Sabtu, 29 April 2023

Cerita Ngentot Terjebak Hutang Budi Dengan Atasan

Brak brak brak…!!!

Beberapa kali aku menggebrak meja yang ada di depanku. Sementara wanita itu masih terus menutup wajahnya, dia masih terus menangis. Wanita itu adalah Siti, istriku. Dia sejak tadi sudah menangis, sejak dia mulai menceritakan apa yang dia alami kepadaku. Cerita yang begitu menyayat hatiku. Aku benar-benar marah, tapi bukan kepada dirinya, karena aku tahu dia hanya menjadi korban disini. Aku marah kepada keadaan, dan orang yang telah membuat Siti menjadi begini.

Namaku Krisna, 29 tahun. Dan istriku, Siti Wardhani, 26 tahun. Kami belum 2 tahun menikah, dan sampai sekarang belum dikaruniai anak. Aku bekerja sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta, sedangkan istriku bekerja sebagai PNS di sebuah dinas pemerintahan di kota kami.

Sedikit tentang istriku, dia adalah wanita yang sangat cantik dan Dominobet apk download . Aku sudah memacarinya sejak lama, sejak dia menjadi mahasiswa baru dan kebetulan saat itu aku yang menjadi pembina di kelompok ospeknya. Hanya sebulan setelah ospek, dia sudah resmi menjadi pacarku. Terhitung sampai sekarang, kami sudah hampir 8 tahun bersama. Tapi selama berpacaran kami tak pernah melakukan hal-hal yang dilarang. Aku baru benar-benar menyentuh tubuhnya setelah kami sah menjadi suami istri.

Setelah menikah denganku, Siti memutuskan untuk memakai jilbab. Dia bilang mau menjaga penampilan dan dirinya, sehingga hanya akulah lelaki yang berhak atas dirinya. Tentu saja hal itu membuatku semakin menyayanginya.

Banyak temanku yang merasa iri dengan keberuntunganku bisa mendapatkan wanita secantik Siti. Akupun juga bersyukur akan hal itu, dan itulah yang selalu kujaga sampai sekarang. Tapi sayangnya, malam ini, aku benar-benar merasa menjadi orang yang sangat bodoh, karena gagal menjaga istriku. Telah ada lelaki lain, yang berhasil memaksanya menyerahkan tubuhnya. Dan itulah yang saat ini membuatku beberapa kali menggebrak meja yang ada di depanku.

Siti tadi sudah menceritakan semuanya, dengan sangat detail. Dia bersumpah tidak ada yang disembunyikan lagi. Aku tahu Siti, dia tidak mungkin berbohong, dan itulah yang semakin membuatku marah kepada diriku sendiri.

Cerita ini dimulai dari beberapa minggu yang lalu. Saat itu Siti terpaksa harus lembur dan pulang agak petang. Sedangkan aku, yang memang kerja di kantor swasta, memang sudah sering pulang telat. Aku memang jarang mengantar jemput Siti karena dia membawa kendaraan sendiri, seperti halnya hari itu.

Sebenarnya saat itu Siti tidak sendiri lemburnya, hampir semua temannya juga lembur, entah karena mau ada apa, setahuku sih mau ada rapat tahunan, atau semacamnya lah. Mereka baru selesai sekitar jam 7 malam. Meskipun tidak terbiasa pulang jam segitu, tapi karena jarak rumah dengan kantor yang tidak terlalu jauh, dan juga kondisi jalanan yang cukup terang dan ramai, Siti tak khawatir pulang sendiri.

Setelah berpamitan dengan teman-temannya yang kebetulan tidak ada yang searah dengan Siti, diapun pulang naik motor maticnya. Tapi baru beberapa puluh meter meninggalkan gerbang kantornya, tiba-tiba motor Siti dipepet oleh 2 buah motor yang memaksanya bergerak ke pinggir.

“Berhenti, atau kami bunuh!” bentak seorang diantaranya.

Siti tak bisa melihat dengan jelas wajah keempat orang yang mencegatnya karena mereka semua memakai penutup wajah. Pria yang membentak tadi juga menodongkan parang ke arahnya, hingga nyali Sitipun semakin ciut. Mau tak mau diapun meminggirka motornya, diikuti oleh keempat orang yang naik 2 motor itu.

“Ampun bang, jangan sakiti saya. Ambil aja motornya, saya jangan diapa-apain.”

“Heh diem lu. Gue yang nentuin bukan elu!!!”

Lagi-lagi digertak seperti itu Siti makin ciut nyalinya. Dia tak berani berbuat apa-apa, hanya terus berdoa, semoga para begal ini hanya mengambil motornya, lalu pergi tanpa melukainya.

“Siniin tas lu!!”

Tiba-tiba salah seorang begal yang membawa parang tadi mendekati Siti, dan merebut tasnya dan langsung mengacak-acak isinya. Handphone Siti diambil, dompetnya juga, dibuka dan diambil semua uang yang ada. Tapi anehnya pria itu tak langsung membuang dompet Siti, tapi masih seperti melihat sesuatu.

“Hmm, Siti Wardhani. Cantik juga foto lu, coba buka helm sama masker lu!!!”

Saat itu Siti memang masih memakai helm dan maskernya. Karena lagi-lagi ditodong dengan parang, Sitipun menurutku kemauan begal itu. Sementara salah satu sedang mengancam Siti, ketiga temannya terlihat berjaga-jaga melihat kondisi, yang entah kenapa malam itu lebih sepi dari biasanya.

Siti berharap ada seseorang atau siapapun yang lewat untuk bisa menolongnya, tapi sejak tadi dia keluar dari kantornya, tidak ada satupun kendaraan yang mengarah kesini.

