Rabu, 30 Agustus 2023

Reporter Cantik Yang Malang Di Perkosa Di Gerbong Kereta Api

Cerita sexs ini berkisah tentang seorang wanita yang bernama Dara, seorang gadis berusia 24 tahun, tingginya 165cm dengan berat badan yang cukup ideal, 53kg, dengan ukuran payudara 34C. Dia bekerja di salah satu stasiun televisi swasta sebagai reporter.

Dara beparas cantik dan berkulit putih mulus sehingga dia dapat diterima bekerja sebagai reporter di XX tv sejak dua tahun yang lalu. Sebagai seorang reporter yang pastinya sering muncul menyapa pemirsa di layar kaca, tentunya membuat Dara meraih popularitas sehingga banyak orang mengenalinya.

Banyak hal yang dirasa menyenangkan bagi Dara karena popularitas yang didapatnya, diantaranya pada waktu keluar berjalan-jalan, banyak orang yang mengenalinya dan tersenyum kepadanya serta menyapanya, bahkan hingga meminta tandatangannya.

Namun, jika ada hal-hal yang positif tentu saja ada pula yang negatif, diantaranya banyak lelaki yang suka bersiul suit-suit ketika ia lewat, seringkali hampir dicolek oleh tangan jahil lelaki iseng dan mupeng

hingga yang baru saja terjadi, ada yang nekad mencari kesempatan untuk mengintip Dara kala sedang berganti pakaian di dalam kamar pas di sebuah department store di dalam sebuah pusat perbelanjaan, sialnya pelakunya tidak berhasil tertangkap tangan.

Sebagai seorang reporter, tentunya Dara sering meliput berita di sana-sini, lumayanlah itung-itung sekalian jalan-jalan sembari shopping, begitu pikirnya. Terhitung hampir semua daerah, dari Sabang sampai Merauke sudah pernah disinggahinya kala melakukan rutinitasnya sebagai seorang reporter televisi.

Walaupun begitu, ia jarang mendapatkan kesempatan untuk melakukan liputan ke luar negeri sehingga suatu saat, ketika atasannya memberikan kesempatan kepadanya untuk meliput berita di Jepang, Dara girang sekali dan langsung memutuskan untuk mengambil kesempatan tersebut.

Walaupun tahu bahwa harga-harga di Jepang sangat mahal, ia juga telah menyiapkan anggaran untuk belanja. Di Jepang nanti, Dara ditugaskan untuk meliput sebuah festival adat di Jepang beserta segala keunikannya. Hari yang dinanti-nantikan tibalah juga. Dara berangkat ditemani oleh Sari, seorang camera person dari XX tv ke Jepang.

Sari berusia dua tahun lebih muda dari Dara, tinggi badannya sepantaran dengan Dara namun sedikit lebih kurus dengan payudara yang lebih kecil 34A, gayanya modis, dan rambutnya seringkali bergonta-ganti warna.

Kali ini ia mengecat rambutnya dengan warna cokelat kemerahan, menambah cantik penampilannya yang juga berkulit putih. Mereka menggunakan jasa salah satu maskapai penerbangan dalam negeri karena memang maskapai dalam negeri tidak dicekal di Jepang seperti halnya yang dilakukan oleh negara-negara Uni-Eropa. Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam, tibalah Dara dan rekannya di bandara internasional Narita.

“Lo kenapa Sar?”, tanya Dara pada kawannya. “Kok kelihatannya lesu gitu?
“Ya ialah, lama banget tuh perjalanan tadi, lo sih enak, molor terus!”

Ucapan temannya tersebut hanya ditanggapi dengan tawa oleh Dara, karena memang selama perjalanan menuju Jepang, ia lebih banyak tidur, bukan karena fasilitas pesawat yang nyaman, namun lebih dikarenakan balas dendam, balas dendam?

Lho? Memang, seminggu terakhir sebelum berangkat ke Jepang, ia terus melakukan liputan berpindah-pindah kota untuk sebuah program wisata belanja, hal itu dilakukannya untuk mengejar deadline dari pimpinan redaksi.

Selama di Jepang, rencananya Dara dan Sari akan tinggal di rumah MeiMei, kawan akrab Dara kala masih duduk di bangku SMU, MeiMei sekarang bekerja sebagai seorang designer dan tinggal dekat kawasan Shibuya. Hal ini juga merupakan suatu kebetulan bagi Dara karena Shibuya memang terkenal dengan wisata belanja, kegemaran utama Dara.

Setibanya di kediaman MeiMei, Dara dan Sari langsung memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu seusai perjalanan panjang dari Indonesia, malam harinya Dara mengajak MeiMei untuk mengantarnya berbelanja keesokan harinya.

“Win, besok selesai liputan, lo anterin gue shopping yuk, gue kan disini cuman dua hari”.

“Aduuuh, sorry tan, gue besok ada meeting sama klien, enggak bisa ditinggalin. Plus sorenya gue ketemuan sama cowok gue. Emm, lo ditemenin sama si Sari aja ya? Ntar gue kasih tahu tempat-tempat yang barangnya bagus dan murah.”

“Yah, si Sari kan sama aja kaya gue, awam sama daerah sini, lo gimana sih?”

“Iya, iya, soriii banget tapi gue betul-betul nggak bisa, lagian transportnya gampang kok, naik KRL sekali juga nyampe.”

“Mmm….. ya sudah deh engga apa-apa kalau begitu.” Jawab Dara dengan muka masam. “Eh, omong-omong cowok lo cakep ga?”

“Yaa, itu khan relatif, tapi umurnya udah jauh lebih tua, ada terpaut limabelas tahunan sama gue, lumayan tajir lagi.”

“Gila lo, sekarang kok seleranya berubah, seneng sama om-om, hahahaha.” Merekapun bercanda hingga merasa mengantuk dan beristirahat kemudian.

Keesokan harinya, Dara dan Sari menyelesaikan liputan berita untuk XX tv dengan lancar, merekapun kembali terlebih dahulu ke tempat MeiMei untuk meletakkan kamera dan berganti pakaian. Dara dan Sari sepakat kompakan memakai rok span berwarna senada, hitam, sehingga tampak kontras dengan paha keduanya yang putih mulus.

Sari memadukan roknya dengan blouse putih, sedangkan Dara memilih mengenakan kemeja berwarna krem, mereka berdua mengenakan mantel bulu karena udara yang lebih dingin dibanding di tanah air. Berdua, mereka berangkat naik taksi ke stasiun dan kemudian membeli tiket kereta rel listrik, tak lama menunggu, keretapun datang dan mereka segera naik.

Sementara itu, di tempat kerjanya, MeiMei tampak teringat sesuatu dan mengangkat ponselnya, hendak menelepon Dara, namun, “astaga, dia belum ganti nomor lokal, enggak bisa dihubungi deh.

” Kata MeiMei dalam hati dengan wajah yang tampak kebingungan karena hendak memberitahukan sesuatu pada Dara namun tidak bisa dilakukan.

Di dalam kereta, Dara dan Sari ternyata tidak dapat menemukan tempat duduk yang kosong, sehingga keduanyapun memutuskan untuk berdiri sambil berpegang pada pegangan yang sengaja dibuat untuk penumpang yang tidak kebagian tempat duduk.

Lima menit berlalu, sambil berdiri, Sari dan Dara baru menyadari bahwa hampir seluruh penumpang di gerbong tersebut adalah laki-laki, hanya ada dua wanita tua yang sedang terlelap duduk di ujung gerbong.

Perhentian berikutnya, beberapa penumpang turun, Dara dan Sari mencoba mengambil kesempatan untuk duduk, namun keduluan oleh beberapa penumpang lain yang sedari tadi juga berdiri. Segerombolan penumpang baru juga masuk, dan seluruhnya pria. Space untuk berdiri pun kian sempit, sehingga Dara dan Sari hampir dikelilingi oleh gerombolan pria yang bau naik tadi.

“Yah, sial, berdiri lagi deh.” Ujar Dara yang diamini oleh Sari.

“Liat deh, penumpangnya laki semua tapi nggak ada yang gentleman, ngasih tempat duduk kek buat makhluk-makhluk cantik, ha2.” Canda Sari yang disambut tawa renyah Dara

Sesaat setelah itu, terdengar suara seseorang dibelakang mereka, dari nada bicaranya nampaknya bertanya sesuatu kepada mereka. Merekapun menoleh mencari si sumber suara. Tampak dihadapan mereka seorang bapak berwajah ramah, jika ditaksir, kira-kira umurnya empatpuluhan. Ternyata orang tersebut yang memanggil tadi.

“Ima nanji desu ka?”

Dara dan Sari sama-sama bengong karena sama sekali tidak mengerti apa yang baru saja diucapkan pria tersebut. Seolah mengerti bahwa yang diajak bicara tidak mengerti bahasanya, bapak tersebut mengulangi pertanyaannya.

“Ano, What is da time?” Ujarnya dengan bahasa Inggris sekenanya sambil menunjuk pergelangan tangannya sendiri.

Dara dan Sari baru mengerti apa yang ditanyakan tadi ketika si bapak berwajah ramah mengulangi pertanyaannya dalam bahasa Inggris, walaupun tata bahasanya salah (yang benar what time is it?).

Untungnya Dara sudah mencocokkan jam tangannya dengan waktu setempat. Ia pun memperlihatkan jam tangannya kehadapan bapak itu agar dapat melihat sendiri pukul berapa sekarang. Bapak itupun manggut-manggut setelah melihat jam. “Domo arigato gozaimasu” Ucapnya sambil tersenyum.

Kalau yang ini Dara mengerti bahwa artinya terima kasih, ia pun membalas senyuman bapak itu, sementara Sari hanya memperhatikan dari tadi. Sebelum sempat membalikkan badan, Dara merasakan ada tangan yang menyenggol paha bagian belakangnya. Ia pun berbisik kepada Sari,

“Sar, tadi kayak ada yang nyolek gue deh.”
“Masa? Kok sama, tadi juga kayak ada yang nyenggol pantat gue.” bisik Sari.

“Ya udahlah, mungkin kebetulan saja, kereta ini kan bergerak terus jadi mungkin ada yang badannya jadi gak seimbang dan gak sengaja nyenggol. ” tukas Dara. Sari pun mengiyakan ucapan temannya itu dan bersikap santai saja sambil menunggu kereta sampai di tujuan.

Belum ada lima detik dari senggolan pertama tadi, kembali Dara merasakan rabaan pada pantatnya, kali ini bukan lagi menyenggol, namun terasa sedikit meremas. Terkejut, Dara pun berusaha menepis tangan itu. Merasakan gelagat yang tidak baik, Dara mengajak Sari menjauh dari tempat berdiri mereka sekarang.

Namun belum sempat mereka bergerak, ada tangan-tangan yang mencengkeram lengan mereka berdua sehingga mereka tidak dapat bergerak kemana-mana. Disaat bersamaan, kedua wanita cantik itu merasakan tangan yang menjamah tubuh mereka kian banyak. Ada yang meremas-remas pantat mereka dan ada yang naik meraba payudara mereka.

Merekapun berusaha meronta melepaskan diri dari situasi tersebut, tangan keduanya bergerak menepis tangan-tangan jahil itu. Namun apa daya dua pasang tangan melawan tangan-tangan sebanyak itu.

“Ehh, apa-apaan ini!” teriak Dara. Namun ia menyadari tidak ada yang paham ucapannya. Ia pun berusah menggunakan bahasa Jepang sebisanya. “Ieee, bageroooo! Emph….” Sebelum sempat meneruskan teriakannya, ada tangan kokoh membekap mulutnya dari belakang sehingga ia tak lagi mampu berkata-kata.

Semakin lama, jamahan dari tangan-tangan itu kian mengarah ke paha bagian dalam Dara. Ia pun berusaha mengatupkan kedua kakinya sehingga tangan-tangan itu tidak dapat menjangkau bagian vitalnya.

Namun usaha itu sia-sia karena tangan-tangan lain sudah mencengkeram dan merenggangkan kakinya sehingga posisinya terbuka dan tangan-tangan jahanam itu dapat leluasa bergerak menuju vagina Dara yang masih tertutup g-string seksi warna hitam.

“Mmh…. hhhh” Dara hanya bisa sedikit mendesah, dalam keadaan mulutnya disumpal telapak tangan seseorang dibelakangnya. Dara mencoba melihat dimana posisi Sari, tapi ia tidak dapat melihat temannya itu, di sekitarnya hanya ada segerombolan laki-laki.

Perlahan, tangan-tangan tersebut mulai membuka kancing kemeja krem Dara. Dara pun berusaha meronta sebisanya, namun hal tersebut hanya membuat pertahanannya lebih longgar karena berikutnya, mantel bulu yang dikenakannya berhasil direnggut oleh seorang laki-laki anggota gerombolan itu.

Kini, Dara masih berpakaian lengkap minus mantel bulunya, namun kancing kemejanya sudah terbuka seluruhnya, memperlihatkan payudara Dara yang sekal dan hanya ditutupi oleh bra berwarna putih. Tangan-tangan yang menjamahnya seolah semakin menggila dengan keadaan tersebut.

“Mmm…!”, terdengar suara teriakan tertahan Dara. Rupanya ada yang meremas-remas payudara Dara dengan keras sehingga ia berteriak tertahan. Berikutnya, dengan sekali hentakan, robeklah bra putih yang dikenakan Dara memperlihatkan dua gundukan indah dengan puting berwarna kecokelatan.

Kini, tubuh bagian atas Dara sudah terbuka dan hanya menyisakan kemejanya yang seluruh kancingnya sudah terbuka. Melihat pemandangan tersebut, seorang diantara gerombolan tersebut bergerak maju dan mulai memainkan puting payudara sebelah kanan Dara, sementara mulutnya mulai ‘menyusu’ ke payudara sebelah kiri Dara.

Yang lebih membuat Dara terkejut adalah, orang tersebut ternyata si bapak berwajah ramah yang bertanya jam tadi. Dalam hatinya Dara berkata “dasar tua cabul, tahu begini udah gue tonjok dari tadi”.

Sementara itu, tangan-tangan yang ‘beroperasi’ di bagian bawah tubuh Dara semakin berani, ada yang menarik roknya keatas sebatas pinggang, sehingga kini rabaan dan sentuhan mereka dapat langsung bersinggungan dengan kulit telanjang Dara, sebuah tangan meraba naik paha bagian dalamnya dan bersentulah dengan liang vagina Dara yang masih terbungkus g-string hitam. Tangan itu menggesek-gesek kemaluan Dara dengan gerakan maju-mundur. Mendapat rangsangan yang demikian hebat, Dara pun mulai terangsang diluar kemauannya sendiri.

Seolah mengetahui hal tersebut, tangan yang membekap mulutnya mulai mengendurkan pegangan dan perlahan melepaskan bekapannya. Dara tak lagi berteriak-teriak, mungkin karena sudah terlampau lelah meronta, disamping itu, tidak bisa dipungkiri bahwa ia menjadi sangat terangsang dengan keadaan ini.

Tanpa disadari oleh Dara, ternyata g-stringya sudah tidak berada ditempatnya semula, entah kemana, memperlihatkan vaginanya yang dihiasi bulu-bulu kemaluan yang dicukur rapi, sehingga tangan yang tadinya hanya menggesek-gesek kemaluannya, perlahan mulai memainkan jari-jarinya diatas klitoris Dara.

