. Tanganku mengusapi pahanya yang licin, lalu berhenti di pinggangnya dan mulai menarik CDnya Jangan Pak.

Kata Meilisa terengah sambil mencegah melorotnya CD. Wah engga bisa dong aku udah sampai pada point noreturn, harus berlanjut sampai hubungan kelamin. Engga apaapa Mei ya. Bapak pengen. Badan kamu bagus bener ? Waktu aku membuka Cdnya tadi, jelas kelihatan ada cairan bening yang lengket, menunjukkan bahwa dia sudah terangsang. Aku melanjutkan menarik CDnya hingga lepas sama sekali. Meilisa tak mencegah lagi. Benar, Meilisa punya bulu kelamin yang lebat. Kini dua2nya sudah polos, dan dua2nya sudah terangsang, tunggu apa lagi.

Kubuka pahanya lebar lebar. Kuletakkan lututku di antara kedua pahanya. Kuarahkan kepala penisku di lubang yang telah membasah itu, lalu kutekan sambil merebahkan diri ke tubuhnya. Auww. Pelan2 Pak. Sakit.!?

Bapak pelan2 nih ?

Aku tarik sedikit lalu memainkannya di mulut vaginanya.

Bapak sabar ya. Saya udah lamaa sekali engga gini ? Ah masa ? Benar Pak? Iya deh sekarang bapak masukin lagi ya. Pelan deh..? Benar Bapak engga bilang ke Ibukan ? engga dong gila apa? Terpaksa aku pegangi penisku agar masuknya terkontrol. Kugesergeser lagi di pintu vaginanya, ini akan menambah rangsangannya.

Baru setelah itu menusuk sedikit dan pelan. Aaghhhhfff? serunya, tapi tak ada penolakan kaya tadi Sakit lagi Mei, Meilisa hanya menggelengkan kepalanya. Terusin Pak perlahan? sekarang dia yang minta. Aku menekan lagi. AH bukan main sempitnya vagina wanita muda ini. Kugosok-gosok lagi sebelum aku menekannya lagi. Mentok. Kalau dengan isteriku atau Si Angel, tekanan segini sudah cukup menenggelamkan penisku di vaginanya masing-masing.

Meilisa memang beda. Tekan, goyang, tekan goyang, dibantu juga oleh goyangan Meilisa, akhirnya seluruh batang panisku tenggelam di vagina Meilisa yang sempit itu. Benar2 penisku terasa dijepit. Aku menarik penisku kembali secara amat perlahan. Gesekan dinding vagina sempit ini dengan kulit penisku begitu nikmat kurasakan. Setelah hampir sampai ke ujung, kutekan lagi perlahan pula sampai mentok.

Demikian seterusnya dengan bertahap menambah kecepatan. Tingkah Meilisa sudah tak karuan.

Selain merintih dan teriak, dia gerakkan tubuhnya dengan liar. Dari tangan meremas sampai membanting kepalanya sendiri. Semuanya liar. Akupun asyik memompa sambil merasakan nikmatnya gesekan. Kadang kocokan cepat, kadang gesekan pelan. Penisku mampu merasakan relung2 dinding vaginanya.

Memang beda, janda muda beranak satu ini dibandingkan dengan isteriku yang telah kali melahirkan. Beda juga rasanya dengan Angel yang walaupun juga punya anak satu tapi sudah 30 tahun dan sering dimasuki oleh suaminya dan aku sendiri.

Aku masih memompa. Masih bervariasi kecepatannya. Nah, saat aku memompa cepat, tiba2 Meilisa menggerakgerakan tubuhnya lebih liar, kepalanya berguncang dan kuku jarinya mencengkeram punggungku kuatkuat sambil menjerit, benar2 menjerit ! Dua detik kemudian gerakan tubuhnya total berhenti, cengkeraman makin kuat, dan penisku merasakan ada denyutan teratur di dalam sana.

Ohh nikmatnya.. Akupun menghentikan pompaanku. Lalu beberapa detik kemudian kepalanya rebah di bantal dan kedua belah tangannya terkulai ke kasur, lemas. Meilisa telah mencapai orgasme !

Sementara aku sedang mendaki. Paaak ooohhhh..? Kenapa Mei ?

Ooohh sedapnya ?

Lalu diam, hening dan tenang. Tapi tak lama.

Sebentar kemudian badannya berguncang, teratur. Meilisa menangis ! Kenapa Mei ?

Air matanya mengalir. Masih menangis. Kaya gadis yang baru diperawani saja. saya berdosa ama Ibu? katanya kemudian Engga apaapa Mei.. Kan Bapak yang mau? Iya .. Bapak yang mulai sih.

Kenapa Pak ? Jadinya saya engga bisa menahan Aku diam saja. Saya khawatir Pak Sama Ibu ? Bapak engga akan bilang ke siapapun? Juga khawatir kalo kalo ? Kalo apa Mei ? Kalo saya ketagihan Oh jangan khawatir, Pasti Bapak kasih kalo kamu pengin lagi. Tinggal bilang aja? Ya itu masalahnya? Kenapa ? Kalo sering2 kan lama2 ketahuan ..? Yaah harus hati2 dong? kataku sambil mulai lagi menggoyang. Kan aku belum sampai. Ehhmmmmmm reaksinya. Goyang terus. Tarik ulur. Makin cepat. Meilisa juga mulai ikut bergoyang. Makin cepat.