“Woy buruan, mau lu gue bacok?!”

“Ii,, iya bang.”

“Wuiih, beneran cantik rupanya lu ya. Eh bro, gimana kalau kita bawa sekalian ni perek, buat senang-senang malam ini.”

“Wah boleh juga tuh bro, cantik banget, udah lama gue nggak ngewe cewe secantik ini, jilbaban lagi. Udah angkut aja.”

Siti mendadak semakin takut, mengetahui apa yang sedang dibicarakan oleh para begal itu. Dan saat itu tiba-tiba muncul keberaniannya untuk membela diri. Dia tak mau sampai jatuh ke para begal itu, dia ingin melawan mereka, semampunya.

Brak!!!

“Anjing, bangsat!!!”

Dengan sisa keberaniannya, Siti melemparkan helm yang dia pegang sekerasnya ke wajah begal itu. Diapun langsung lari. Agak susah karena dia memakai rok panjang sehingga langkahnya tak begitu lebar.

“Kejar dia. Bangsat tuh cewek, gue habisin entar!!”

Siti sempat melihat ke belakang dan keempat pria itu langsung mengejarnya. Karena panik Siti malah masuk ke sebuah lokasi perkantoran, berharap ada seseorang disana, minimal petugas keamanan yang bisa dia mintai tolong, tapi sialnya tidak ada seorangpun disana. Saat hendak berbalik, ternyata para begal itu sudah berhasil menyusulnya.

“Mau lari kemana lu hah?”

“Ampun bang, tolong ampuni saya.”

“Ampun lu bilang? Lu udah lemparin helm ke muka gue, sekarang minta ampun? Gue bikin perkosa abis lu, baru gue ampunin. Cepet tangkep dia!!!”

“Siap boss!”

Dua orang langsung maju menyergap Siti. Siti yang tak bisa apa-apa dengan mudahnya diringkus oleh kedua penjahat itu. Dia langsung dijatuhkan ke tanah, dengan kedua kaki dan tangannya dipegangi dengan kuat oleh kedua pria itu.

“Hahaha, sekarang lu rasain akibatnya. Malem ini, gue nikmatin tubuh lu abis-abisan, haha.”

“Ampun, tolong jangan. Jangaaaan…”

Pria yang dilempar wajahnya dengan helm oleh Siti tadi langsung menindih tubuh Siti. Siti tak bisa bergerak karena tangan dan kakinya masih dipegangi. Pria itu dengan leluasa menjamah tubuh Siti.

Breeet…

Dengan sekali tarikan, kancing kemeja seragam Siti langsung lepas semua, membuat tubuhnya terbuka, dan hanya tertutup oleh bhnya saja. Tak puas sampai disitu, lelaki itu juga merobek bh Siti dengan parangnya, kini sempurnalah tubuh bagian depan Siti terbuka.

“Aaaaaaa jangaaaaaaann…”

“Hmmmm nyyymmmm enaak benget nih susu, kenyal, mantap, hahaha.”

Pria itu langsung melumat buah dada Siti yang memang cukup besar dan masih sekal itu. Dia begitu kasar memperlakukan Siti, sedangkan Siti hanya bisa berteriak sambil menangis, tanpa bisa melawan karena dia rasakan cengkraman di kedua kaki dan tangannya semakin erat. Mungkin mereka yang memegangi Siti ikut bernafsu juga melihat tubuh indahnya yang terbuka dan sedang dikerjai oleh temannya itu.

“Hei apa apaan ini! Cepat lepaskan wanita itu!”

Tiba-tiba terdengar teriakan seorang pria dari belakang mereka.

“Paa,, paak Yanto, tolong pak..”

Lelaki itu ternyata adalah Yanto, atasan Siti di kantornya. Yanto nampak berdiri dengan wajah penuh amarah.

“Brengsek, gangguin aja. Mau mampus lu?!”

Pria yang tadi mencumbui Siti lalu bangkit dan langsung menyerang Yanto, tapi terlihat Jalam dengan mudah menghindar, bahkan memukul balik si begal itu. Pertarungan mereka berlanjut dan Jalam berhasil membuat parang yang dipegang pria itu terlepas. Saat temannya akan membantu, tiba-tiba Yanto mengeluarkan pistol dari balik bajunya.

“Kalau masih ingin hidup, cepat tinggalkan tempat ini!” bentak Yanto.

“Jangan mau dibohongi, itu pasti cuma pistol mainan,” ucap si begal kepada temannya.

Dooorrr…

Tiba-tiba Yanto menembakkan pistol itu. Tentu saja keempat begal itu menjadi ketakutan, dan langsung lari begitu saja. Yanto mengambil parang yang tadi dibawa begal itu dan membuangnya, berjaga-jaga agar para begal itu tidak menyerang lagi dengan tiba-tiba.

“Siti, kamu nggak papa?” tanya Yanto mendekat.

Siti buru-buru merapikan pakaiannya, meskipun Yanto sempat sekilas melihat tubuh Siti yang terbuka.

“Ii,, iya, saya nggak papa pak. Terima kasih udah nolongin saya.”

“Ya udah, cepat rapikan baju kamu, kita pergi dari sini.”

Siti kemudian berdiri, dia mengikuti langkah Yanto. Mereka berjalan menuju ke tempat motor Siti tadi ditinggalkan. Dan ternyata para begal itu sudah kabur tanpa membawa motor Siti. Tas dan seisinya juga masih tergeletak disitu, hanya uangnya saja yang raib karena tadi sempat dimasukan kantong oleh begal itu.

“Kamu bisa pulang sendiri Rum?” tanya Yanto.