Dara terangsang hebat diperlakukan seperti ini, namun ia tidak ingin semua laki-laki dihadapannya tahu bahwa ia terangsang, karena hal tersebut pasti akan membuat mereka merasa senang dan puas. Iapun mencoba menutupinya dengan mengatupkan bibir mungilnya rapat-rapat dan mencoba untuk tidak bersuara, apalagi mendesah.

Namun cobaan terasa semakin sulit bagi Dara, selanjutnya, jari tengah si bapak berwajah ramah digerakkan keluar-masuk di dalam liang vagina Dara, didalam vaginanya, jari itu sedikit ditekukkan sehingga mengenai g-spot milik Dara. Dara semakin tidak kuasa menahan gejolak birahi yang dahsyat, mulutnya tetap ditutup rapat-rapat, namun sesekali terdengar desahan tertahan.

“Emmh… hhh”.

Gerakan jari itu kian lama kian cepat sehingga pertahanan Dara yang mati-matian berusaha tidak menunjukkan ekspresi kenikmatan akhirnya bobol juga.

“Mmhh… aa… aaaaaahh!!” Teriakan itu disertai getaran hebat, ia menggelinjang menerima orgasme pertamanya.

Cengkeraman tangan dari para lelaki yang sedari tadi memegangnya kuat-kuat, akhirnya dilepaskan. Dara terduduk lemas, tubuhnya terasa panas terbakar gejolak birahi.

Perasaannya bercampur aduk, antara malu, terhina, marah dan nikmat.

Hanya sekitar lima-enam detik kemudian, tubuh Dara kembali diangkat oleh para lelaki Jepang tersebut, namun kali ini beberapa orang diantara mereka sudah melorotkan celana masing-masing, memperlihatkan penis masing-masing yang sudah tegak mengacung.

Mengetahui apa yang akan dilakukan gerombolan lelaki itu, Dara coba berontak dengan menggunakan tenaganya yang tersisa, namun seorang diantara gerombolan itu, tubuhnya kurus dan agak tonggos, meremas kedua payudaranya kuat-kuat sehingga Dara merintih kesakitan dan mencoba menepis tangan itu dari atas payudaranya.

Disaat bersamaan, pinggang Dara ditarik kebelakang oleh si bapak berwajah ramah yang langsung menancapkan penis 15cm-nya kedalam vagina Dara dengan sekali hentakan keras. Bless, masuklah penis itu disertai teriakan panjang Dara yang baru pertama kali dimasuki oleh penis laki-laki. Bapak itu memompa tubuh Dara dengan cepat.

“Plok…plok”, begitu bunyi yang terdengar ketika paha bapak itu beradu dengan paha bagian belakang Dara. Para lelaki yang lain tidak hanya diam saja, sebagian menjamah bagian-bagian sensitif Dara dengan leluasa, sebagian lagi terlihat mengocok penisnya sendiri, dan ada pula yang meraih tangan Dara, dan memaksa Dara untuk mengocok penisnya.

Ada seorang lagi yang berperawakan pendek memasukkan penisnya kedalam mulut Dara dan menggerakkannya maju-mundur. Sehingga sekarang, Dara dalam posisi setengah membungkuk dan disetubuhi dari arah depan dan belakang tubuhnya.

Lima belas menit berlalu, lelaki yang penisnya dikocok oleh tangan mungil Dara, tampak tidak kuat lagi menahan gelombang orgasme dan berejakulasi sesaat kemudian, crott!! spermanya muncrat dengan deras dan sebagian mengenai wajah Dara.

“Ah…. ahhh”, Dara mendesah seriap kali penis si bapak masuk dengan dalam di vaginanya. Lima menit kemudian, tubuh Dara bergetar hebat, ia mendapatkan orgasme keduanya. “Aaaa.. aaahh!!” Desahnya.

Tidak berapa lama, penis didalam mulut Dara menyemburkan spermanya.

Membuat Dara gelagapan dan tersedak sehingga sebagian sperma itu tertelan olehnya, sementara sebagian lagi meleleh keluar dari bibit indahnya. Si bapak yang memompa vagina Dara rupanya kuat juga, masih belum menampakkan tanda-tanda akan keluar.

Bapak itu rupanya pandai memainkan tempo, terkadang kocokan penisnya dipelankan dan terkadang cepat. Tampaknya ia benar-benar ingin menikmati jepitan vagina Dara sepuasnya. Sepuluh menit kemudian, cengkeraman tangan bapak itu di pinggang Dara tiba-tiba mengeras, bapak itupun mulai setengah mendesah.

“Hhhh…. ah..” Dara tahu bahwa orang dibelakangnya ini akan segera berejakulasi, iapun mencoba menarik badannya ke arah depan sehingga rahimnya dapat diloloskan dari semburan sperma bapak brengsek itu, namun sia-sia, baru setengah penis yang bisa dikeluarkan dan “Aaaaaahh” Crott, crott, crott!

Sperma bapak itu keburu keluar membanjiri bagian dalam vagina Dara.

“Aah, sial, damn..” gerutu Dara dalam hati karena bapak itu keluar didalam vaginanya.

Tubuh Darapun digeletakkan di atas lantai kereta dan dikelilingi tiga orang lelaki lagi yang dengan irama cepat mengocok sendiri penis masing-masing di depan wajah Dara, dan beberapa saat kemudian berejakulasi dan menyemburkan sperma masing-masing di wajah Dara.

Para lelaki itupun meninggalkan Dara terkulai diatas lantai kereta dalam keadaan telanjang bulat dengan hanya mengenakan kemeja warna krem yang sudah kusut dan basah oleh peluh dan sperma. Payudaranya dipenuhi bekas-bekas remasan dan cupangan yang berwarna kemerahan.

Dalam keadaan lemas, ia mencoba mencari Sari yang sejak tadi tidak terlihat. Rupanya, Sari mengalami hal yang sama dan ditinggalkan tergeletak lemas bermandikan keringat dan sperma.

Tidak ingin berlama-lama dalam keadaan demikian, Dara segera berdiri, mengelap keringat dan sperma disekujur tubuhnya dengan bra putihnya yang sudah robek, kemudian mengancingkan kembali kemejanya dan menurunkan roknya kembali

Dara kemudian mengajak Sari yang juga sudah merapikan diri, untuk keluar dari kereta dan mengajaknya untuk kembali saja ke tempat MeiMei. Kejadian barusan membuat hasrat belanjanya hilang.

Setibanya mereka di rumah MeiMei, merekapun mandi membersihkan tubuh masing-masing dari sisa-sisa persetubuhan yang baru saja dialami. Kemudian mengistirahatkan tubuh masing-masing. Sorenya, bel depan berbunyi, rupanya MeiMei sudah pulang.

Sari yang membukakan pintu. setelah masuk kedalam rumah, MeiMei menanyakan keadaan kedua temannya itu. Dara dan Sari pun menceritakan hal yang tadi mereka alami di kereta sehingga mereka berdua membatalkan niat belanjanya.

“Waduh, gue minta maaf bener. gue lupa kasih tahu kalian, sebenarnya ada kereta khusus untuk penumpang wanita di sini, karena emang banyak kejadian begini sebelumnya.”
“Yah, lo kok enggak kasih tahu kita dari kemarin sih Mei? Kalau tahu, kan kita enggak bakal diperkosa begini.”
“Iya, iya, gue bener-bener mohon maaf.” Ucap MeiMei. Perkosaan yang Kualami dengan Temanku di Gerbong Kereta
“Eh iya, kalian mau enggak, gue kenalin sama cowok gue? Kebetulan tuh, sebentar lagi kesini.”

Dara dan Sari mengiyakan tawaran itu karena memang penasaran seperti apa muka pacar si MeiMei. Beberapa saat kemudian, kembali terdengar bunyi bel. MeiMei beranjak keluar. Saat kembali kedalam rumah, ia berjalan bersama sesosok pria. Dara terkesiap. Astaga, ternyata si bapak berwajah ramah…..

Selasa, 29 Agustus 2023

Sensasi Kenikmatan Ngentot Dengan 3 Cewek Cantik

Mungkin saking asyiknya kami bercumbu tanpa kami sadari rupanya dari tadi ada yang memperhatikan pergumulan kami berdua, Mbak Dina dan adik suaminya, Nastasya sudah berdiri di pinggir pintu. Mungkin mereka pulang berdua tanpa suaminya dan kedua anaknya yang masih mampir ke rumah Pak dehnya mereka ketuk pintu tapi nggak ada sahutan lalu mereka menuju pintu daur yang lupa tak aku kunci.

Aku dan Mbak Finka kaget setengah mati, malu takut bercampur menjadi Dominobet88 jangan-jangan mereka marah dan menceritakan kejadian ini pada orang lain. Tapi yang terjadi sungguh diluar dugaan kami berdua, mereka bahkan ikut nimbrung sehingga kami menjadi berempat.

“Dik main gituan kok kakak nggak di ajak sich kan kakak juga mau, sudah seminggu ini suami kakak nggak ngajak gituan”, ucap Mbak Dina.
“Ini juga baru mulai kak!” sahutku.
“Mas aku boleh nyoba seks sama Mas?” tanya Nastasya.
“Boleh”.

Aku dan Kak Finka selanjutnya menyuruh mereka berdua melepas seluruh pakaiannya.

“Ck.. ck…ck……ck……”, guman ku.

Sekarang aku dikerubung 3 bidadari cantik sungguh beruntung aku ini.

Mbak Dina tubuhnya masih sangat kencang payudaranya putih agak besar kira-kira 36 B vaginanya indah sekali. Sedangkan Nastasya tubuhnya agak kecil tapi mulus, dadanya sudah sebesar buah apel ukuranya 34 A vaginanya kelihatan sempit baru ditumbuhi bulu yang belum begitu lebat.

Pertama yang kuserang adalah Mbak Dina karena sudah lama aku membayangkan bersetubuh dengannya aku menciumi dengan rakus pentilnya kuhisap dalam-dalam agar air susunya keluar, setelah keluar kuminum sepuasnya rupanya Mbak Finka dan Nastasya juga kepingin merasakan air susu itu sehingga kami bertiga berebut untuk mendapatkan air susu tersebut, sambil tangan kami berempat saling remas, pegang dan memasukam ke dalam vagina satu sama lain.

Setelah puas dengan permainan itu, aku meminta agar mereka berbaring baris sehingga kini ada 6 gunung kembar yang montok berada di depanku. Aku mulai mengulum susu mereka satu per satu bergantian sampai 6, aku semakin beringas saat kusuruh mereka menungging semua, dari belakang aku menjilati vagina satu persatu rasanya bagai makan biscuit Oreo di jilat terus lidahku kumasukkan ke dalam vagina mereka.

Giliran mereka mengulum penisku bergantian.

“Hoh…. hoooooooooo…… hhhhhhhhhh…… ehmmmmmmmmm”, desah mereka bertiga.

Aku yang dari tadi belum orgasme semakin buas memepermainkan Dominobet88 dan vagina mereka, posisi kami sekarang sudah tak beraturan. Saling peluk cium jilat dan sebagainya pokok nya yang bikin puas, hingga mereka memberi isyarat bahwa akan sampai puncak.

“Dik aku mau keluar”
“Mas aku juga”
“Aku hampir sampai”, kata mereka bergantian.
“Jangan di buang percuma, biar aku minum!”, pintaku
“Boleh”, kata Mbak Dina.

Aku mulai memasang posisi kutempelkan mulutku ke vagina mereka satu persatu lalu kuhisap dalam-dalam sampai tak tersisa, segarnya bukan main.

“Srep.., srep”.

Heran, itulah yang ada di benakku, aku belum pernah nge-sex sama mereka kok udah pada keluar, memang mungkin aku yang terlalu kuat. Karena sudah tidak sabar aku mulai memasukkan penisku de dalam vagina Mbak Finka kugenjot naik turun pinggulku agar nikmat, sekitar 5 menit kemudian aku gantian ke Kak Dina, biarpun sudah beranak 2 tapi vaginanya masih sempit seperti perawan saja.

“Dik enak……. Uh…… oh…..terussssssss!”, desahnya.
“Emang kok Kak…….. hhhhhhh ehmm…..”
“Mas giliranku kapan..?”, rupanya Nastasya juga sudah tak tahan.
“Tunggu sebentar sayang.“

Sekitar 10 menit aku main sama kak Dina sekarang giliran Nastasya, dengan pelan aku masukkin penisku, tapi yang masuk hanya kepalanya. Mungkin ia masih perawan, baru pada tusukan yang ke 15 seluruh penisku bisa masuk ke liang vaginanya.

“Mas……. sakit….. mas…… oght…….. hhohhhhhh…….”, jerit kecil Nastasya.
“Nggak apa-apa nanti juga enak, Sih!”, ucapku memberi semangat agar ia senang.
“Benar Mas sekarang nikmat sekali… oh.. ought..”

Rupanya bila kutinggal ngeseks dengan Nastasya, kak Dina dan Kak Finka tak ketinggalan mereka saling kulum, jilat dan saling memasukkan jari ke vaginanya masing-masing. Posisiku di bawah Nastasya, di atas ia memutar-mutar pinggulnya memompa naik turun sehingga buah dadanya yang masih kecil terlihat bergoyang lucu, tanganku juga tidak tinggal diam kuremas-remas putingnya dan kusedot, kugigit sampai merah.

Karena sudah berlangsung sangat lama maka aku ingin segera mencapai puncak, dalam posisi masih seperti semula Nastasya berjongkok di atas penisku, kusuruh Mbak Dina naik keatas perutku sambil membungkuk agar aku bisa menetek,

eh…, bener juga lama-lama air susunya keluar lagi, kuminum manis Dominobet88 sampai terasa mual. Mbak Finka yang belum dapat posisi segera kusuruh jongkok di atas mulutku sehingga vaginanya tepat di depan mulutku, dan kumainkan klitorisnya. Ia mendesah seperti kepedasan.

“Ah……… huah…….. hm…….!”

Tanganku yang satunya kumasukkan ke vagina Mbak Dina, kontolku digarap Nastasya, mulutku disumpal kemaluan Mbak Finka, lengkap sudah. Kami bermain gaya itu sekitar 30 menit sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan.

“Ought……… hmmmmmm…… cret… crot…..”
“Enak Mas…….!” desah Nastasya.

Spermaku ku semprotkan kedalam vagina Nastasya dan keluarlah cipratan spermaku bercampur darah menandakan bahwa ia masih perawan. Kami berempat sekarang telah mencapai puncak hampir bersamaan, lelah dan letih yang kami rasakan.

Sebelum kami berpakaian kembali sisa-sisa sperma di penisku di jilati sampai habis oleh mereka bertiga. Setelah kejadian itu kami selalu mengulanginya lagi bila ada kesempatan baik berdua bertiga maupun berempat. Namun sekarang kami sudah saling berjauhan sehingga untuk memuaskan nafsu birahiku aku sering jajan di kafe-kafe di kota Solo ini ataupun dengan teman-teman wanita di tempat kuliah yang akrab denganku.

Tapi tak satu pun dari mereka yang menjadi pacarku. Nah, bagi teman-teman yang ingin berkenalan silakan kontak emailku. Pasti aku balas.

Minggu, 27 Agustus 2023

Cerita Ngajakin ML Pacar Yang Alim Dan Lugu

Kenalkan nama saya Andrew. Umur 24 tahun dan sekarang lagi kuliah di sebuah PTS di Kediri. Aku termasuk cowok yang populer di kampus (sekeren namaku). Tapi aku punya kelemahan, saat ini aku udah nggak perjaka lagi (emang sekarang udah nggak jamannya keperjakaan diutamakan). Nah, hilangnya perjakaku ini yang pengin aku ceritakan.