Aku merasakan hampir sampai di puncak. Mei Ya Pak Bapak. hampir. sampai ? Teruus Pak? Kalo.. keluar .gimana ? Keluarin..aja Pak Engga. apaapa? Engga.. usah dicabut? Jangan.. pak . aman.. kok? Aku mempercepat genjotanku. Gesekan dinding vaginanya yang sangat terasa mengakibatkan aku cepat mencaki puncak. Kubenamkan penisku dalam2 Kusemprotkan maniku kuat2 di dalam. Sampai habis. Sampai lunglai. Sampai lemas. Beberapa menit berikutnya kami masih membisu. Baru saja aku mengalami kenikmatan luar biasa.

Suatu nikmat hubungan seks yang baru sekarang aku alami lagi setelah belasan tahun lalu berbulan madu dengan isteriku. Vagina Meilisa memanggurih?, dan aku bebas mencapai puncak tanpa khawatir resiko. Tapi benarkah tanpa resiko. Tadi dia bilang aman. Benarkah ? Mei Ya .. Pak? Makasih ya benar2 nikmat? Samasama Pak.

Saya juga merasakan nikmat? Masa ..? Iya Pak. Ibu benar2 beruntung mendapatkan Bapak? Ah kamu ? Baner Pak. Sama suami engga seenak ini? Oh ya ? Percaya engga Pak. Baru kali ini saya merasa kaya melayang-layang ? Emang sama suami engga melayang, gitu? Engga Pak. Seperti yang saya bilang punya Bapak bagus banget? Katamu tadi.

Udah berapa lama kamu engga begini ..? Sejak.ehm.. udah 4 bulan Pak? Lho. Katanya kamu udah cerai 5 bulan? Benar ? Trus ? Waktu itu saya kepepet Pak? Sama siapa? Sama tamu. Tapi baru sekali itu Pak.

Makanya saya hanya sebulan kerja di panti pijat itu. Engga tahan diganggu terus? Cerita dong semuanya? Ada tamu yang nafsunya gede banget. Udah saya kocok sampai keluar, masih aja dia mengganggu. Saya sampai tinggalin dia. Trus akhirnya dia ninggalin duit, lumayan banyak, sambil bilang saya ditunggu di Halte dekat sini, hari Sabtu jam 10.00.

Dia mau ajak saya ke Hotel. Kalo saya mau, akan dikasih lagi sebesar itu? Trus ? Saya waktu itu benar2 butuh buat bayar rumah sakit, biaya perawatan adik saya. Jadi saya mau? Pernah sama tamu yang lain ? Engga pernah Pak. Habis itu trus saya langsung berhenti? Kapan kamu terakhirmain ? Ya itu sama tamu yang nafsunya gede itu, 4 bulan lalu. Setelah itu saya kerja jadi pembantu sebelum kesini. Selama itu saya engga pernah?main?, sampai barusan tadi sama Bapak .

Enak banget barusan kali karena udah lama engga ngrasain ya Pak atau emang punya Bapak siip bangethi..hi..? Polos banget anak ini. Aku juga merasakan nikmat yang sangat.

Dia mungkin engga menyadari bahwa dia punya vagina yang legit?, lengket lengket sempit, dan seret, Kamu engga takut hamil sama tamu itu ? Engga. Sehabis saya melahirkan kan pasang aiyudi (maksudnya IUD, spiral alat KB). Waktu cerai saya engga lepas, sampai sekarang.

Bapak takut saya hamil ya? Aku lega bukan main. Berarti untuk selanjutnya, aku bisa dengan bebas menidurinya tanpa khawatir dia akan hamil. Jam berapa Pak ? Jam 4 lewat 5? Pijitnya udah ya Pak. Saya mau ke belakang dulu? Udah disitu aja? kataku sambil menyuruh dia ke kamar mandi dalam kamarku. Dengan tenangnya Meilisa beranjak menuju kamar mandi, masih telanjang. Goyang pantatnya lumayan juga. Tak lama kemudian Meilisa muncul lagi.

Baru sekarang aku bisa jelas melihat sepasang buah dada besarnya. Bergoyang seirama langkahnya menuju ke tempat tidur memungut BHnya. Melihat caranya memakai BH, aku jadi terangsang. Penisku mulai bangun lagi. Aku masih punya sekitar 45 menit sebelum isteriku pulang, cukup buat satu ronde lagi.

Begitu Meilisa memungut CDnya, tangannya kupegang, kuremas. Bapak pengin lagi, Mei? Ah nanti Ibu keburu dateng , Pak? Masih ada waktu kok? Ah Bapak nih gede juga nafsunya? katanya, tapi tak menolak ketika BH nya kulepas lagi.

Sore itu kembali aku menikmati vagina legit milik Meilisa, janda muda beranak satu, pembantu rumah tanggaku.. Hubungan seks kami selanjutnya tak perlu didahului oleh acara pijitan. Kapan aku mau tinggal pilih waktu yang aman (cuma Meilisa sendirian di rumah) biasanya sekitar jam 2 siang. Meilisa selalu menyambutku dengan antusias, sebab dia juga menikmati permainan penisku.

Tempatnya, lebih aman di kamarnya, walaupun kurang nyaman. Bahkan dia mulai berani? memanggilku untuk menyetubuhinya.

Suatu siang dia meneleponku ke kantor menginformasikan bahwa Uci udah berangkat sekolah dan Ade pergi les bahasa Inggris, itu artinya dia sendirian di rumah, artinya dia juga pengin disetubuhi. Terbukti, ketika aku langsung pulang, Meilisa menyambutku di pintu hanya berbalut handuk. Begitu pintu kukunci, dia langsung membuang handuknya dan menelanjangiku ! Langsung saja kita main di sofa ruang tamu.