“Hemm,,,”

Siti terlihat kebingungan. Sebenarnya dia masih bisa mengendarai motornya sendiri untuk pulang meskipun masih agak takut. Tapi masalahnya, kancing baju Siti sudah terlepas semua, kalau dia membawa motor, dia bingung bagaimana kalau nanti bajunya terbuka dengan bebas. Rupanya Yanto menyadari hal itu.

“Ya udah, kalau gitu aku anterin kamu pulang aja.”

“Motor saya gimana pak?”

“Tinggal aja dulu, entar aku suruh orang buat ngambil.”

Akhirnya Sitipun diantar oleh Yanto dengan mobilnya. Dalam perjalanan, tak henti-hentinya Siti berterima kasih pada Yanto, karena kalau lelaki itu tidak datang tepat waktu, entah apa yang akan terjadi pada dirinya.

“Sekali lagi terima kasih pak Yanto, kalau bapak nggak datang, saya nggak tahu apa jadinya.”

“Udahlah, tadi cuma kebetulan aja aku lewat. Terus aku lihat motor kamu ada disitu, tas kamu juga berserak isinya, aku curiga ada apa-apa. Dan bener, aku denger teriakan kamu dari tempat itu tadi, makanya aku datengin. Untungnya aku bawa senjata ini, jadi bisa buat nakutin mereka.”

“Buat nakutin? Jadi itu bukan pistol sungguhan pak?”

“Bukan. Ini cuma mainan, kayak yang dibilang begal itu tadi, tapi emang mirip banget sama aslinya, dan suaranya juga kayak pistol asli kan?”

“Oh gitu? Tapi ya apapun itu, saya cuma bisa ngucapin makasih pak. Saya berhutang budi banget sama pak Yanto.”

“Ah udahlah, nggak usah dipikirin.”

Saat sampai di rumah, Siti menyerahkan kunci motor dan juga surat-suratnya kepada Yanto. Yantopun pergi tanpa mampir, katanya tak enak dengan tetangga, apalagi saat itu aku memang belum pulang.

Saat aku pulang, dan kulihat tidak ada motornya di garasi, sempat kutanyakan kepada Siti, dan dia bilang kalau motornya bocor dan terpaksa ditinggal di kantor, tadi dia pulang diantar oleh Yanto. Saat itu Siti tidak menceritakan kejadian yang sesungguhnya, karena takut membuatku khawatir. Pakaiannya yang sudah hilang semua kancingnya juga disembunyikan, sedangkan bhnya yang robek juga sudah dibuang.

Sejak saat itulah Siti menjadi semakin dekat dengan Yanto di kantor. Rasa hutang budinya lah yang membuatnya seperti itu. Yanto sendiri terlihat lebih perhatian kepada Siti, tapi masih dalam batasan yang wajar. Tak pernah Yanto menggodanya, mengajaknya pergi berdua juga tak pernah. Paling mentok Siti diajak makan siang, itupun tak pernah hanya berdua, selalu ramai-ramai dengan teman kantornya yang lain.

Sampai peristiwa itu akhirnya terjadi juga. Minggu lalu tepatnya, saat itu Yanto mendapat undangan untuk mengikuti seminar di luar kota. Undangan itu untuk 2 orang, dan Yanto akhirnya mengajak Siti. Siti sebenarnya merasa tak enak kalau harus pergi hanya berdua saja, tapi mengingat kebaikan dan jasa Yanto kepadanya, Siti juga tak sampai hati menolaknya.

Akhirnya Siti minta ijin kepadaku. Saat itu aku mengijinkan karena Siti bilang selain dia dan Yanto, ada 2 orang lagi yang pergi bersama mereka. Akupun tak menaruh curiga sama sekali, dan saat itu tak ada prasangka buruk sama sekali. Siti berangkat pada hari kamis, dan baru akan pulang hari minggunya.

Dia dan Yanto berangkat ke kota ini dengan menggunakan mobil Yanto. Perjalanan yang mereka tempuh sekitar 3 jam. Dalam perjalanan itu Siti juga tak melihat ada hal yang mencurigakan dari Yanto, semua terasa biasa. Kecuali memang Yanto mulai sedikit terbuka dalam bicara, tidak seformal saat di kantor. Tapi itu menurut Siti masih wajar, karena tidak menyinggung hal yang bersifat pribadi.

Sesampainya di tempat tujuan, mereka langsung menuju ke hotel yang menjadi tempat acara. Rupanya panitia hanya menyiapkan 1 kamar untuk 1 undangan, yang artinya Siti harus sekamar dengan Yanto. Tapi saat itu Yanto menolak dan meminta 2 kamar meskipun harus membayar. Akhirnya setelah negosiasi yang cukup alot dengan pihak panitia dan hotel, mereka mendapatkan 2 kamar yang bersebelahan dan dihubungkan oleh sebuah connecting door.

Siti merasa lega karena tak harus sekamar dengan Yanto. Dia juga semakin menaruh respek pada Yanto karena dia yang berusaha agar tak sampai sekamar dengannya. Terlihat Yanto sangat menghormati Siti. Padahal saat itu, setelah acara berlangsung baru Siti tahu kalau selain mereka, ada beberapa pasang peserta yang statusnya sama seperti dirinya dan Yanto, yaitu atasan dan bawahan, tapi mereka tetap sekamar.

“Yaa, kamu tahulah Rum, apa yang akan mereka lakukan jika sekamar kan?”

“Hmm, tapi mereka bukan pasangan yang sah kan pak?”

“Ya jelas bukan. Mereka pasangan selingkuh, selingkuh yang terfasilitasi. Kayak gitu udah bukan hal yang aneh Rum, udah sering aku lihat yang kayak gitu.”