Aku punya banyak cewek. Diantaranya banyak cewek itu yang paling aku sukai adalah Kiki. Tapi dalam kisah ini bukan Kiki tokoh utamanya. sebab hilangnya perjakaku nggak ada sangkut pautnya sama Kiki. Malah waktu itu aku lagi marahan sama doski.

Waktu itu aku nganggap Kiki nggak bener-bener sayang sama aku. Aku lagi jutek banget sama dia. Habisnya udah lima bulan pacaran, masak Kiki hanya ngasih sun pipi doang. Ceritanya pas aku ngapel ke tempat kostnya, aku ngajakin dia ML. Habis aku pengin banget sih. (keseringan mantengin VCD parto kali yee…). Tapi si Kiki menolak mentah-mentah. Malahan aku diceramahin, busyet dah!

Makanya malam minggu itu aku nggak ngapel (ceritanya ngambek). Aku cuman duduk-duduk sambil gitaran di teras kamar kostku. Semua teman kostku pada ngapel atau entah nglayap kemana. Rumah induk yang kebetulan bersebelahan dengan rumah kost agak sepi.

Sebab sejak tadi sore ibu kost dan bapak pergi ke kondangan. Putri tertua mereka, Angel sudah dijemput pacarnya sejam yang lalu. Sedang Lili, adiknya Angel entah nglayap kemana. Yang ada tinggal Reina, si bungsu dan Yenti, sepupunya yang kebetulan lagi berkunjung ke rumah oomnya.

Terdengar irama lagu India dari dalam rumah induk, pasti mereka lagi asyik menonton Gala Bollywood. Nggak tahu, entah karena suaraku merdu atau mungkin karena suaraku fals plus berisik, Reina datang menghampiriku.

“Lagi nggak ngapel nih, Mas Andrew?” sapanya ramah (perlu diketahui kalau Reina memang orangnya ramah banget)
“Ngapel sama siapa, Rei?” jawabku sambil terus memainkan Sialannya Cokelat.
“Ah… Mas Andrew ini pura-pura lupa sama pacarnya.”

Gadis itu duduk di sampingku (ketika dia duduk sebagian paha mulusnya terlihat sebab Reina cuman pakai kulot sebatas lutut). Aku cuman tersenyum kecut.

“Udah putus aku sama dia.” jawabku kemudian.

Nggak tahu deh, tapi aku menangkap ada yang aneh dari gelagat Reina. Gadis itu nampaknya senang mendengar aku putus. Tapi dia berusaha menutup-nutupinya.

“Yah, kacian deh… habis putus sama pacar ya?” godanya. “Kayaknya bete banget lagunya.”

Aku menghentikan petikan gitarku.

“Yah, gimana ya… kayaknya aku lebih suka sama Reina deh ketimbang sama dia.”

Nah lo! Kentara benar perubahan wajahnya. Gadis berkulit langsep agak gelap itu merah mukanya. aku segera berpikir, apa bener ya gosip yang beredar di tempat kost ini kalo si Reina ada mau sama aku.

“Rei, kok diam aja? Malu yah…”

Reina melirik ke arahku dengan manja. Tiba-tiba saja batinku ngrasani, gadis yang duduk di sampingku ini manis juga yah. Masih duduk di kelas dua SMA tapi kok perawakannya udah kayak anak kuliah aja. Tinggi langsing semampai, bodinya bibit-bibit peragawati, payudaranya… waduh kok besar juga ya.

Tiba-tiba saja jantungku berdebar memandangi tubuh Reina yang cuman pakai kaos ketat tanpa lengan itu. Belahan dadanya sedikit tampak diantara kancing-kancing manisnya. Ih, ereksiku naik waktu melirik pahanya yang makin kelihatan. Kulit paha itu ditumbuhi bulu-bulu halus tapi cukup lebat seukuran cewek.

“Mas, daripada nganggur gimana kalo Mas Andrew bantu aku ngerjain peer bahasa inggris?”
“Yah Reina, malam minggu kok ngerjain peer? Mendingan pacaran sama Mas Andrew, iya nggak?” pancingku.
“Ah, Mas Andrew ini bisa aja godain Reina..”

Reina mencubit pahaku sekilas. Siir.. Wuih, kok rasanya begini. Gimana nih, aku kok kayak-kayak nafsu sama ini bocah. Waduh, penisku kok bangun yah?

“Mau nggak Mas, tolongin Reina?”
“Ada upahnya nggak?”
“Iiih, dimintai tolong kok minta upah sih…”

Cubitan kecil Reina kembali memburu di pahaku. Siiiir… kok malah tambah merinding begini ya?

“Kalau diupah sun sih Mas Andrew mau loh.” pancingku sekali lagi.
“Aah… Mas Andrew nakal deh…”

Sekali lagi Reina mencubit pahaku. Kali ini aku menahan tangan Reina biar tetap di pahaku. Busyet, gadis itu nggak nolak loh. Dia cuman diam sambil menahan malu.

“Ya udah, Reina ambil bukunya trus ngerjain peernya di kamar Mas Andrew aja. Nanti tak bantu ngerjain peer, tak kasih bonus pelajaran pacaran mau?”

Gadis itu cuman senyum saja kemudian masuk rumah induk. Asyik… pasti deh dia mau. Benar saja, nggak sampai dua menit aku sudah bisa menggiringnya ke kamar kostku. Kami terpaksa duduk di ranjang yang cuman satu-satunya di kamar itu. Pintu sudah aku tutup, tapi nggak aku kunci. Aku sengaja nggak segera membantunya ngerjain peer, aku ajak aja dia ngobrol.

“Sudah bilang sama Yenti kalo kamu kemari?”
“Iya sudah, aku bilang ke tempat Mas Andrew.”
“Trus si Yenti gimana? Nggak marah?”
“Ya enggak, ngapain marah.”
“Sendirian dong dia?”
“Mas Andrew kok nanyain Yenti mulu sih? Sukanya sama Yenti ya?” ujar Reina merajuk.
“Yee… Reina marah. Cemburu ya?”

Reina merengut, tapi sebentar sudah tidak lagi. Dibuka-bukanya buku yang dia bawa dari rumah induk.

“Reina udah punya pacar belum?”tanyaku memancing.
“Belum tuh.”
“Pacaran juga belum pernah?”
“Katanya Mas Andrew mau ngajarin Reina pacaran.” balas Reina.
“Reina bener mau?” Gayung bersambut nih, pikirku.
“Pacaran itu dasarnya harus ada suka.” lanjutku ketika kulihar Reina tertunduk malu.
“Reina suka sama mas Andrew?”

Reina memandangku penuh arti. Matanya seakan ingin bersorak mengiyakan pertanyaanku. tapi aku butuh jawaban yang bisa didengar. Aku duduk merapat pada Reina.

“Reina suka sama Mas Andrew?” ulangku.
“Iya.” gumamnya lirih.

Bener!! Dia suka sama aku. Kalau gitu aku boleh…

“Mas Andrew mau ngesun Reina, Reina nurut aja yah…” bisikku ke telinga Reina

Tanganku mengusap rambutnya dan wajah kami makin dekat. Reina menutup matanya lalu membasahi bibirnya (aku bener-bener bersorak sorai). Kemudian bibirku menyentuh bibirnya yang seksi itu, lembut banget. Kulumat bibir bawahnya perlahan tapi penuh dengan hasrat, nafasnya mulai berat. Lumatanku semakin cepat sambil sekali-sekali kugigit bibirnya.

Mmm..muah… kuhisap bibir ranum itu.

“Engh.. emmh..” Reina mulai melenguh.

Nafasnya mulai tak beraturan. Matanya terpejam rapat seakan diantara hitam terbayang lidah-lidah kami yang saling bertarung, dan saling menggigit. Tanganku tanpa harus diperintah sudah menyusup masuk ke balik kaos ketatnya.

Kuperas-peras payudara Reina penuh perasaan. ereksiku semakin menyala ketika gundukan hangat itu terasa kenyal di ujung jari-jariku. Bibirku merayap menyapu leher jenjang Reina. Aku cumbui leher wangi itu. Kupagut sambil kusedot perlahan sambil kutahan beberapa saat. Gigitan kecilku merajang-rajang birahi Reina.

“Engh.. Masss… jangan… aku uuuh…”

Ketika kulepaskan maka nampaklah bekasnya memerah menghias di leher Reina.

“Rei… kaosnya dilepas ya sayang…”

Gadis itu hanya menggangguk. Matanya masih terpejam rapat tapi bibirnya menyunggingkan senyum. Nafasnya memburu. Sambil menahan birahi, kubuka keempat kancing kaos Reina satu persatu dengan tangan kananku. Sedang tangan kiriku masih terus meremas payudara Reina bergantian dari balik kaos.

Tak tega rasanya membiarkan Reina kehilangan kenikmatannya. Jemari Reina menggelitik di dada dan perutku, membuka paksa hem lusuh yang aku kenakan. Aku menggeliat-geliat menahan amukan asmara yang Reina ciptakan.

Kaos pink Reina terjatuh di ranjang. Mataku melebar memandangi dua gundukan manis tertutup kain pink tipis. Kupeluk tubuh Reina dan kembali kuciumi leher jenjang gadis manis itu, aroma wangi dan keringatnya berbaur membuatku semakin bergairah untuk membuat hiasan-hiasan merah di lehernya.Perlahan-lahan kutarik pengait BH-nya, hingga sekali tarik saja BH itupun telah gugur ke ranjang. Dua gundukan daging itupun menghangat di ulu hatiku.

Kubaringkan perlahan-lahan tubuh semampai itu di ranjang. Wow… payudara Reina (yang kira-kira ukuran 34) membengkak. Ujungnya yang merah kecoklatan menggairahkan banget. Beberapa kali aku menelan ludah memandangi payudara Reina. Ketika merasakan tak ada yang kuperbuat, Reina memicingkan mata.

“Rei… adekmu udah gede banget Rei…”
“Udah waktunya dipetik ya mass…”
“Ehem, biar aku yang metik ya Rei…”

Aku berada di atas Reina. Tanganku segera bekerja menciptakan kenikmatan demi kenikmatan di dada Reina. Putar… putar.. kuusap memutar pentel bengkak itu.

“Auh…Mass.. Aku nggak tahan Mass… kayak kebelet pipis mas..” rintih Reina.

Tak aku hiraukan rintihan itu. Aku segera menyomot payudara Reina dengan mulutku.

“Mmmm… suuup… mmm…” kukenyot-kenyot lalu aku sedot putingnya.
“Mass… sakiit…” rintih Reina sambil memegangi vaginanya.

Sekali lagi tak aku hiraukan rintihan itu. Bagiku menggilir payudara Reina sangat menyenangkan. Justru rintihan-rintihan itu menambah rasa nikmat yang tercipta. Tapi lama kelamaan aku tak tega juga membuat Reina menahan kencing. Jadi aku lorot saja celananya. Dan ternyata CD pink yang dikenakan Reina telah basah.

“Reina kencing di celana ya Mas?”
“Bukan sayang, ini bukan kencing. Cuman lendir vaginamu yang cantik ini.”

Reina tertawa mengikik ketika telapak tanganku kugosok-gogokkan di permukaan vaginanya yang telah basah. Karena geli selakangnya membuka lebar. Vaginanya ditumbuhi bulu lebat yang terawat. Lubang kawin itu mengkilap oleh lendir-lendir kenikmatan Reina.

Merah merona, vagina yang masih perawan. Tak tahan aku melihat ayunya lubang kawin itu. Segera aku keluarkan penisku dari sangkarnya. Kemudian aku jejalkan ke pangkal selakangan yang membuka itu.

“Tahan ya sayang…engh..”
“Aduh… sakiiit mass…”
“Egh… rileks aja….”
“Mas… aah!!!” Reina menjambak rambutku dengan liar.

Slup… batang penisku yang perkasa menembus goa perawan Reina yang masih sempit. Untung saja vagina itu berair jadi nggak terlalu sulit memasukkannya. Perlahan-lahan, dua centi lima centi masih sempit sekali.

“Aduuuh Masss… sakiiit…” rintih Reina.

Aku hentakkan batang penisku sekuat tenaga.

“Jruub…”

Langsung amblas seketika sampai ujungnya menyentuh dinding rahim Reina. Batang penisku berdenyut-denyut sedikit sakit bagai digencet dua tembok tebal. Ujungnya tersentuh sesuatu cairan yang hangat. Aku tarik kembali penisku. Lalu masukkan lagi, keluar lagi begitu berkali-kali. Rasa sakitnya berangsur-angsur hilang.

Aku tuntun penisku bergoyang-goyang.

“Sakit sayang…” kataku.
“Enakkk…eungh…” Reina menyukainya.

Ia pun ikut mengggoyang-goyangkan pantatnya. Makin lama makin keras sampai-sampai ranjang itu berdecit-decit. Sampai-sampai tubuh Reina berayun-ayun. Sampai-sampai kedua gunung kembar Reina melonjak-lonjak. Segera aku tangkap kedua gunung itu dengan tanganku.

“Enggh.. ahhh..” desis Reina ketika tanganku mulai meremas-remasnya.
“Mass aku mau pipis…”
“Pipis aja Rei… nggak papa kok.”
“Aaach…!!!”
“Hegh…engh…”
“Suuur… crot.. crot.. “

Lendir kawin Reina keluar, spermaku juga ikut-ikutan muncrat. Kami telah sama-sama mencapai orgasme.

“Ah…” lega.

Kutarik kembali penisku nan perkasa. Darah perawan Reina menempel di ujungnya berbaur dengan maniku dan cairan kawinnya. Kupeluk dan kuciumi gadis yang baru memberiku kepuasan itu. Reina pun terlelap kecapaian.

Jumat, 25 Agustus 2023

Ku Renggut Keperawanan Adik Sahabatku

Sebut saja namaku Upi. Disekolah gue tergolong cowok yang ganteng dan digemari para cewek.. Mengapa tidak, gue yang tingginya 175cm, hidung mancung, kulit putih,trus pandai bermain Basket.

Pada waktu itu gue sangat dekat dengan teman gue sebut saja namanya Fadil. Kami berteman sangat dekat sekali. Karena kami berteman dari kami masih SMP sampai SMA pun kami bersama-sama. Suatu hari gue bermain kerumahnya Fadil.

Sesampai di rumah Fadil gue di kejutkan oleh sesosok cewek cantik yang tidak lain adalah adik temanku Fadil. Sebut saja namanya Dina. pada saat itu Dina terlihat sangat manis sekali. karena pakaian yang di kenakannya terlalu minim,dan kebetulan sekali Dina pada saat itu Dina sedang membersihkan halaman rumah.

Kuperhatikan mukanya yang manis,putih, tinggi mungkin 160cm. bisa di katakan Dina adalah cewek tercantik di sekolahnya. Sejenak kuperhatikan buah dadanya yang montok dan bodynya yang aduhai montok itu yang membuat nafasku tak beraturan.

aku sangat kaget melihat Dina. karena setiap kali gue bermain ke rumahnya Fadil jarang sekali gue melihat Dina. pada saat itu Dina berumur 14 tahun. pada saat gue masuk rumah Fadil, Dina menegurku.”eh kakak Upi” sejenak gue terdiam, dan berfikir dalam hati

“tumben – tumbennya Dina menegurku” gue pun membalasnya “eh Dina, Fadilnya ada nga…?” “oh kakak, ada tuh di dalam sedang mandi mungkin. bentar ya Dina panggilin. Kakak Upi duduk aja dulu di teras.” gue pun langsung duduk diteras. Tiba-tiba Dina keluar “Kakak Upi bentar ya,kakakku lagi mandi tuh.