Siti hanya mengangguk saja, semakin besar rasa hormatnya kepada Yanto.

Acara yang diikuti oleh Siti sebenarnya terasa membosankan. Seminar dimulai hari jumat pagi, itupun hanya sampai sore jam 3. Setelah itu peserta bebas mau apa saja. Sedangkan hari sabtunya, acaranya santai, hanya senam bersama, setelah itu penutupan. Tapi karena sudah terlanjur booking hotel sampai hari minggu, jadi mereka tetap stay disini. Apalagi katanya malam harinya bakal ada acara hiburan.

Siti sebenarnya sudah ingin pulang, karena merasa acara ini sama sekali tak ada manfaatnya untuk dia, tapi dia merasa tak enak dengan Yanto, sehingga terus saja mengikuti setiap acara sampai selesai.

Pada sabtu pagi, setelah senam bersama, saat sedang beristirahat tiba-tiba ada seseorang yang mendekati Siti. Siti tidak mengenalnya, tapi lelaki itu berkali-kali coba menggoda Siti, menanyakan dengan siapa datang kesini, sampai menanyakan nomer handphone ataupun PIN BBM Siti, yang sama sekali tak diberikan, namun orang itu mulai memaksanya.

“Ehem, ada apa ya pak? Kok mepet-mepet istri saya dari tadi?”

Tiba-tiba Yanto datang dari belakang orang itu. Orang itu sempat terkejut, lalu kembali bersikap santai.

“Oh, jadi ini istri anda? Saya tidak tahu ada peserta yang suami istri disini, apa benar ini istri anda?” orang itu meragukan pernyataan dari Yanto.

“Hmm, jadi apa yang bisa saya buktikan kepada anda supaya percaya kalau dia benar-benar istri saya?” ucap Yanto yang tiba-tiba langsung memeluk dan mencium pipi Siti.

Siti sempat terkejut tapi dia tahu Yanto melakukan itu untuk meyelamatkan situasi, karena itulah dia balas memeluk Yanto.

“Oh maaf kalau begitu. Saya hanya mengagumi istri anda. Istri anda benar-benar mempesona. Ya sudah kalau begitu, saya permisi dulu. Dan saya minta maaf kalau sudah bikin anda tidak nyaman nyonya.”

Pria itu segera pergi setelah mendapat jawaban dari Siti berupa senyuman. Tanpa menunggu lama Yanto yang masih memeluk tubuh Siti mengajaknya pergi. Setelah agak jauh, dia melepaskan pelukan itu dan minta maaf pada Siti.

“Rum, maaf banget ya kalau aku udah lancang. Aku sama sekali nggak ada maksud apa-apa, hanya saja itu satu-satunya cara biar lelaki itu percaya dan segera pergi.”

“Iya pak, nggak papa, saya maklum kok.”

“Dia itu Bonar, pemimpin salah satu dinas pemerintahan di kota ini. Dia sudah terkenal playboy, suka main cewek. Di acara kayak gini, selain dengan pasangan yang dia bawa, dia udah sering nyari wanita lain buat dia tiduri.”

“Jadi, pak Yanto kenal sama dia?”

“Kenal sih nggak, cuma tahu aja. Reputasi buruknya itu udah banyak yang tahu. Karena itulah aku harus bertindak kayak gitu tadi, jadi, aku minta maaf ya?”

“Oh iya pak. Harusnya saya yang berterima kasih sama bapak.”

Meskipun sebenarnya ada rasa tidak terima, karena Yanto adalah lelaki pertama yang mencium Siti selain aku, tapi mempertimbangkan kondisinya tadi, dia bisa menerimanya, bisa memakluminya. Hal itu memang sepertinya dilakukan untuk menghindarkan bahaya yang lebih jauh untuk Siti.

Tapi karena mereka masih berada di hotel itu sampai keesokan harinya, mau tak mau jika keluar kamar, Siti harus mau bersikap lebih mesra dengan Yanto. Mereka makan siang di restoran hotel, dan kebetulan sekali meja makan yang mereka tempati berdekatan dengan pria yang tadi mendekati Siti. Pria itu duduk dengan seorang wanita cantik, tapi terus-terusan melirik ke arah Siti, membuat Siti merasa tak nyaman. Tapi genggaman tangan dari Yanto bisa sedikit menenangkannya.

Saat itu, sekali lagi Yanto berbisik kepada Siti. Dia meminta maaf tapi mereka harus berakting layaknya suami istri. Siti bingung harus bersikap seperti apa, karena selama ini dia hanya pernah berhubungan denganku. Sebelumnya, Siti tak pernah berpacaran. Melihat kebingungan Siti, Yanto terus menggenggap tangan Siti, dan lama kelamaan itu membuatnya nyaman.

Yang membuat Siti risih sebenarnya bukan genggaman tangan Yanto, tapi lelaki yang tadi menggodanya, tak pergi juga dari tempatnya, padahal sang wanita yang duduk bersamanya sudah berulang kali mengajaknya pergi. Akhirnya justru Yanto yang berinisiatif mengajak Siti pergi. Lega sudah rasanya, terbebas dari tatapan liar lelaki itu, meskipun Siti kembali harus merelakan tubuhnya dipeluk oleh Yanto.

Setelah makan siang itu Siti dan Yanto kembali ke kamar mereka masing-masing. Tak banyak yang dilakukan oleh Siti. Dia sempat beberapa kali berkirim pesan denganku, tapi karena aku sedang kerja jadi tak bisa langsung membalasnya. Meskipun hari sabtu, dan meskipun aku kerja di swasta, tapi aku tetap masuk seperti biasa.

Hingga sejam lebih Siti berdiam diri di kamar sampai akhirnya ada WA masuk dari Yanto.

“Siti, kamu lagi sibuk nggak?”

“Nggak pak, ada apa?”

“Kamu bosen nggak sih? Aku bosen banget nih. Gimana kalau kita keluar, sekalian cari oleh-oleh?”

Siti sempat berpikir sejenak. Dia memang belum berpikir untuk mencari oleh-oleh, karena juga keluar kota memang dia jarang sekali pulang membawa oleh-oleh. Tapi karena dia juga merasa bosan di kamar, akhirnya dia menyetujui usul dari Yanto.

“Boleh pak, kebetulan saya juga lagi bosen.”

“Ya udah, 10 menit lagi ya.”

Tanpa menjawab Siti merapikan dirinya. 10 menit kemudian dia sudah berjalan ke lift dengan Yanto. Dan sialnya lagi, di lift mereka bertemu dengan lelaki yang dari tadi pagi menggoda Siti. Lagi-lagi Siti harus berakting layaknya istri dari Yanto. Yantopun tanggap, dan langsung merangkul Siti. Sampai di bawah mereka cepat-cepat keluar hotel dan menuju ke parkiran.

Sekitar 2 jam mereka berkeliling mencari oleh-oleh. Sebenarnya tak banyak yang dibeli, mereka menghabiskan waktu agar tak buru-buru kembali ke hotel dan menghadapi rasa bosan lagi disana. Saat jalan-jalan itu, entah sadar atau tidak tangan Siti tak lepas dari genggaman Yanto. Tapi hanya sebatas itu, tidak lebih. Saat itu Siti berpikir kalau Yanto mungkin ingin menjaganya, karena kondisi di tempat mereka jalan-jalan yang cukup ramai.

Dalam perjalanan pulang mereka banyak bercanda. Suasana diantara keduanya sudah lebih cair dari biasanya. Siti juga sudah mulai bisa menanggapi candaan Yanto, yang sebelumnya selalu dia tahan-tahan. Sampai di hotel, mereka kembali ke kamar masing-masing. Sebelumnya Yanto sempat bertanya apakah Siti ikut acara makan malam atau tidak.

“Rum, nanti kan ada gala dinner, kamu mau ikut nggak?”

“Hmm, nggak tahu pak. Pak Yanto ikut nggak? Kalau pak Yanto ikut kan berarti saya harus ikut.”

“Aku sih dapet undangan. Tapi kalau kamu capek ya istirahat aja nggap papa.”

“Hmm, kalau gitu saya ikut aja deh pak.”

“Ya udah kalau gitu, dandan yang cantik ya.”

“Hehe, siap boss.”

Jam 7 malam Siti sudah bersiap. Seperti pesan Yanto tadi, malam ini dia berdandan cukup Dominobet apk download. Belum pernah sebelumnya dia berdandan secantik itu untuk urusan dengan orang kantornya, termasuk Yanto. Biasanya dia berdandan seperti itu jika pergi denganku. Siti kemudian keluar kamar, dimana Yanto sudah menunggunya.

“Wow, kamu bener-bener beda malem ini, cantik banget,” puji Yanto.

“Makasih pak,” jawab Siti tersipu.

“Ya udah yuk?”

Yanto menggerakkan tangannya, tanda meminta Siti untuk merangkulnya. Sitipun tanpa sungkan lagi melakukannya, jadilah mereka berjalan bergandengan. Acara makan malam itu tidak terlalu ramai, karena tidak semua peserta seminar mendapat undangan. Hanya orang-orang tertentu, yang menurut Siti mereka adalah para senior. Bahkan Yanto terlihat paling muda diantara mereka.

Semua mata tampak tertuju pada pasangan Yanto dan Siti. Para lelaki tampak mengagumi kencantikan Siti malam ini, dan itu membuatnya senang. Terlebih Yanto, dia terlihat merasa bangga dengan kondisi itu.

Makan malam itu berlangsung singkat. Sebenarnya, setelah acara makan malam masih ada lagi acara hiburan, tapi Yanto kemudian mengajak Siti untuk kembali ke kamar saja.

“Rum, masih mau disini apa balik ke kamar?”

“Pak Yanto gimana?”

“Aku bosen disini, balik aja yuk?”

“Ya udah pak, saya juga, hehe.”

Akhirnya mereka berdua kembali ke kamar. Tapi Yanto mengajak Siti untuk masuk ke kamarnya. Awalnya Siti sempat ragu, tapi Yanto bilang dia hanya ingin ada teman ngobrol saja, karena belum mengantuk, Sitipun akhirnya mau.

Di dalam kamar, Yanto menyalakan TV dan terlihat mengeluarkan sebuah botol dari dalam kulkas. Dia menyiapkan 2 buah gelas, lalu menuangkan isi botol itu ke masing-masing gelas, lalu memberikan salah satunya kepada Siti.

“Ini apa pak?”

“Itu cuma wine, tenang aja nggak ada alkoholnya kok, aman,” jawab Yanto sambil tersenyum.

Siti termasuk wanita yang lugu, dan dia percaya saja dengan ucapan Yanto. Dia sama sekali tak mengerti minuman-minuman seperti itu. Dia hanya pernah mendengar kalau minuman keras itu rasanya pahit, saat dia mencicipi minuman itu ternyata rasanya enak, dan diapun menegaknya. Mereka kemudian terlibat obrolan santai, sampai tanpa disadar Siti dia sudah beberapa kali mengisi gelasnya. Dan kini, dia mulai merasakan kepalanya pusing, dan tubuhnya agak menghangat. Dia juga merasa kalau badannya mulai lemas, bahkan tanpa sengaja dia menjatuhkan gelas yang dipegangnya.