Katanya gue temenin kakak Upi dulu.” gue pun sangat senang, mengapa tidak, gue bisa mengobrol dengan adik teman gue yang cantik. gue pun mulai memperhatikan Dina dari ujung kakinya sampai kepalanya. Memang cantik benar adik temanku ini gumamku. kulitnya yang mulus dan putih, trus gue pun melihat pahanya yang putih semakin membuat nafasku tak beraturan.

Tiba-tiba Dina tersenyum dan menegurku “kakak Upi kok lihatin Dina trus..?” gue pun kaget lalu kujawab saja dengan nada yang kecil “oh itu soalnya Dina cantik sih…. trus Dina sekarang udah kelas berapa…?” Dina pun menjawabnya ” kelas 3 SMP ka.” “oh kelas 3 SMP ya….!” kami berdua pun mengobrol sampai akhirnya Fadil pun keluar.

“Oi Pi maap yah lama soalnya air kerannya macet jadi harus ngambil air di tetangga ni.” dengan sedikit kesal sih,aku pun menjawab ” nga apa-apa soalnya kan ada adik kamu tuh yang temanin gue ngobrol.” Kami berdua pun berangkat karena kami harus menghadiri acara ulang tahunnya temen sekelas kami. Tapi gue sangat sedikit menyesal. Karena kapan lagi gue bisa mengobrol sama adik temanku ini.

Pada suatu hari akhirnya gue bisa mengobrol sama adik temanku dan dimulai dari situlah kejadiannya..

Pada saat itu gue berencana pergi ke rumah Fadil mau bikin tugas,karena sudah kelas 3 jadi tugas yang diberikan sangatlah banyak. Jadi gue berencana untuk membuat tugas dirumahnya Fadil. Sesampainya di rumah Fadil, gue pun mengetuk pintu rumahnya. Yang keluar ternyata adiknya Fadil yaitu Dina.

Kulihat Dina yang sedang memakai celana pendek dan baju yang hanya se utas tali. ketika kutanya tentang Fadil dan tujuanku kerumahnya, Fadilnya nga ada, kebetulan sekali,pada saat itu orang tua Fadil sering keluar kota untuk urusan bisnis,sedangkan Fadil sedang keluar sama pacarnya.

Akupun langsung menghubungi Fadil. Dan ternyata Fadil pulangnya sedikit kemalaman. sedangkan pada waktu itu jam masi menunjukkan pukul 15:30. Fadil menyuruh adiknya untuk menemani gue sampai Fadil pulang dari kencannya. Adiknya hanya setuju-setuju saja.

Akupun disuruh masuk sama Dina,karena berhubung Dina lagi sedang menonton Film Korea. gue pun menemani Dina menonton Film Korea. Tiba-tiba dalam film tersebut ada adegan saling berciuman. Serentak Dina pun malu. Trus waktu gue melihat mukanya yang merah, gue pun langsung mengajak ngobrol.

“Dina pernah ciuman nga seperti di film itu….?” kulihat wajahnya tambah merah, bisa dikatakan seperti kepiting rebus. Dinapun hanya menggelengkan kepala. gue pun senang mengetahuinya. Kulihat bibirnya yang berwarna merah muda, yang keliatan sekali masih belum di sentuh oleh laki-laki. gue pun coba memancing untuk mengetahui apakah Dina mau ciuman denganku atau tidak, jika tidak gue akan pasrah dengan keaadan ini.

“Dina mau ga coba ciuman kek di film…?” Wajah Dina memerah, dan hanya berkata “Malu kak,soalnya Dina nga pernah Ciuman.” gue pun kebingungan, gue pun mencoba mendekati Dina perlahan-lahan. Kemudian gue membisikkan ketelinganya ” Ga usah malu kan cuman kita berdua. kakak kamu sedang pergi,sedangkan orang tua kamu sedang keluar kota.”

Kemudian kudekapkan bibirku kebibir Dina. kupikir Dina bakalan menjauhin bibirnya, ternyata tidak malahan Dina membalas ciuman saya.tak disangka bibirnya Dina halus trus lembut juga. kami berduapun saling berciuman selama 10menit.

Tiba-tiba nga di sengaja Dina menyentuh anuku yang sedang lagi dalam keadaan tegak lurus ke atas. Sontak Dina kaget karena menyentuh kontolku. Gimana kontolku ga mo tegap melihat Dina yang begitu seksi dan bibirnya yang lembut. “maap ka Dina nga sengaja beneran kok” gue pun menjawab dengan nada yang sopan”oh nga apa-apa kok”

Akupun berpikir bagaimana caranya agar Dina bisa menyentuh lagi dan memainkan kontolku ini. gue pun memberanikan diri ” Dina mau coba pegang anuku ga….?” wah tidak disangka Dina tidak menolaknya… gue pun langsung membuka celanaku. kulihat Dina sedikit malu dan kaget dengan menutup setengah wajahnya karena melihat kontolku yang berukuran 15 Cm dan berdiameter 4 cm.

Kemudian gue pun mengambil tangannya dan menyentuhnya ke kontolku. Wah serasa di surga. mengapa Tidak, ternyata bukan cuma bibirnya saja yang lembut dan halus, tapi tangannya juga. kulihat Dina sedikit keasikan memainkan kontolku. Kemudian sambil Dina memainkan kontolku, gue mencium bibirnya kembali.

Aku pun sedikit-sedikit coba menyentuh dadanya yang menonjol. Kemudian gue pun coba memasukkan tanganku kedalam bajunya dan ternyata Dina tidak memakai Bra. Waktu kuremas buah dadanya udah mengeras yang tandanya Dina pun menikmatinya. Tak dihitung lagi gue langsung memainkan buah dadanya yg berukuran sekitar 34 A. Dan juga tak Lupa gue memainkan putingnya yang masih mekar itu.

“Ah… Ah… Ah.. Ah…. enak ka… Ah… Ah…” Kulihat Dina semakin keenakan.. gue pun langsung membuka bajunya. kali ini gue melihat sesuatu yang sangat di luar pikiran saya. yaitu putingnya yang masih berwarna merah muda yang pengen sekali gue melumatnya.

Akupun tak menyianyiakan kesempatan yang begitu beruntung ini.
“Cin coba donk masukkan ke mulut Dina “
“ takut kha”… ” takut kenapa..?..”
“ Nga apa-apa, dah to dicoba dulu …” pintaku
“ Rasanya gimana kha … ?” tanyanya
“ Dah to di coba nanti kan tahu rasanya ..”

Lalu dengan sedikit ragu dia mengarahkan ujung kontolku ke mulutnya, mula-mula bibirnya yang lembut itu menempel di ujung kontolku, kemudian dia membuka sedikit bibirnya lalu kepala kontolku sudah masuk ke mulutnya, lalu dilepas lagi dan berkata

“Kok asin ya kha “ tanyanya, “ Iya nga apa-apa memang rasanya begitu. Selanjutnya dimasukkannya lagi kontolku ke mulutnya sedikit demi sedikit, dengan pelan-pelan gue membantu mendorong agar kontolku bisa masuk semua di mulutnya.

Lalu ku gerak-gerakkan sehingga kontolku maju mundur di mulutnya, dan dia juga mulau mengimbangi dengan memaju mundurkan mulutnya. “ Cin … enak sekali Cin …” gue merasa keenakan kontolku di emut Dina … ketika ujung kontolku berada di bibirnya; “ Cin disedot dong alonya “ …. gue meminta dia untuk menyedot dan ternyata walaupun belum pengalaman sedotannya enak sekali …

Pada saat itu gue pun pengen ngerasain vaginanya.. karena gue belom pernah melihat yang real.. biasanya gue melihat yang begituan lewat internet atau nga lewat DVD or Hp teman. gue pun coba memasukkan tanganku ke celana mininya.

Dan tak disangka ternyata waktu gue menyentuh Vaginanya telah basah. Itu pertanda Dina menikmati nya selama ini.. gue pun langsung membuka Celananya.. setelah gue membuka celananya, terlihat jelas Cd nya yg sudah basah. Tak kusiasiakan kesempatan ini.. gue langsung membuka Cdnya..

Yang tampak disana adalah vagina yang halus dan basah. gue pun coba memasukkan jari telunjukku ke vaginanya. tak disangka,ternyata Dina masih perawan tulen, takkan kubiarkan keperawanannya di ambil orang lain. kemudian gue coba memainkan jari telunjukku ke lobang vaginannya.

“Ah…. sakit ka.. ah.. ah… sakit.. ka..”

Akupun makin bersemangat memainkan jari telunjukku. gue hanya diam sambil mempercepat sedotan mulut dan gesekkan jari tanganku di kedua daerah sensitifnya, lalu. “Ahhh. ahhh. mmmmmhgh.” secara tiba-tiba Dina mengejang sambil tubuhnya terangkat tinggi keatas,yang tandanya Dina mau Orgasme. gue pun dengan cepatnya menggoyangkan tanganku… Tiba-tiba Dina Orgasme.

Itu kurasakan karena ada sesuatu cairan yang panas. “Cin kamu orgasme ya…?” Dinapun menjawab dengan wajah yang malu ” ia ka gue orgasme,makasih ya ka….!!”kulihat Dina mulai lemas. ketika gue melihat Dina orgasme gue pun ingin orgasme juga tapi gue ingin merasakan vaginanya..

“Cin kamu kan udah orgasme,ka belum ni. Dina maukan bantu kakak orgasme…? ” ia ka nnti Dina bantu..trus Dina musti ngapain..?” mendengar itu gue pun gembira… nafasku lebih tak beraturan… “Aku pengen rasain kontolku di masukin ke vagina Dina…!!! bisa nga…?” “takut ka sakit” “tenang aja kakak nanti akan pelan-pelan kok.”

Akupun langsung menyuruh Dina gaya belakang. Pelan-pelan kumasukkan.. sedikit sulit untuk memasukkannya,karena Dina masi perawan jadi vaginanya masih tertutup lobang yang kecil.. Tapi karena vaginanya sudah basah, gue pun coba-coba memasukkannya dengan perlahan-lahan sampai masuk 1/3 kontolku.

Pada saat kontolku masuk sepenuhnya,Kumulai mengenjot-enjot vaginanya sampai vaginanya mengeluarkan darah bercampur maninya… “ah.. ah.. ah.. sakit.. ah… sakit.. kha.. “sakit… cuman kata-kata itu yang kudengar keluar dari mulutnya.

Mendengar suaranya yang lembut gue lebih cepat mengenjot vaginanya… kemudian gue membaringkannya dengan kedua kakinya di dadaku.. gue pun mulai mengenjotnya dengan cepat.. Tiba-tiba Dina menyempitkan kakinya yang pertanda Dina mau orgasme untuk yang kedua kali… “khaa,,, khaa.. Dina mau pipisss… ahh… enak kha,,, tapi Dina mau pipis nhi…. udah ga tahan kha…” Mendengar kata itu gue semakin bergairah dan mempercepat enjotan ku..

“Sabar Cin… kita keluarin sama-sama…kha juga udah mau keluar nhi.. sabar yah..” mendengar itu Dina pun berusaha untuk menahan nya… gue pun langsung mengenjotnya dengan cepat. “Cin kha udah mau keluar ni.. Cin gimana..?” “Dina juga udah mau keluar…” “crott… crottt… crottt… crottt…” kamipun orgasme bersamaan,tapi gue menumpahkannya di atas perut Dina..

Kemudian gue memeluk Dina sambil mencium keningnya. “Cin gue sayang sama kamu” “Aku juga sayang sama kakak. sebenarnya gue sudah meyukai kakak waktu Dina kelas 1 SMP..” kami jadian pada saat itu.

Setelah itu kami membersihkan diri kami masing-masing.. Tak berapa lama kakaknya Dina datang. Tapi kami berdua hanya diam-diam saja seperti tidak terjadi apapun. Karena berhubung orang tua Fadil ngga ada, Fadil meminta gue untuk menemaninya tidur dengan nya malam ini..

Tanpa banyak basa basi gue langsung menerimanya.. Kulihat wajah Dina juga senang. Pada malam harinya waktu Fadil tidur gue menggunakan kesempatan dalam kesempitan.. Kami berdua pun melakukan kejadian yang serupa waktu sore tadi.

Mulai pada saat itu kami sering melakukan hubungan intim di mana saja kita ketemuan.

Kamis, 24 Agustus 2023

Pembantu Baru Yang Masih Imut-Imut Dan Kepolosannya

Sebut saja namaku Vinz, gue mahasiswa di salah satu PTN top di Bandung. Sekarang umurku 20 tahun. Jujur saja, gue kenal seks sejak SMP. Gue senang sekali ada situs khusus buat bagi-bagi pengalaman seperti ini, sehingga apa yang pernah kita lakukan bisa dibagi-bagi.Awal gue mengenal seks yaitu saat secara tidak sengaja gue buka-buka lemari di rumah teman SMP-ku dan menemukan setumpukan Video VHS tanpa gambar di dalam sebuah kotak. Karena penasaran film apa itu, kuambil satu dan langsung kucoba di video temanku di kamar itu yang kebetulan sepi, karena temanku sedang les.

Kusetel film yang berjudul.. apa ya? gue lupa, ternyata itu film dewasa (waktu itu gue belum banyak tahu). gue cuma pernah dengar teman-temanku pernah nonton film begituan, tapi gue tidak begitu penasaran. Nah, saat itu gue baru tahu itu loh yang namanya BF. Kebetulan itu film seks tentang anak kecil yang masih mungil bercinta dengan bapaknya, oomnya, temannya dan lain-lain.

Dan gue ingin cerita nih pengalaman pertamaku. Kejadian ini terjadi ketika gue masih SMA, di rumahku ternyata ada pembantu baru. Orangnya masih lumayan kecil sekitar 12 tahun lah, tapi itu dia yang membuatku suka. gue itu suka sama wanita imut-imut yang masih agak kecil mungkin gara-gara video waktu itu (aku suka begitu melihat situs-situs tentang Lolita, soalnya cewek-cewek di situs-situs itu masih imut-imut). Dan yang paling membuatku terangsang adalah payudaranya yang masih baru tumbuh, masih agak runcing (tapi tidak rata).

Setiap hari itu dia kerjaannya, biasalah kerjaan pembantu rumah tangga, ya ngepel, ya mencuci dan lain-lain. Kalau gue sarapan, kadang suka melihat dia yang sedang ngepel and roknya agak terbuka sedikit, jadi tidak konsentrasi deh sarapannya karena berusaha melihat celana dalamnya, tapi sayang susah. Untuk awal-awal gue hanya bisa minta dibuatkan teh atau susu.

Lambat laun karena gue sudah ingin begitu melihat tubuhnya itu, kuintip saja dia kalau sedang Vinz. Tapi sayang karena lubang yang tersedia kurang memadai, yang terlihat hanya pantatnya saja, soalnya terlihat dari belakang. Kadang-kadang terlihat depannya hanya tidak jelas, payah deh. Nah pada suatu hari gue nekat. Kupanggil dia untuk pijati gue , oh iya nama dia Susan.

“Susan.. pijitin saya dong, saya pegel banget nih abis maen bola tadi”, kataku.
“Iya Mas, sebentar lagi ya. Lagi masak air nih, tanggung”, jawabnya.
“Iya, tapi cepet ya. Saya tunggu di kamar saya.”

Cihuy, dalam hati gue bersorak. Nanti mau tidak dia ya gue ajak begituan. Lalu kubuka bajuku sambil menuggu dia. Lalu pintuku diketok,

“Permisi Mas”, ketoknya.
“Masuk aja San, nggak dikunci kok”, lalu dia masuk sambil bawa minyak buat mijit.
Mulailah dia memijatku. Mula-mula dia memijat punggungku dan sambil kuajak ngobrol.
“Kamu sekolah sampai kelas berapa san?” tanyaku.
“Cuma sampai kelas tiga aja Mas, soalnya nggak ada biaya”, jawab dia.
“Sekarang lu umur berapa?” tanyaku lagi.
Dia menjawab, “Umur saya baru mau masuk 12 Mas.”
“Udah gede dong ya”, kataku sambil tersenyum.

Lalu gue membalikkan badan, “Pijitin bagian dadaku ya..” pintaku sambil menatap memohon. “Iya mas”, katanya. Dia memijati dadaku sambil agak menunduk, jadi baju yang dia pakai agak kelihatan longgar jadi gue bisa melihat bra yang dia kenakan yang menutupi dua buah payudara yang masih baru tumbuh.

Wah, kemaluanku jadi tidak karuan lagi rasanya. Dan gue juga menikmati wajahnya yang masih polos itu. Begitu dia selesai memijati dadaku, gue langsung bilang, “Pijitan lu enak”, terus gue nekat langsung meraba payudara dia yang imut itu, tapi ternyata dia kaget dan langsung menepis tanganku dan langsung lari dari kamarku.

Gue kaget dan jadi takut kalau dia minta berhenti dan bicara dengsn ibuku. Gimana nich? gue langsung dihantui rasa bersalah. Ya sudah ah, besok gue minta maaf saja dengan dia dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.

Benar saja, besok itu dia ternyata agak takut kalau lewat depanku. gue langsung bicara saja dengan dia.
“san.. yang kemaren itu maaf ya.. Saya ternyata khilaf, jangan bilang sama Ibu ya.”
“Iya deh Mas, tapi janji nggak kayak gitu lagi khan, abis Susan kaget dan takut”, kata dia.
“Iya saya janji”, jawabku.

Sebulan setelah peristiwa itu memang gue tidak ada kepikiran untuk menggituin dia lagi. Dan dia juga sudah mulai biasa lagi. Tapi pada suatu hari pas gue sedang mencari celanaku di belakang, mungkin celanaku sedang dicuci. Soalnya itu celana ada duitku di dalamnya. Yah basah deh duitku.

Eh, pas gue lewat kamar si Susan, kelihatan lewat jendela ternyata dia lagi tidur. Rok yang dia pakai tersibak sampai ke paha. Yah, timbul lagi deh ide setan untuk ngerjain dia. Tapi gue bingung bagaimana caranya. Akhirnya gue menemukan ide, besok saja gue masukkan obat tidur di minumannya. Dan gue menyusun rencana, bagaimana caranya untuk memberi dia obat tidur.

Besok pas sedang makan dan kebetulan rumah sedang sepi, gue minta dibuatkan teh. Setelah selesai dia buat dan diberikan ke gue . Kumasukkan saja obat tidur ke teh itu. Terus manggil dia,

“san.. kok tehnya rasanya aneh sih?”
“Masa sih Mas?” kata dia.
“Cobain saja sendiri”, dia langsung minum sedikit.
“Biasa saja kok Mas..” katanya.
“Coba lagi deh yang banyak”, kataku.
Dia minum setengah, terus gue bilang,
“Ya udah yang itu lu abisin saja, tapi buatin yang baru.”
“Iya deh Mas, maaf ya Mas kalo tadi tehnya nggak enak”, jawabnya.
“Nggak apa-apa kok”, jawabku lagi.

Aku tinggal tunggu obat tidur itu bekerja. Ternyata begitu dia mau buat teh baru, eh dia sudah ambruk di dapur. Langsung saja kuangkat ke kamarku. Begitu sampai di kamarku, kutiduri di kasurku. Berhasil juga gue bisa membawa dia ke kamarku, pikirku dalam hati.

Lalu gue mulai membukan bajunya, gile.. gue deg-degan, soalnya pertama kali nich! Kelihatan deh branya, dan di dalam bra itu ada benda imut berupa gundukan kecil yang bisa membuatku terangsang berat. Lalu kubuka roknya, kelitan CD-nya yang berwarna krem.

Tubuhnya yang tinggal memakai bra dan CD membuat kemaluanku semakin tidak tahan. Tubuhnya lumayan putih. Dalam keadaan setengah telanjang itu, posisi dia kuubah menjadi posisi duduk, lalu kuciumi bibirnya, sambil meremas-remas payudaranya yang masih agak kecil itu. Dan tanganku yang satu lagi mengusap CD-nya di bagian bibir kemaluannya. Kumasukkan lidahku ke mulutnya dan gue juga berusaha menghisap dan menjilati lidahnya.

Sekitar 10 menitan kulakukan hal itu. Setelah itu kubuka branya dan CD-nya. Wow, pertama kalinya gue melihat seorang gadis dengan keadaan telanjang secara langsung. Payudaranya terlihat begitu indah dengan puting yang kecoklatan baru akan tumbuh. Bagian kemaluannya belum ditumbuhi rambut-rambut dan terlihat begitu rapat.

Langsung kujilati dan kuhisapi payudaranya. Dan payudara yang satu lagi kuremas dan kuusap-usap serta kupilin-pilin putingnya. Putingnya tampak agak mengeras dan agak memerah. Setelah gue mainkan bagian payudaranya, kujilati dari dada turun ke arah perut dan terus ke arah bagian kemaluannya.

Bagian itu kelihatan masih sangat polos, dan terlihat memang seperti punya anak kecil. Kubuka kedua pahanya dan belahan kemaluannya, begitu kudekati ingin menjilati. Tercium bau yang tidak kusuka, ah kupikir peduli amat, gue sudah nafsu sekali. Kutahan nafas saja. Kubuka belahan kemaluannya dan gue melihat apa yang di namakan klitoris, yang biasanya gue melihat di situs-situs X, akhirnya kulihat secara langsung. Lalu kujilati bagian klitorisnya itu.

Tiba-tiba dia mengerang dan mendesah, “Sshh..” begitu. gue kaget hampir kabur. Ternyata dia hanya mendesah saja dan tetap terus tidur. Ketika gue jilati itu, ternyata ada cairan yang meleleh keluar dari kemaluannya, kujilati saja. Rasanya asin plus kecut.

Nah sekarang gue dalam keadaan yang amat terangsang, tapi begitu kuperhatikan wajahnya dan ke seluruh tubuhnya gue jadi tidak tega untuk merebut keperawanannya. gue kasihan tapi gue sudah dalam keadaan yang amat terangsang. Akhirnya kuputuskan untuk masturbasi saja. Soalnya gue tidak tega. gue pakaikan dia baju lagi dan menidurkan di kamarnya. Yah, gue melepaskan pengalaman pertamaku untuk bercinta dengan seorang gadis mungil berumur 12 tahun! Tidak tahu deh gue menyesal atau tidak.

Setelah melepas kesempatan untuk bercinta dengan Susan. gue jadi kepikiran terus. Setiap gue apa-ngapain, selalu ingat sama payudara mungilnya Susan dan daerah kemaluannya yang masih polos itu. Untungnya si Susan tidak pernah merasa pernah di apa-apain sama gue . Dia selalu bersikap biasa di depanku tapi gue nya tidak biasa kala melihat dia. Soalnya pikiranku kotor melulu.

Pelampiasannya paling gue masturbasi sambil melihat gambar-gambar XX yang gue dapatkan dari situs-situs lolita. Tapi gue bosan juga dan hasrat ingin nge-gituin si Susan semakin besar saja. Sepertinya gue sudah tidak tahan.

Akhirnya pada suatu waktu, gue mendapat kabar yang amat sangat bagus, ternyata orangtuaku mau pindah ke luar negeri, karena bapakku ditugasi ke luar negeri selama 2 tahun. Jadi, gue tidak perlu takut dia mengadu sama ibuku, paling gue ancam sedikit dan gue kasih duit dia diam.

Setelah kepergian orangtuaku ke luar negeri, gue langsung punya banyak planning untuk ngerjain dia. Yang pasti gue sudah malas membius-bius segala. Soalnya dia diam saja, tidak seru! Ya sudah gue merencanakan untuk memaksa dia saja (eh, kalau ini termasuk pemerkosaan tidak sih?).

Pada suatu hari, ketika Susan sedang mandi. Kuintip dia. Biasalah, cuma kelihatan belakangnya saja, tapi gue jadi bisa mengantisipasi kalau dia sudah selesai mandi langsung gue sergap saja. Untungnya setelah dia selesai mandi, keluar kamar mandi menuju kamarnya hanya memakai handuk saja tidak pakai apa-apa lagi.

Begitu keluar kamar mandi langsung kututup mulutnya dan kupeluk dari belakang, dia-nya meronta-ronta. Cuma tenagaku sama tenaga anak umur 12 tahun menang mana sih. Kubawa masuk ke kamar dia saja. Soalnya kalau ke kamar gue jauh. Nanti kalau dia meronta-ronta malah lepas lagi. Pas masuk kamar dia kujatuhkan dia ke kasur sambil menarik handuknya. Dia kelihatan ketakutan sekali dengan tubuh tidak mengenakan apa-apa.

“Mas Vinz jangan Mas” mohonnya.
“Tidak apa-apa lagi san.. Paling sakitnya sedikit entar lu pasti akan ngerasain enaknya”, kataku.
Dia kelihatan seperti mau teriak, langsung saja kututup mulutnya.
“Jangan coba-coba teriak ya!” hardikku.
Dia mulai menangis. gue jadi sedikit kasihan, tapi setan sudah menguasai tubuhku.
“Cobain enaknya deh..” kataku.
Sambil tetap menutup mulutnya kuraba dan kuelus payudaranya itu.
“Santai aja, jangan nangis. Nikmati enaknya kalo payudara lu di elus-elus”, kataku.

Setelah kulepas tanganku dari mulut dia, langsung kucium bibirnya. Ternyata dia lumayan menikmati ciuman sambil payudaranya tetap kuremas-remas. “Enak kan?” kataku. Dia diam saja. Terus kubuka CD-ku. Kukeluarkan batang kemaluanku. Dia kaget dan takut.

“Tolong pegangin anuku donk.. dipijitin ya..” pintaku.

Pertama-tama dia takut-takut untuk memegang anuku, tapi setelah lama dipegang sama dia, dia mulai memijiti. Wah, rasanya enak sekali anuku dipijiti sama dia. Setelah itu dia kusuruh tiduran,

“Mas mau ngapain?” tanyanya.
“Aku mau ngasih sesuatu hal yang paling enak, lu nikmatin aja” jawabku.

Kubuka belahan pahanya, pertama dia tidak mau buka, tapi setelah kubujuk dia akhirnya membuka pahanya dan kujilati kemaluannya sampai ke klitorisnya. Dia mendesah-desah keenakan. “Tuh kan enak”, kataku. Kujilati sampai keluar cairannya.

Aku merasa pemanasan sudah cukup, begitu kusiapkan batang kemaluanku ke depan liang kemaluannya dia menangis lagi dan berbicara,
“Jangan Mas, saya masih perawan.”
“Saya juga tau kok lu masih perawan”, jawabku.

Aku tetap bersikeras untuk menyetubuhinya. Pas gue mau mendorong kemaluanku masuk ke dalam liang kemaluannya, eh dia meronta dan mau lari. Dengan cepat kutangkap. Wah, susah nih pikirku. Kebetulan di kamar dia kulihat ada tali untuk jemuran, kuambil dan kuikat saja tangan dan kakinya ke tempat tidur.

“Aku tahu lu masih perawan, abis gimana lagi gue udah amat terangsang”, kataku.
Dia memandangku dengan tatapan memohon dan sambil dengan keluar air mata.
“Atau lu lebih suka lewat pantat, biar perawan tetap terjaga?” tanyaku.
“Iya deh Mas, lewat pantat aja ya.. tapi tidak apa-apa kan Mas? Nanti bisa rusak tidak pantat saya?” jawabnya.
“Tidak apa-apa kok”, jawabku.

Ya, sudah kulepaskan talinya. gue tanya sama dia, dia punya lotion atau tidak, soalnya kalau lewat pantat harus ada pelicinnya. Terus dia bilang punya. Kuambil dan kuolesi ke pantatnya dan kuolesin juga ke kemaluanku.

Langsung saja gue ambil posisi dan si Susan posisinya menungging dan pantatnya terlihat jelas. gue mulai masukkan ke pantatnya. Pertama agak susah, tapi karena sudah diolesi lotion jadi agak lancar.

“Sslleb.. ahh.. enak sekali”, jepitan pantatnya sangat kuat.
“Aduh.. Mas, sakit Mas..” rintihnya.
“Tahan sedikit ya san..” kataku.

Langsung saja kugenjot. “Gile banget, enaknya minta ampun..” Terus gue berfikir kalau lewat kemaluannya lebih enak apa tidak ya? masih perawan lagi. Ah, lewat kemaluannya saja dech, peduli amat dia mau apa tidak. Kulepaskan batang kemaluanku dari pantatnya. gue membalikkan badannya terus kuciumi lagi bibirnya sambil meremas payudaranya.

“Udahan ya Mas, saya sudah cape..” pintanya.
“Bentar lagi kok”, jawabku.
Setelah itu langsung kutindih saja badannya.
“Lho Mas mau ngapain lagi?” tanyanya sambil panik tapi tak bisa ngapa-ngapain karena sudah kutindih.
“Tahan dikit ya san..” kataku.

Langsung kututup mulutnya pakai tanganku dan batang kemaluanku kuarahkan ke liang kemaluannya. Dia terus meronta-ronta. Susan menangis lagi sambil berusaha teriak tapi apa daya mulutnya sudah kututup. Akhirnya batang kemaluanku sudah sampai tepat di depan lubang kemaluannya.

Aku mau masukkan ke lubangnya susahnya minta ampun, karena masih rapat barangkali ya? Tapi akhirnya kepala kemaluanku bisa masuk dan begitu kudorong semua untuk masuk, mata Susan terlihat mendelik dan agak teriak tapi mulutnya masih kututup dan terasa olehku seperti menabrak sesuatu oleh kemaluanku di dalam liang kemaluannya.

Selaput dara mungkin, kuteruskan ngegituin dia walaupun dia sudah kelihatan sangat kesakitan dan berurai air mata. Kucoba lepas tanganku dari mulutnya. Dia menangis sambil mendesah, gue makin terangsang mendengarnya.

Kugenjot terus sambil kupilin-pilin putingnya. Pada akhirnya gue keluar juga. Kukeluarkan di dalam lubang kemaluannya. Pas kucabut kemaluanku ternyata ada darah yang mengalir dari liang kemaluannya. Wah, gue merenggut keperawanan seorang anak gadis.

“Susan.. sorry ya.. tapi enak kan. Besok-besok mau lagi kan..” tanyaku.

Dia masih sesenggukan, dia bilang kalo kemaluannya terasa sakit sekali. gue bilang paling sakitnya cuma sehari setelah itu enak.

Besok-besok dia gue kasih obat anti hamil dan gue bisa berhubungan dengan dia dengan bebas. Ternyata setelah setahunan gue bisa bebas berhubungan dengan dia, dia minta pulang ke kampung katanya dia dijodohi sama orangtuanya. Kuberikan uang yang lumayan banyak. Soalnya dia tidak balik lagi.