“Loh kamu kenapa Rum?”

“Hmm nggak tahu pak, rasanya pusing, dan badan saya lemas.”

“Waduh, kayaknya kamu kebanyakan minum ini deh. Mau balik ke kamar aja?”

“Iya pak, tapi saya lemes banget.”

“Ya udah, ayo aku bantu.”

Yanto kemudian menghampiri Siti. Dia bantu Siti untuk berdiri, tapi karena tubuh Siti yang lemas, dia malah jatuh ke pelukan Yanto. Siti yang merasa pusing hanya menutup matanya. Dia hanya merasa kalau tubuhnya diangkat oleh Yanto, lalu direbahkan di ranjang. Dia tak tahu itu ranjang di kamarnya, atau masih di kamar Yanto. Dia masih menutup matanya karena masih pusing.

Siti kemudian merasakan kalau sepatu hak tinggi yang dipakainya mulai lepas satu persatu dari kakinya. Setelah itu dia merasa ranjangnya bergoyang. Saat membuka mata, ternyata Yanto sudah berada di sampingnya.

“Kamu masih pusing?”

Siti hanya mengangguk dengan tatapan sayu. Yanto hanya tersenyum.

“Ya udah, tutup lagi aja mata kamu, aku bantu biar pusingnya hilang.”

Siti tak mengerti apa maksud Yanto, tapi dia menuruti saja kata-kata lelaki itu. Saat Siti menutup matanya, dia merasakan keningnya dipijat oleh Yanto dengan lembut. Pijatan itu mulai membuatnya rileks, sehingga dia diam saja dan tetap terpejam.

Pijatan Yanto kemudian turun ke tengkuk Siti. Karena posisinya agak susah, Yanto mengarahkan kepala Siti agar menengok ke samping, sehingga dia bisa memijat tengkuknya. Tengkuk Siti adalah salah satu titik sensitifnya. Dia suka tidak tahan kalau disentuh di bagian itu, tapi saat ini dia justru merasakan nyaman dari sentuhan Yanto itu.

“Hhmmm…”

Siti bergumam tak jelas saat Yanto terus memijat tengkuknya. Perlahan-lahan Siti merasa semakin nyaman, dan tak tahu lagi apa yang sedang dilakukan oleh Yanto. Sampai akhirnya Siti terkejur dan membuka matanya. Dia terbelalak karena tangan Yanto yang tadi memijat tengkuknya kini sudah berada di payudaranya, sedang meremasnya.

“Bapak ngapain? Jangan paaak..”

“Udah kamu rileks aja sayang, ini biar pusingmu hilang.”

Siti berusaha berkelit. Dia berusaha menggerakkan tangannya untuk menepis tangan Yanto, tapi tangannya sangat lemas, tak bertenaga, jadi hanya terkesan Siti memegang tangan Yanto tanpa berusaha menyingkirkannya.

“Udah Siti sayang, kamu jangan nolak ya. Inget lho, kalau bukan karena aku, kamu udah diperkosa para begal itu tempo hari. Anggep aja ini balas budimu kepadaku.”

“Paak jangan gini, saya udah punya suami.”

“Iya aku tahu, dan karena itu aku makin penasaran sama kamu, sama tubuh kamu.”

“Paaak jangaahhmmmpp…”

Tak sampai menyelesaikan ucapannya, bibir Siti langsung dilumat oleh Yanto. Lelaki itu menciumi bibir istriku dengan sangat bernafsu. Hilang sudah sosok Yanto yang simpatik dan membuat Siti menaruh rasa hormat, berganti dengan Yanto yang bagaikan binatang buas yang siap menerkam mangsanya yang sudah tak berdaya.

Mendapati kondisinya yang lemah dan tak bisa melawan itu membuat Siti menangis. Air matanya turun tak tertahan. Dia berusaha mengatupkan bibirnya namun terlambat, lidah Yanto sudah masuk menjelajah isi mulut istriku. Cukup lama Yanto mengecup madu kenikmatan dari bibir istriku, kemudian melepaskannya. Tawanya terlihat sangat memuakkan bagi Siti saat ini.

“Sudahlah, kamu pasrah saja sayang. Kalau kamu nggak mau nurut, aku bakal kasih tubuh kamu ke begal-begal suruhanku tempo hari itu.”

Betapa terkejutnya Siti mendengar ucapan Yanto. Rupanya para begal itu adalah suruhannya. Itu berarti semua ini sudah direncanakan dengan matang oleh Yanto. Pantas saja waktu itu para begal itu dengan mudah dia kalahkan. Bahkan saat kabur, tak satupun barang berharga milik Siti yang dibawa. Kini Siti menyesali dirinya sendiri, yang dengan polosnya masuk ke perangkap Yanto.

Yanto kemudian berdiri dan melepaskan pakaiannya satu persatu. Kesempatan ini ingin digunakan Siti untuk kabur. Tapi sekali lagi, badannya sudah terlalu lemas, tak mampu bergerak. Dia akhirnya hanya bisa menatap tubuh Yanto yang sudah telanjang bulat dengan sangat ketakutan. Dia bisa melihat penis Yanto yang belum sepenuhnya ereksi, tapi besarnya sudah sama seperti punyaku yang sudah tegang maksimal.

Tidak heran memang, karena selain fisik Yanto yang lebih tinggi dan besar daripada aku, dia juga masih memiliki darah keturuan India dari keluarga ayahnya, pantas barang pusakanya pun lebih besar dan panjang daripada punyaku.

Yanto kemudian bergerak lagi menindih Siti. Dia kemudian langsung mencumbui Siti. Siti hendak menolak, hendak melawan, tapi sama sekali tak bisa. Hanya air matanya yang terus turun sampai membasahi jilbabnya.

Dalam cumbuannya itu, Yanto juga mulai melolosi pakaian Siti satu persatu. Gaun panjang Siti dia buang begitu saja, begitu juga dengan bh dan celana dalamnya. kini Siti hanya tinggal memakai jilbab yang sengaja tak dilepas oleh Yanto. Yanto sesaat memandangi tubuh istriku yang indah. Tubuh Siti langsing, perutnya masih rata. Buah dada 34B nya masih sangat kencang. Pinggulnya melebar sempurna, dengan bokong yang sangat montok. Rambut kemaluannya selalu dicukur habis sehingga terlihat sangat mulus. Ditambah kulitnya yang putih bersih tanpa cacat, membuat nafsu Yanto membuncah tak karuan.

Tanpa menunggu lebih lama, Yanto langsung menyerang tubuh istriku yang lemah tak berdaya. Tak seinchipun jengkal tubuh Siti yang terlewat dari jelajahan lidahnya. Siti merasa bergidik dengan kelakuan Yanto. Dia berkali-kali memohon agar Yanto menghentikan perbuatannya itu. Tapi siapa yang mau mendengar, saat tubuh sempurna seorang bidadari tergolek tanpa penutup di depannya.

“Aaaaah paaak jangaaaann…”

Siti merintih pelan saat kedua kakinya dibuka lebar oleh Yanto. Tak menunggu lama Yanto dengan lidahnya langsung menjilati bibir kemaluan Siti, sesuatu yang belum pernah aku lakukan sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya organ kewanitaan Siti mendapatkan jilatan seorang lelaki, dan itu bukan dari aku, suaminya.

Siti merasakan sangat geli, tapi juga sangat terhina. Dia makin menangis, mendapati tubuh yang selama ini dia jaga hanya untukku, dengan bebas dijamah oleh orang lain, tanpa sedikitpun dia bisa melawan. Jilatan Yanto terasa luar biasa bagi Siti, tapi dia mencoba untuk menolak rasa itu. Dia masih mengingat statusnya sebagai istriku, dan mengingat kondisi ini adalah tak ubahnya sebuah perkosaan.

Tapi Siti hanya perempuan biasa yang memiliki batasnya. Akhirnya permainan lidah Yanto yang sudah sangat berpengalaman itu mampu menjebol pertahanan Siti. Tanpa bisa ditahan lagi, gelombang orgasme Siti datang begitu saja, dan Yanto dengan rakus menjilati cairan dari vagina Siti itu.

Sudah begitu, Yanto tak langsung menghentikan perbuatannya. Dia masih mengulanginya, sampai akhirnya Siti mendapatkan orgasmenya yang kedua, yang membuat nafasnya begitu terengah. Dia bahkan sampai menutup matanya, antara menikmati rasa nikmat itu, dan rasa penyesalan karena tak bisa mengontrol dirinya, hingga dibuat orgasme oleh pria lain.

Siti kembali membuka mata saat dia rasakan tubuh Yanto mulai bergerak. Dia mulai semakin merasa ketakutan saat tubuh lelaki itu mulai disejajarkan dengan pinggangnya. Yanto mulai menggesek-gesekkan ujung penisnya yang besar itu di bibir vagina Siti yang sudah cukup basah. Siti semakin menangis dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Jangan paaak, sayaa mohon jangaaaan…”

“Hahaha, udah nikmatin aja sayang. Aku hanya ingin memberimu kenikmatan, bukan menyakitimu.”

“Jangan paaa aaaaaakkkhhhh…”

Siti mulai menjerit saat kepala penis yang besar itu mulai menyeruak masuk ke bibir vaginanya. Siti merasakan sakit saat penis itu masuk meskipun baru kepalanya saja, karena ukurannya yang terlalu besar untuknya.

“Uuugh, sempit bener sayang, bener-bener nikmat.”

“Aaahh udaahhh, jangaan lagiiii…”

Tak mengindahkan kata-kata Siti, Yanto terus menekankan penisnya perlahan hingga setengahya tertanam di vagina Siti. Siti semakin kelojotan, kepalanya sampai terangkat, bibirnya terbuka lebar dan matanya tertutup rapat. Separuh penis Yanto sudah sangat menyakitinya, dan kata Siti, itu sudah seperti penisku yang hampir masuk semuanya.

“Aaaaarrrggghhhh…”

Pekik Siti saat tiba-tiba penis itu amblas semua di dalam vagina Siti. Air mata kembali turun mengalir dari matanya. Sakit dan perih, itulah yang dirasakan Siti di kemaluannya. Penis ini terlalu besar untuknya. Dia merasa seperti ada bagian dari vaginanya yang dibuka dengan paksa, yang selama ini tak terjangkau olehku. Dia juga merasakan kepala penis Yanto mentok sampai menekan bibir rahimnya, dan itu sangat menyakitkan untuknya.

“Gilaa, memek kamu bener-bener nikmat Rum. Lebih nikmat daripada yang pernah aku bayangkan selama ini,” ucap Yanto sambil mulai menciumi bibir Siti yang hanya bisa pasrah. Dia masih mendiamkan penisnya, membiarkan dinding vagina Siti beradaptasi dengan ukuran penisnya.

“Pak, lepasin aja jilbabku, aku mohon,” ucap Siti. Dia masih cukup sadar untuk hal itu. Dia tidak mau dizinai oleh orang lain dengan masih memakai penutup kepalanya. Dia tak ingin merasa semakin berdosa dengan memakainya.