“Inget ya san.. kalo lu lagi pingin begituan dateng aja ke sini lagi ya..”

Begitulah kisahku dan gue tetap suka sama cewek yang imut-imut. Yang kusuka itu harus punya payudara walaupun kecil.

Rabu, 23 Agustus 2023

Menikmati Masturbasi Di Kamar Mandi Waktu Di Rumah

Hari ini aku libur, jadi bangunnya agak siang dari biasanya, apa lagi semalam aku tidur hampir dini hari karena asyik membuka mail box dan membalas email-email yang masuk. Pagi ini ternyata kondisi rumahku kosong, kedua orang tua dan adikku entah pergi kemana.

Hal ini biasa terjadi, mereka tidak mau mengganggu tidurku dan pergi mengunci rumah dari luar. Kami di rumah memang masing-masing memiliki kunci rumah sendiri-sendiri. Setelah membaca koran pagi sambil minum secangkir kopi, aku teruskan membaca koran di toilet kamar mandiku.

Aku bermaksud buang hajat (Maaf! Aku berusaha menyampaikan apa yang kualami dengan apa adanya) sambil membaca koran. Pintu kamarku sengaja kubiarkan terbuka begitu saja, toh tidak ada orang lain di rumahku. Kulepas kembali singlet yang baru kukenakan tadi sebelum keluar dari kamar, kulempar begitu saja, demikian pula dengan celana pendek longgar yang agak lebar di bagian bawahnya yang kupakai saat tidur. Kini aku sudah telanjang bulat tanpa sehelai pun benang yang menutupi tubuhku.

Sejak kecil aku memang tidak suka dan tidak pernah menggunakan BH sehingga sampai saat ini di usiaku yang ke 28 aku tetap tidak memiliki satu pun BH untuk menutupi buah dadaku yang sintal dan ranum ini. Aku terbiasa tidur bertelanjang dada dan seringkali bugil sambil memakai selimut tipis saja.

Kalau semalam aku tidur hanya mengenakan celana pendek yang bentuknya seperti yang kuceritakan tadi, selain bentuknya yang mini, bahannya terbuat dari kain sutera tipis tembus pandang dengan karet elastis yang melingkar di pinggangku, sehingga bayangan bulu kemaluanku jelas dapat terlihat dari luar, karena di dalamnya aku sudah tanpa menggunakan apa-apa lagi untuk menutupi auratku, toh semua model CD-ku juga sexy dan mini sekali sehingga tidak ada fungsinya saat kupakai tidur, jadi sekalian saja tidak kupakai. Selesai hajatku, kuletakkan koran yang kubaca tadi dan aku pun mandi.

Kondisi kamar mandi dalam kamarku pun kubiarkan tetap terbuka sejak tadi hingga jika dari arah ruang tamu ada orang melongok kamarku yang pintunya terbuka pasti dapat melihat tubuh montokku di kamar mandi yang sedang mandi saat ini, namun aku tidak khawatir karena rumahku saat ini sedang kosong dan pintu depan dalam keadaan terkunci hingga aku tidak perlu khawatir ada orang yang tiba-tiba nyelonong masuk.

Kubasahi seluruh tubuhku di bawah shower kamar mandiku, rambutku pun kubasahi karena aku memang ingin keramas. Selesai keramas, kusabuni tubuhku dengan sabun cair, kugosok rata seluruh bagian tubuhku yang ramping dan sexy ini (Bukan GR lho! Karena memang demikianlah diriku).

Tinggiku yang 170 centimeter termasuk cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita, buah dadaku tidak terlalu besar, ukurannya normal sedang-sedang saja, bentuknya padat, puting susuku dan sekitarnya masih tampak ranum berwarna sedikit merah muda kecoklatan.

Pantatku sintal dan berisi, bagian depannya di bawah pusarku ditumbuhi bulu-bulu kemaluan yang halus, tumbuhnya rata rapi dan tidak terlalu panjang karena menempel di bawah pusarku menyeruak ke atas. Bulu-bulu kemaluanku hanya tumbuh di bagian atas kemaluanku, di sekitar vaginaku tetap bersih dan mulus.

Kuusap dan kugosok dengan sabun cair tadi dengan rata, kujongkokkan sedikit tubuhku dan kuangkat sebelah kakiku bergantian dan kukangkangkan di atas bibir bathtub agar memudahkan tanganku menggosok dan membersihkan lipatan selangkanganku.

Tanganku yang satu lagi menggosok tubuhku bagian lain, kuelus-elus buah dadaku dengan lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku. Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aku ingin berlama-lama menyabuni tubuhku, mataku yang lentik pun mulai sayu merem melek merasakan nikmatnya usapan tanganku sendiri hingga tanpa kusadari jariku kumasukkan ke dalam bibirku.

Kuhisap telunjukku dan kukulum dengan mulutku yang mungil dan berbibir tipis, ada rasa sabun di lidahku hingga segera kuturunkan lagi jari-jariku ke bagian buah dadaku. Kali ini bukan lagi belaian yang kulakukan, tapi aku sudah mulai melakukan remasan ke buah dadaku.

Kupilin-pilin puting susuku dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjukku. Nikmat sekali rasanya, terlebih saat tanganku yang satu lagi tetap mengelus-elus selangkanganku. Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir vaginaku, aku pun merasakan darah yang mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada biasanya.

Aku sudah horny sekali, liang vaginaku sudah dibanjiri oleh lendir yang keluar dari dalam rahimku. Dapat kurasakan ada cairan lain di bibir vaginaku. Lalu jari-jariku kuarahkan ke klitorisku. Kutempelkan dan kugesek-gesek klitorisku dengan jariku sendiri hingga aku pun tak kuasa membendung gejolak dan hasratku yang semakin menggebu.

Badanku meliuk bagaikan penari erotis yang biasa kulihat di BF, kedua kakiku pun tak kuasa lagi menopang tubuhku. Aku langsung terduduk di bagian atas bathtub, kukangkangkan pahaku dengan meletakkan kedua telapak kakiku di samping kiri dan kanan bibir bathtub.

Jari tengah dan telunjuk tangan kiriku kupakai untuk menyibak bibir vaginaku sambil menggesek-geseknya. Sementara jari tengah dan telunjuk tangan kananku aktif menggosok-gosok klitorisku, sekujur tubuhku masih dipenuhi oleh sabun cair yang kini sudah mulai berbaur dengan keringat dinginku yang mulai mengalir keluar, udara AC yang masuk dari kamar tidurku seakan tidak mampu menembus ke kamar mandiku.

Kualihkan jari tangan kananku ke arah lipatan vaginaku. Ujung jariku mengarah ke pintu masuk liang kenikmatanku, kusorongkan sedikit masuk ke dalam. Awalnya memang sedikit agak sulit masuk namun karena aku memang sudah benar-benar horny sehingga liang vaginaku juga sudah benar-benar basah oleh lendir yang licin hingga berikutnya jari-jariku dengan mudahnya menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku.

Kini jari tangan kiriku sudah tidak perlu lagi menyingkap bibir kemaluanku lagi hingga kualihkan tugasnya untuk menggesek-gesek klitorisku. Kukocokkan jari tangan kananku keluar masuk liang vaginaku. Jari-jariku menyentuh dan menggesek-gesek dinding vaginaku bagian dalam, ujung-ujung jariku menyentuh benjolan sebesar ibu jari yang ada dan tumbuh di dalam liang vaginaku dan menghadap keluar.

Kuangkat sedikit benjolan tadi dari bawah dengan jariku dan kugesekkan bagian bawahnya, punggung dan kepalaku jadi tersandar di dinding kamar mandi, seakan hendak pingsan rasanya. Aku sudah benar-banar mencapai puncaknya untuk menuju klimaks saat ada sesuatu yang rasanya akan meledak keluar dari dalam rahimku, ini pertanda aku akan segera mencapai orgasme. Gesekan jari tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi, demikian pula kocokan jari tangan kanan dalam vaginaku pun makin kupercepat pula.

Untuk menyongsong orgasmeku yang segera tiba, pantatku bergetar hebat, kurasakan kedutan bibir vaginaku yang tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku yang masih berada di dalam liang senggamaku. Bersamaan dengan itu aku merasakan sesekali ada semburan dari dalam yang keluar membasahi dinding vaginaku. Aku serasa sedang kencing namun yang mengalir keluar lebih kental berlendir, itulah cairan cintaku yang mengalir deras. Setelah diam sejenak meresapi apa yang baru saja terjadi, aku meneruskan mandi.

Kubilas tubuhku dengan air melalui shower, di selangkanganku masih terasa cairan cintaku merembes keluar dari dalam liang vaginaku, mengalir turun melewati kedua belah pahaku. Selesai mandi, kukeringkan badanku dengan handuk dan kukenakan kimono tipis bermotif kembang-kembang. Bentuk kimonoku ini cukup pendek ukurannya.

Ujung bawahnya kurang lebih hanya sejengkal saja dari pangkal pahaku, kalau aku membungkuk pasti belahan pantatku akan tersembul keluar, demikian pula bila aku duduk saat mengenakan kimono ini pasti onggokan daging di pangkal pahaku juga akan mudah terlihat, karena memang kimono yang kukenakan ini bukan untuk digunakan di luar, fungsinya hanya bisa digunakan di kamar setelah selesai mandi agar tidak kedinginan saja.

Aku keluar menuju lemari es mengambil air dingin. Aku merasakan haus sekali setelah melakukan aktifitas tadi. Selesai minum tiba-tiba ada orang yang menekan bel. Kulongok keluar ternyata ada satpam yang mengantar tagihan iuran RT. “Sebentar ya Pak”, seruku.

Kuambil uang di dompetku dan aku keluar menuju pintu pagar. Sambil kusodorkan uang, kuterima bukti pembayaran yang kuterima dari satpam tadi. Waktunya hanya sebentar saja namun cukup membuat satpam tadi terbengong-bengong heran menatap penampilanku. Rupanya tanpa kusadari, aku tadi keluar mengenakan kimono mini tadi.

Bahan kainnya tipis sehingga saat kupakai menempel dengan ketat di kulitku yang memang belum kering betul saat kuhanduki tadi, apa lagi bagian depannya hanya ditutupkan begitu saja dan diikat dengan ikat pinggang tali yang terbuat dari bahan kain yang sama, dan ikatanku tadi juga asal-asalan saja sehingga bagian dadaku terbelah agak lebar, sehingga dari samping tepian buah dadaku yang putih mulus dapat terlihat dengan jelas secara hampir keseluruhan, hanya puting susuku saja yang tertutup.

Bagian bawahku rupanya juga tidak tertutup dengan rapi, selain ukurannya sudah pendek ke atas (mini), belahannya juga tidah rapat, kecuali di bagian yang terjepit oleh ikat pinggang kain tadi, sehingga rupanya saat aku berjalan melangkah keluar tadi belahan kimonoku bagian bawah tersingkap bergantian di kedua sisinya mengikuti irama langkahku.

Berarti bagian ujung pangkal pahaku yang ditumbuhi bulu-bulu kemaluanku dapat terlihat dengan jelas oleh satpam tadi, pantas saja matanya melotot dan dia sempat terbengong-bengong saat melihatku keluar tadi.

Senin, 21 Agustus 2023

Jepitan Susu Siska Yang Tiada Tanding

Lega rasanya aku melihat pagar rumah kosku setelah terjebak dalam kemacetan jalan dari kampusku. Kulirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 21.05 yang berarti aku telah menghabiskan waktu satu jam terjebak dalam arus lalu-lintas Jakarta yang begitu mengerikan. Setelah memarkir mobilku, bergegas aku menuju ke kamarku dan kemudian langsung menghempaskan tubuh penatku ke ranjang tanpa sempat lagi menutup pintu kamar.
Baru saja mataku tertutup, tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh ketukan pada pintu kamarku yang disertai dengan teriakan nyaring dari suara yang sudah sangat aku kenal. “Ko, loe baru pulang yah?” gelegar suara Mary memaksa mataku untuk menatap asal suara itu. “iya, memangnya ada apa sih teriak-teriak?” jawabku sewot sambil mengucek mataku. “Ini gue mau kenalin sepupu gue yang baru tiba dari Bandung” jawabnya sambil tangan kirinya menarik tangan seorang cewek masuk ke kamarku.

Kuperhatikan cewek yang disebut Mary sebagai sepupunya itu, sambil tersenyum aku menyodorkan tangan kananku kearahnya “Hai, namaku Josen” “Siska” jawabnya singkat sambil tersenyum kepadaku. Sambil membalas senyumannya yang manis itu, mataku mendapati sesosok tubuh setinggi kira-kira 165 cm, walaupun dengan perawakan sedikit montok namun kulitnya yang putih bersih seakan menutupi bagian tersebut. “Josen ini teman baik gue yang sering gue ceritain ke kamu” celetuk Mary kepada Siska. “Oh..” “Nah, sekarang kan loe berdua udah tau nama masing-masing, lain kali kalo ketemu kan bisa saling memanggil, gue mau mandi dulu yah, daag..” kata Mary sambil berjalan keluar dari kamarku.

Aku menanggapi perkataan Mary barusan dengan kembali tersenyum ke Siska. “Cantik juga sepupu Mary ini” pikirku dalam hati. “Siska ke Jakarta buat liburan yah?” tanyaku kepadanya. “Iya, soalnya bosen di Bandung melulu” jawabnya. “Loh, memangnya kamu nggak kuliah?” “Nggak, sehabis SMA aku cuma bantu-bantu Papa aja, males sih kuliah.” “Rencananya berapa lama di Jakarta?” “Yah.. sekitar 2 minggu deh” “Josen aku ke kamar Mary dulu yah, mau mandi juga ” “Oke deh” Sambil tersenyum lagi dia berjalan keluar dari kamarku. Aku memandang punggung Siska yang berjalan pelan ke arah kamar Mary.

Kutatap BH hitamnya yang terlihat jelas dari balik kaos putih ketat yang membaluti tubuhnya yang agak bongsor itu sambil membayangkan dadanya yang juga montok itu. Setelah menutup pintu kamarku, kembali kurebahkan tubuhku ke ranjang dan hanya dalam sekejab saja aku sudah terlelap. “Ko, bangun dong” Aku membuka kembali mataku dan mendapatkan Mary yang sedang duduk di tepi ranjangku sambil menggoyangkan lututku. “Ada apa sih?” tanyaku dengan nada sewot setelah untuk kedua kalinya dibangunkan.

“Kok marah-marah sih, udah bagus gue bangunin. Liat udah jam berapa masih belom mandi!” Aku menoleh ke arah jam dindingku sejenak. “Jam 11, emang kenapa kalo gue belum mandi?” “Kan loe janji mau ngetikin tugas gue kemaren” “Aduh Mary.. kan bisa besok..” “Nggak bisa, kan kumpulnya besok pagi-pagi” Aku bergegas bangun dan mengambil peralatan mandiku tanpa menghiraukan ocehan yang terus keluar dari mulut Mary. “Ya udah, gue mandi dulu, loe nyalain tuh komputer!”

Tulisan di layar komputerku sepertinya mulai kabur di mataku. “Gila, udah jam 1, tugas sialan ini belum selesai juga” gerutuku dalam hati. “Tok.. Tok.. Tok..” bunyi pintu kamarku diketok dari luar. “Masuk!” teriakku tanpa menoleh ke arah sumber suara. Terdengar suara pintu yang dibuka dan kemudian ditutup lagi dengan keras sehingga membuatku akhirnya menoleh juga.

Kaget juga waktu kudapati ternyata yang masuk adalah Siska. “Eh maaf, tutupnya terlalu keras” sambil tersenyum malu dia membuka percakapan. “Loh, kok belum tidur?” dengan heran aku memandangnya lagi. “Iya nih, nggak tau kenapa nggak bisa tidur” “Mary mana?” tanyaku lagi. “Dari tadi udah tidur kok” “Gue dengar dari dia katanya elo lagi buatin tugasnya yah?” “Iya nih, tapi belum selesai, sedikit lagi sih” “Emang ngetikin apaan sih?” sambil bertanya dia mendekatiku dan berdiri tepat disamping kursiku.

Aku tak menjawabnya karena menyadari tubuhnya yang dekat sekali dengan mukaku dan posisiku yang duduk di kursi membuat kepalaku berada tepat di samping dadanya. Dengan menolehkan kepalaku sedikit ke kiri, aku dapat melihat lengannya yang mulus karena dia hanya memakai baju tidur model tanpa lengan.

Sewaktu dia mengangkat tangannya untuk merapikan rambutnya, aku dapat melihat pula sedikit bagian dari BHnya yang sekarang berwarna krem muda. “Busyet.. loe harum amat, pake parfum apa nih?” “Bukan parfum, lotion gue kali” “Lotion apaan, bikin terangsang nih” candaku. “Body Shop White Musk, kok bikin terangsang sih?” tanyanya sambil tersenyum kecil. “Iya nih beneran, terangsang gue nih jadinya” “Masa sih? berarti sekarang udah terangsang dong” Agak terkejut juga aku mendengar pertanyaan itu. “Jangan-jangan dia lagi memancing gue nih..” pikirku dalam hati. “Emangnya loe nggak takut kalo gue terangsang sama elo?” tanyaku iseng. “Nggak, memangnya loe kalo terangsang sama gue juga berani ngapain?” “Gue cium loe ntar” kataku memberanikan diri.

Tanpa kusangka dia melangkah dari sebelah kiri ke arah depanku sehingga berada di tengah-tengah kursi tempat aku duduk dengan meja komputerku. “Beneran berani cium gue?” tanyanya dengan senyum nakal di bibirnya yang mungil. “Wah kesempatan nih” pikirku lagi. Aku bangkit berdiri dari dudukku sambil mendorong kursiku sedikit ke belakang sehingga kini aku berdiri persis di hadapannya. Sambil mendekatkan mukaku ke wajahnya aku bertanya “Bener nih nggak marah kalo gue cium?” Dia hanya tersenyum saja tanpa menjawab pertanyaanku.

Tanpa pikir panjang lagi aku segera mencium lembut bibirnya. Siska memejamkan matanya ketika menerima ciumanku. Kumainkan ujung lidahku pelan kedalam mulutnya untuk mencari lidahnya yang segera bertaut dan saling memutar ketika bertemu. Sentuhan erotis yang kudapat membuat aku semakin bergairah dan langsung menghujani bibir lembut itu dengan lidahku. Sambil terus menjajah bibirnya aku menuntun pelan Siska ke ranjang.

Dengan mata masih terpejam dia menurut ketika kubaringkan di ranjangku. Erangan halus yang didesahkan olehnya membuatku semakin bernafsu dan segera saja lidahku berpindah tempat ke bagian leher dan turun ke area dadanya. Setelah menanggalkan bajunya, kedua tanganku yang kususupkan ke punggungnya sibuk mencari kaitan BH-nya dan segera saja kulepas begitu aku temukan.

Dengan satu tarikan saja terlepaslah penutup dadanya dan dua bukit putih mulus dengan pentil pink yang kecil segera terpampang indah didepanku. Kuremas pelan dua susunya yang besar namun sayang tidak begitu kenyal sehingga terkesan sedikit lembek. Puting susunya yang mungil tak luput dari serangan lidahku.

Setiap aku jilati puting mungil tersebut, Siska mendesah pelan dan itu membuatku semakin terangsang saja. Entah bagaimana kabar penisku yang sedari tadi telah tegak berdiri namun terjepit diantara celanaku dan selangkangannya. Putingnya yang kecil memang sedikit menyusahkan buatku sewaktu menyedot bergantian dari toket kiri ke toket kanannya, namun desahan serta gerakan-gerakan tubuhnya yang menandakan dia juga terangsang membuatku tak tahan untuk segera bergerilya ke perutnya yang sedikit berlemak.

Namun ketika aku hendak melepas celananya, tiba-tiba saja dia menahan tanganku. “Jangan Josen!” “Kenapa?” “Jangan terlalu jauh..” “Wah, masa berhenti setengah-setengah, nanggung nih..” “Pokoknya nggak boleh” setengah berteriak Siska bangkit dan duduk di ranjang. Kulihat dua susunya bergantung dengan anggunnya di hadapanku. “Kasihan ama ini nih, udah berdiri dari tadi, masa disuruh bobo lagi?” tanyaku sambil menunjuk ke arah penisku yang membusung menonjol dari balik celana pendekku.

Tanpa kusangka lagi, tiba-tiba saja Siska meloroti celanaku plus celana dalamku sekalian. Aku hanya diam ketika dia melakukan hal itu, pikirku mungkin saja dia berubah pikiran. Tetapi ternyata dia kemudian menggenggam penisku dan dengan pelan mengocok penisku naik turun dengan irama yang teratur.

Aku menyandarkan tubuhku pada dinding kamar dan masih dengan posisi jongkok dihadapanku Siska tersenyum sambil terus mengocok batang penisku tetapi semakin lama semakin cepat. Nafasku memburu kencang dan jantungku berdegub semakin tak beraturan dibuatnya, walaupun aku sangat sering masturbasi, tapi pengalaman dikocok oleh seorang cewek adalah yang pertama bagiku, apalagi ditambah pemandangan dua susu montok yang ikut bergoyang karena gerakan pemiliknya yang sedang menocok penisku bergantian dengan tangan kiri dan kanannya. “Sis.. mau keluar nih..” lirih kataku sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan ini. “Bentar, tahan dulu Ko..”jawabnya sambil melepaskan kocokannya. “Loh kok dilepas?” tanyaku kaget.

Tanpa menjawab pertanyaanku, Siska mendekatkan dadanya ke arah penisku dan tanpa sempat aku menebak maksudnya, dia menjepit penisku dengan dua susunya yang besar itu. Sensasi luar biasa aku dapatkan dari penisku yang dijepit oleh dua gunung kembar itu membuatku terkesiap menahan napas. Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia kembali mengocok penisku yang terjepit diantara dua susunya yang kini ditahan dengan menggunakan kedua tangannya.

Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di sekujur tubuhku pun turut merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada kocokan dengan tangannya tadi. “Enak nggak Ko?” tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku. “Gila.. enak banget Sayang.. terus kocok yang kencang..” Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah pahanya yang mulus.

Sesekali memutar arah ke bagian belakang untuk merasakan pantatnya yang lembut. “Ahh.. ohh..” desahnya pelan sambil kembali memejamkan matanya. Kocokan serta jepitan susunya yang semakin keras semakin membuatku lupa daratan. “Sis.. aku keluar..” Tanpa bisa kutahan lagi semprotan lahar panasku yang kental segera menyembur keluar dan membasahi lehernya dan sebagian area dadanya.

Seluruh tubuhku lemas seketika dan hanya bisa bersandar di dinding kamar. Aku memandang nanar ke Siska yang saat itu bangkit berdiri dan mencari tissue untuk membersihkan bekas spermaku. Ketika menemukan apa yang dicari, sambil tersenyum lagi dia bertanya “Kamu seneng nggak” Aku mengangguk sambil membalas senyumannya. “Jangan bilang siapa-siapa yah, apalagi sama Mary” katanya memperingatkanku sambil memakai kembali BH dan bajunya yang tadi kulempar entah kemana. “Iyalah.. masa gue bilang-bilang, nanti kamu nggak mau lagi ngocokin gue” Siska kembali hanya tersenyum padaku dan setelah menyisir rambut panjangnya dia pun beranjak menuju pintu. “Gue bersih-bersih dulu yah, abis itu mau bobo” ujarnya sebelum membuka pintu. “Thanks yah Sis.. besok kesini lagi yah” balasku sambil menatap pintu yang kemudian ditutup kembali oleh Siska.

Aku memejamkan mata sejenak untuk mengingat kejadian yang barusan berlalu, mimpi apa aku semalam bisa mendapat keberuntungan seperti ini. Tak sabar aku menunggu besok tiba, siapa tahu ternyata bisa mendapatkan lebih dari ini. Mungkin saja suatu saat aku bisa merasakan kenikmatan dari lubang surga Siska, yang pasti aku harus ingat untuk menyediakan kondom di kamarku dulu.

Minggu, 20 Agustus 2023

Cerita Hot Perjakaku Di Ambil Oleh Perawat Sexy

Cerita ini terjadi beberapa bulan yang lalu, dimana saat itu saya sedang dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari. Saya masih duduk di kelas 2 SMA pada saat itu. Dan dalam urusan asmara, khususnya “bercinta” saya sama sekali belum memiliki pengalaman berarti. Saya tidak tahu bagaimana memulai cerita ini, karena semuanya terjadi begitu saja. Tanpa kusadari, ini adalah awal dari semua pengalaman asmaraku sampai dengan saat ini.

Sebut saja nama wanita itu Yuri, karena jujur saja saya tidak tahu siapa namanya Dominobet apk download . Yuri adalah seorang suster rumah sakit dimana saya dirawat. Karena terjangkit gejala pengakit hepatitis, saya harus dirawat di Rumah sakit selama beberapa hari. Selama itu juga Yuri setiap saat selalu melayani dan merawatku dengan baik. Orang tuaku terlalu sibuk dengan usaha pertokoan keluarga kami, sehingga selama dirumah sakit, saya lebih banyak menghabiskan waktu seorang diri, atau kalau pas kebetulan teman-temanku datang membesukku saja.

Yang kuingat, hari itu saya sudah mulai merasa agak baikkan. Saya mulai dapat duduk dari tempat tidur dan berdiri dari tempat tidur sendiri. Padahal sebelumnya, jangankan untuk berdiri, untuk membalikkan tubuh pada saat tidurpun rasanya sangat berat dan lemah sekali. Siang itu udara terasa agak panas, dan pengap. Sekalipun ruang kamarku ber AC, dan cukup luas untuk diriku seorang diri. Namun, saya benar-benar merasa pengap dan sekujur tubuhku rasanya lengket. Yah, saya memang sudah beberapa hari tidak mandi. Maklum, dokter belum mengijinkan aku untuk mandi sampai demamku benar-benar turun.

Akhirnya saya menekan bel yang berada disamping tempat tidurku untuk memanggil suster. Tidak lama kemudian, suster Yuri yang kuanggap paling cantik dan paling baik dimataku itu masuk ke kamarku.

“Ada apa Dik?” tanyanya ramah sambil tersenyum, manis sekali.

Tubuhnya yang sintal dan agak membungkuk sambil memeriksa suhu tubuhku membuat saya dapat melihat bentuk payudaranya yang terlihat montok dan menggiurkan.

“Eh, ini Mbak. Saya merasa tubuhku lengket Dominobet apk download, mungkin karena cuaca hari ini panas banget dan sudah lama saya tidak mandi. Jadi saya mau tanya, apakah saya sudah boleh mandi hari ini mbak?”, tanyaku sambil menjelaskan panjang lebar.

Saya memang senang berbincang dengan suster cantik yang satu ini. Dia masih muda, paling tidak cuma lebih tua 4-5 tahun dari usiaku saat itu. Wajahnya yang khas itupun terlihat sangat cantik, seperti orang India kalau dilihat sekilas.

“Oh, begitu. Tapi saya tidak berani kasih jawabannya sekarang Dik. Mbak musti tanya dulu sama Pak dokter apa adik sudah boleh dimandiin apa belum”, jelasnya ramah.

Mendengar kalimatnya untuk “memandikan”, saya merasa darahku seolah berdesir keatas otak semua. Pikiran kotorku membayangkan seandainya benar Mbak Yuri mau memandikan dan menggosok-gosok sekujur tubuhku. Tanpa sadar saya terbengong sejenak, dan batang kontolku berdiri dibalik celana pasien rumah sakit yang tipis itu.

“Ihh, kamu nakal deh mikirnya. Kok pake ngaceng segala sih, pasti mikir yang ngga-ngga ya. hi hi hi”.

Mbak Yuri ternyata melihat reaksi yang terjadi pada penisku yang memang harus kuakui sempat mengeras sekali tadi. Saya cuma tersenyum menahan malu dan menutup bagian bawah tubuhku dengan selimut.

“Ngga kok Mbak, cuma spontanitas aja. Ngga mikir macem-macem kok”, elakku sambil melihat senyumannya yang semakin manis itu.

“Hmm, kalau memang kamu mau merasa gerah karena badan terasa lengket Mbak bisa mandiin kamu, kan itu sudah kewajiban Mbak kerja disini. Tapi Mbak bener-bener ngga berani kalau Pak dokter belum mengijinkannya”, lanjut Mbak Yuri lagi seolah memancing gairahku.

“Ngga apa-apa kok mbak, saya tahu Mbak ngga boleh sembarangan ambil keputusan” jawabku serius, saya tidak mau terlihat “nakal” dihadapan suster cantik ini. Lagi pula saya belum pengalaman dalam soal memikat wanita.

Suster Yuri masih tersenyum seolah menyimpan hasrat tertentu, kemudian dia mengambil bedak Purol yang ada diatas meja disamping tempat tidurku.

“Dik, Mbak bedakin aja yah biar ngga gerah dan terasa lengket”, lanjutnya sambil membuka tutup bedak itu dan melumuri telapak tangannya dengan bedak.

Saya tidak bisa menjawab, jantungku rasanya berdebar kencang. Tahu-tahu, dia sudah membuka kancing pakaianku dan menyingkap bajuku. Saya tidak menolak, karena dibedakin juga bisa membantu menghilangkan rasa gerah pikirku saat itu. Mbak Yuri kemudian menyuruhku membalikkan badan, sehingga sekarang saya dalam keadaan tengkurap diatas tempat tidur.

Tangannya mulai terasa melumuri punggungku dengan bedak, terasa sejuk dan halus sekali. Pikiranku tidak bisa terkontrol, sejak dirumah sakit, memang sudah lama saya tidak membayangkan hal-hal tentang seks, ataupun melakukan onani sebagaimana biasanya saya lakukan dirumah dalam keadaan sehat. Kontolku benar-benar berdiri dan mengeras tertimpa oleh tubuhku sendiri yang dalam keadaan tenglungkup. Rasanya ingin kugesek-gesekkan kontolku di permukaan ranjang, namun tidak mungkin kulakukan karena ada Mbak Yuri saat ini. fantasiku melayang jauh, apalagi sesekali tangannya yang mungil itu meremas pundakku seperti sedang memijat. Terasa ada cairan bening mengalir dari ujung kontolku karena terangsang.

Beberapa saat kemudian Mbak Yuri menyuruhku membalikkan badan. Saya merasa canggung bukan main, karena takut dia kembali melihat kontolku yang ereksi.

“Iya Mbak..”, jawabku sambil berusaha menenangkan diri, sayapun membalikkan tubuhku.

Kini kupandangi wajahnya yang berada begitu dekat denganku, rasanya dapat kurasakan hembusan nafasnya dibalik hidung mancungnya itu. Kucoba menekan perasaan dan pikiran kotorku dengan memejamkan mata.

Sekarang tangannya mulai membedaki dadaku, jantungku kutahan sekuat mungkin agar tidak berdegup terlalu kencang. Saya benar-benar terangsang sekali, apalagi saat beberapa kali telapak tangannya menyentuh putingku.

“Ahh, geli dan enak banget”, pikirku.
“Wah, kok jadi keras ya? he he he”, saya kaget mendengar ucapannya ini.
“Ini loh, putingnya jadi keras.. kamu terangsang ya?”

Mendengar ucapannya yang begitu vulgar, saya benar-benar terangsang. Kontolku langsung berdiri kembali bahkan lebih keras dari sebelumnya. Tapi saya tidak berani berbuat apa-apa, cuma berharap dia tidak melihat kearah kontolku.

Saya cuma tersenyum dan tidak bicara apa-apa. Ternyata Mbak Yuri semakin berani, dia sekarang bukan lagi membedaki tubuhku, melainkan memainkan putingku dengan jari telunjuknya. Diputar-putar dan sesekali dicubitnya putingku.

“Ahh, geli Mbak. Jangan digituin”, kataku menahan malu.

“Kenapa? Ternyata cowok bisa terangsang juga yah kalau putingnya dimainkan gini”, lanjutnya sambil melepas jari-jari nakalnya.

Saya benar-benar kehabisan kata-kata, dilema Dominobet apk download. Disatu sisi saya ingin terus di”kerjain” oleh Mbak Yuri, satu sisi saya merasa malu dan takut ketahuan orang lain yang mungkin saja tiba-tiba masuk.

“Dik Joni sudah punya pacar?”, tanya Mbak Yuri kepadaku.
“Belum Mbak”, jawabku berdebar, karena membayangkan ke arah mana dia akan berbicara.
“Dik Joni, pernah main sama cewek ngga?”, tanyanya lagi.
“Belum mbak” jawabku lagi.
“hi.. hi.. hi.. masa ngga pernah main sama cewek sih”, lanjutnya centil.

Aduh pikirku, betapa bodohnya saya bisa sampai terjebak olehnya. Memangnya “main” apaan yang saya pikirkan barusan. Pasti dia berpikir saya benar-benar “nakal” pikirku saat itu.

“Pantes deh, de Joni dari tadi Mbak perhatiin ngaceng terus, Dik Joni mau main-main sama Mbak ya?

Wow, nafsuku langsung bergolak. Saya cuma terbengong-bengong. Belum sempat saya menjawab, Mbak Yuri sudah memulai aksinya. Dicumbuinya dadaku, diendus dan ditiup-tiupnya putingku. Terasa sejuk dan geli sekali, kemudian dijilatnya putingku, dan dihisap sambil memainkan putingku didalam mulutnya dengan lidah dan gigi-gigi kecilnya.

“Ahh, geli Mbak”m rintihku keenakan.

Kemudian dia menciumi leherku, telingaku, dan akhirnya mulutku. Awalnya saya cuma diam saja tidak bisa apa-apa, setelah beberapa saat saya mulai berani membalas ciumannya. Saat lidahnya memaksa masuk dan menggelitik langit-langit mulutku, terasa sangat geli dan enak, kubalas dengan memelintir lidahnya dengan lidahku.

Kuhisap lidahnya dalam-dalam dan mengulum lidahnya yang basah itu. Sesekali saya mendorong lidahku kedalam mulutnya dan terhisap oleh mulutnya yang merah tipis itu. Tanganku mulai berani, mulai kuraba pinggulnya yang montok itu. Namun, saat saya mencoba menyingkap rok seragam susternya itu, dia melepaskan diri.

“Jangan di sini Dik, ntar kalau ada yang tiba-tiba masuk bisa gawat”, katanya.

Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menuntunku turun dari tempat tidur dan berjalan masuk ke kamar mandi yang terletak disudut kamar. Di dalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi. Kemudian dia menghidupkan kran bak mandi sehingga suara deru air agak merisik dalam ruang kecil itu. Tangannya dengan tangkas menanggalkan semua pakaian dan celanaku sampai saya telangjang bulat.

Kemudian dia sendiripun melepas topi susternya, digantungnya di balik pintu, dan melepas beberapa kancing seragamnya sehingga saya sekarang dapat melihat bentuk sempurna payudaranya yang kuning langsat dibalik Bra-nya yang berwarna hitam.

Kami pun melanjutkan cumbuan kami, kali ini lebih panas dan bernafsu. Saya belum pernah berciuman dengan wanita, namun Mbak Yuri benar-benar pintar membimbingku. Sebentar saja sudah banyak jurus yang kepelajari darinya dalam berciuman.

Kulumat bibirnya dengan bernafsu. Kontolku yang berdiri tegak kudekatkan kepahanya dan kugesek-gesekkan. Ahh enak sekali. Tanganku pun makin nekat meremas dan membuka Bra-nya. Kini dia sudah bertelanjang dada dihadapanku, kuciumi puting susunya, kuhisap dan memainkannya dengan lidah dan sesekali menggigitnya.

“Yes, enak.. ouh geli Jon, ah.. kamu pinter banget sih”, desahnya seolah geram sambil meremas rambutku dan membenamkannya ke dadanya.

Kini tangannya mulai meraih kontolku, digenggamnya. Tersentak saya dibuatnya. Genggamannya begitu erat, namun terasa hangat dan nikmat. Saya pun melepas kulumanku di putingnya, kini kududuk diatas closet sambil membiarkan Mbak Yuri memainkan kontolku dengan tangannya. Dia jongkok mengahadap selangkanganku, dikocoknya kontolku pelan-pelan dengan kedua tangannya.

“Ahh, enak banget Mbak.. asik.. ahh.. ahh..”, desahku menahan agar tidak menyemburkan maniku cepat-cepat.

Kuremas payudaranya saat dia terus mengocok kontolku, sekarang kulihat dia mulai menyelipkan tangan kirinya diselangkannya sendiri, digosok-gosoknya tangannya ke arah memeknya sendiri. Melihat aksinya itu saya benar-benar terangsang sekali. Kujulurkan kakiku dan ikut memainkan memeknya dengan jempol kakiku. Ternyata dia tidak mengelak, dia malah melepas celana dalamnya dan berjongkok tepat diatas posisi kakiku.

Kami saling melayani, tangannya mengocok kontolku pelan sambil melumurinya dengan ludahnya sehingga makin licin dan basah, sementara saya sibuk menggelitik memeknya yang ditumbuhi bulu-bulu keriting itu dengan kakiku. Terasa basah dan sedikit becek, padahal saya cuma menggosok-gosok saja dengan jempol kaki.

“Yes.. ah.. nakal banget kamu Jon.. em, em, eh.. enak banget”, desahnya keras.

Namun suara cipratan air bak begitu keras sehingga saya tidak khawatir didengar orang. Saya juga membalas desahannya dengan keras juga.

“Mbak Yuri, sedotin kontol saya dong.. please.. saya kepingin banget”, pintaku karena memang sudah dari tadi saya mengharapkan sedotan mulutnya di kontolku seperti adegan film BF yang biasa kutonton.

“Ih.. kamu nakal yah”, jawabnya sambil tersenyum.

Tapi ternyata dia tidak menolak, dia mulai menjilati kepala kontolku yang sudah licin oleh cairan pelumas dan air ludahnya itu. Saya cuma bisa menahan nafas, sesaat gerakan jempol kakiku terhenti menahan kenikmatan yang sama sekali belum pernah kurasakan sebelumnya.

Dan tiba-tiba dia memasukkan kontolku ke dalam mulutnya yang terbuka lebar, kemudian dikatupnya mulutnya sehingga kini kontolku terjepit dalam mulutnya, disedotnya sedikit batang kontolku sehingga saya merasa sekujur tubuhku serasa mengejang, kemudian ditariknya kontolku keluar.

“Ahh.. ahh..”, saya mendesah keenakkan setiap kali tarikan tangannya dan mulutnya untuk mengeluarkan kontolku dari jepitan bibirnya yang manis itu.

Kupegang kepalanya untuk menahan gerakan tarikan kepalanya agar jangan terlalu cepat. Namun, sedotan dan jilatannya sesekali disekeliling kepala kontolku didalam mulutnya benar-benar terasa geli dan nikmat sekali.

Tidak sampai diulang 10 kali, tiba-tiba saya merasa getaran di sekujur batang kontolku. Kutahan kepalanya agar kontolku tetap berada dsidalam mulutnya. Seolah tahu bahwa saya akan segera “keluar”, Mbak Yuri menghisap semakin kencang, disedot dan terus disedotnya kontolku. Terasa agak perih, namun sangat enak sekali.

“AHH.. AHH.. Ahh.. ahh”, teriakku mendadak tersemprot cairan mani yang sangat kental dan banyak karena sudah lama tidak dikeluarkan itu kedalam mulut Mbak Yuri.

Dia terus memnghisap dan menelan maniku seolah menikmati cairan yang kutembakkan itu, matanya merem-melek seolah ikut merasakan kenikmatan yang kurasakan. Kubiarkan beberapa saat kontolku dikulum dan dijilatnya sampai bersih, sampai kontolku melemas dan lunglai, baru dilepaskannya sedotannya.

Sekarang dia duduk di dinding kamar mandi, masih mengenakan pakaian seragam dengan kancing dan Bra terbuka, ia duduk dan mengangkat roknya ke atas, sehingga kini memeknya yang sudah tidak ditutupi CD itu terlihat jelas olehku. Dia mebuka lebar pahanya, dan digosok-gosoknya memeknya dengan jari-jari mungilnya itu.

Saya cuma terbelalak dan terus menikmati pemandangan langka dan indah ini. Sungguh belum pernah saya melihat seorang wanita melakukan masturbasi dihadapanku secara langsung, apalagi wanita itu secantik dan semanis Mbak Yuri. Sesaat kemudian kontolku sudah mulai berdiri lagi, kuremas dan kukocok sendiri kontolku sambil tetap duduk di atas toilet sambil memandang aktifitas “panas” yang dilakukan Mbak Yuri.

Desahannya memenuhi ruang kamar mandi, diselingi deru air bak mandi sehingga desahan itu menggema dan terdengar begitu menggoda. Saat melihat saya mulai ngaceng lagi dan mulai mengocok kontol sendiri, Mbak Yuri tampak semakin terangsang juga.

Tampak tangannya mulai menyelip sedikit masuk kedalam memeknya, dan digosoknya semakin cepat dan cepat. Tangan satunya lagi memainkan puting susunya sendiri yang masih mengeras dan terlihat makin mancung itu.

“Ihh, kok ngaceng lagi sih.. belum puas ya..”, canda Mbak Yuri sambil mendekati diriku.

Kembali digenggamnya kontolku dengan menggunakan tangan yang tadi baru saja dipakai untuk memainkan memeknya. Cairan memeknya di tangan itu membuat kontolku yang sedari tadi sudah mulai kering dari air ludah Mbak Yuri, kini kembali basah. Saya mencoba membungkukkan tubuhku untuk meraih memeknya dengan jari-jari tanganku, tapi Mbak Yuri menepisnya.

“Ngga usah, biar cukup Mbak aja yang puasin kamu.. hehehe”, agak kecewa saya mendengar tolakannya ini.

Mungkin dia khawatir saya memasukkan jari tanganku sehingga merusak selaput darahnya pikirku, sehingga saya cuma diam saja dan kembali menikmati permainannya atas kontolku untuk kedua kalinya dalam kurun waktu 10 menit terakhir ini.

Kali ini saya bertahan cukup lama, air bak pun sampai penuh sementara kami masih asyik “bermain” di dalam sana. Dihisap, disedot, dan sesekali dikocoknya kontolku dengan cepat, benar-benar semua itu membuat tubuhku terasa letih dan basah oleh peluh keringat.

Mbak Yuri pun tampak letih, keringat mengalir dari keningnya, sementara mulutnya terlihat sibuk menghisap kontolku sampai pipinya terlihat kempot. Untuk beberapa saat kami berkonsentrasi dengan aktifitas ini. Mbak Yuri sunggu hebat pikirku, dia mengulum kontolku, namun dia juga sambil memainkan memeknya sendiri.

Setelah beberapa saat, dia melepaskan hisapannya.

Dia merintih, “Ah.. ahh.. ahh.. Mbak mau keluar Jon, Mbak mau keluar”, teriaknya sambil mempercepat gosokan tangannya.

“Sini mbak, saya mau menjilatnya”, jawabku spontan, karena teringat adegan film BF dimana pernah kulihat prianya menjilat memek wanita yang sedang orgasme dengan bernafsu.

Mbak Yuri pun berdiri di hadapanku, dicondongkannya memeknya ke arah mulutku.

“Nih.. cepet hisap Jon, hisap..”, desahnya seolah memelas.

Langsung kuhisap memeknya dengan kuat, tanganku terus mengocok kontolku. Aku benar-benar menikmati pengalaman indah ini. Beberapa saat kemudian kurasakan getaran hebat dari pinggul dan memeknya. Kepalaku dibenamkannya ke memeknya sampai hidungku tergencet diantara bulu-bulu jembutnya. Kuhisap dan kusedot sambil memainkan lidahku di seputar kelentitnya.

“Ahh.. ahh..”, desah Mbak Yuri disaat terakhir berbarengan dengan cairan hangat yang mengalir memenuhi hidung dan mulutku, hampir muntah saya dibuatnya saking banyaknya cairan yang keluar dan tercium bau amis itu.

Kepalaku pusing sesaat, namun rangsangan benar-benar kurasakan bagaikan gejolak pil ekstasi saja, tak lama kemudian sayapun orgasme untuk kedua kalinya. Kali ini tidak sebanyak yang pertama cairan yang keluar, namun benar-benar seperti membawaku terbang ke langit ke tujuh.

Kami berdua mendesah panjang, dan saling berpelukkan. Dia duduk diatas pangkuanku, cairan memeknya membasahi kontolku yang sudah lemas. Kami sempat berciuman beberapa saat dan meninggalkan beberapa pesan untuk saling merahasiakan kejadian ini dan membuat janji dilain waktu sebelum akhirnya kami keluar dari kamar mandi. Dan semuanya masih dalam keadaan aman-aman saja.

Mbak Yuri, adalah wanita pertama yang mengajariku permainan seks. Sejak itu saya sempat menjalin hubungan gelap dengan Mbak Yuri selama hampir 2 tahun, selama SMA saya dan dia sering berjanji bertemu, entah di motel ataupun di tempat kostnya yang sepi.

Keperjakaanku tidak hanya kuberikan kepadanya, tapi sebaliknya keperawanannya pun akhirnya kurenggut setelah beberapa kali kami melakukan sekedar esek-esek. Kini saya sudah kuliah di luar kota, sementara Mbak Yuri masih kerja di Rumah sakit itu.

Saya jarang menanyakan kabarnya, lagi pula hubunganku dengannya tidak lain hanya sekedar saling memuaskan kebutuhan seks. Konon, katanya dia sering merasa “horny” menjadi perawat. Begitu pula pengakuan teman-temannya sesama suster. Saya bahkan sempat beberapa kali bercinta dengan teman-teman Mbak Yuri.

Pengalaman masuk rumah sakit, benar-benar membawa pengalaman indah bagi hidupku, paling tidak masa mudaku benar-benar nikmat. Mbak Yuri, benar-benar fantastis menurutku.