“Nggak, aku kepengen ngentotin kamu dengan masih pake Dominobet apk download. Nanti, aku juga pengen ngentot kamu dengan seragam dinasmu. Aku udah lama mimpiin ini Rum, aku makin nafsu kalau kamu berpakaian seperti itu, dan tanpa melepas jilbabmu.”

Siti berusaha meraih jilbabnya sendiri untuk melepaskannya, tapi tangannya ditahan oleh Yanto.

“Jangan melawan, atau aku bener-bener akan kasih tubuh kamu ini ke para begal itu. Mereka itu preman jalanan yang sering tidur sama pelacur pinggir jalan, tanpa pengaman. Entah mereka punya penyakit atau tidak. Coba kamu bayangin, seorang istri yang setia, istri yang alim seperti kamu, tiba-tiba terkena penyakit seksual, apa kata suamimu coba?”

Siti mendelik tak percaya dengan ucapan Yanto. Dia tak percaya betapa jahatnya orang yang sebelumnya sangat dia percaya dan hormati itu. Tapi di dalam hati Siti juga muncul ketakutan, kalau Yanto benar-benar melakukan ancamannya itu. Dia tak ingin terkena penyakit seperti apa yang dikatakan Yanto, sehingga perlahan perlawanannya pun runtuh sudah. Siti pasrah, dan hanya bisa menangis. Melawan sudah tak ada gunanya, vagina yang selalu dia jaga hanya untukku, telah berhasil dimasuki paksa oleh orang lain.

Kepasrahan Siti membuat Yanto tersenyum penuh kemenangan. Dia langsung menciumi wajah Siti. Bahkan tanpa merasa jijik, dia menjilati setiap air mata Siti yang mengalir dari matanya. Hal itu yang malah membuat Siti jijik. Sejurus kemudian Yanto mulai menggerakan pinggulnya maju mundur perlahan. Siti hanya bisa mengatupkan bibirnya rapat-rapat, menahan desahan dan rintihan. Dia masih merasakan sakit di liang kewanitaannya itu.

Tapi rupanya Yanto memang bukan anak kemarin sore, dia adalah lelaki yang berpengalaman dalam menaklukan wanita. Dia tahu bagaimana cara membuat wanita seperti Siti bertekuk lutut, kalah total kepadanya. Sambil terus menggenjot tubuh Siti, dia mulai merangsang bagian-bagian sensitif tubuh Siti. Mudah saja baginya untuk menemukan titik-titik rangsangan itu.

Dia jilatin daerah sekitar leher Siti, dia remas lembut kedua payudara Siti, dan dia mainkan kedua puting susunya yang masih berwarna cokelat muda itu. Dan lagi-lagi, Siti hanyalah seorang wanita biasa, dimana pengalaman seksnya hanya sebatas apa yang selama ini dia lakukan denganku. Dia dengan mudah terangsang oleh semua perbuatan Yanto, hingga tubuhnya mulai merespon gerakan pinggul Yanto.

Melihat hal itu Yanto semakin tersenyum lebar, sementara Siti semakin menangisi kekalahannya. Yanto mulai meningkatkan tempo goyangannya, dan gerakan penisnya semakin lancar karena vagina Siti juga sudah semakin basah. Rasa sakit yang tadi mendera Siti perlahan mulai menghilang, tapi dia masih berusaha keras untuk tidak memperlihatkannya. Dia masih mempertahankan statusnya sebagai istri setia, yang berusaha tidak menikmati saat sedang disetubuhi paksa oleh pria lain.

Dan sekali lagi, pertahanan Siti jebol lagi setelah sekitar 5 menit digoyang oleh Yanto dengan tempo yang sedang. Siti memalingkan wajahnya saat akan merasakan orgasme, tapi tangan Yanto menahannya, sehingga mau tak mau Siti memperlihatkan ekspresinya ketika orgasme kepada Yanto, dan itu semakin membuat Yanto bernafsu. Yanto tak memberi kesempatan kepada Siti untuk menikmati orgasmenya, tapi dia langsung menyerang Siti lagi dengan kecepatan yang lebih tinggi.

Siti kelabakan, desahannya mulai tak tertahan. Beberapa kali dia tak kuasa membiarkan desahannya terdengar oleh Yanto. Setiap desahan dari mulut Siti seperti perangsang bagi Yanto untuk terus meningkatkan temponya, hingga akhirnya 3 menit kemudian Siti kembali menyerah dalam birahinya.

“Ssssshhhhhh aaaaaaaaahhhhhhh…”

Kali ini Siti tak dapat menahan desahannya ketika orgasmenya melanda lagi. Dari lelaki yang bukan suaminya itu, dia sudah 4 kali orgasme, jumlah yang sama dengan yang biasa dia dapat saat bersetubuh denganku. Tapi bedanya, kalau biasanya Siti orgasme sebanyak itu dan aku sudah menyemburkan spermaku, saat ini Yanto terlihat belum apa-apa. Lelaki itu tersenyum penuh kemenangan melihat Siti susah payah mengatur nafasnya.

Yanto menghentikan gerakannya, kemudian mencium bibir Siti. Kali Siti membiarkan saja, dan sedikit membalas ciuman dari Yanto itu.

“Aku mau keluar, di dalam atau dimana?” bisik Yanto.

“Jangan, jangan di dalam, tolong jangan di dalam,” pinta Siti memelas.

Yanto tak menjawab, dia hanya tersenyum, lalu mencabut penisnya. Tak membuang waktu, Yanto membalikkan tubuh Siti hingga tengkurap. Dia tarik pantat Siti, lalu menaruh sebuah bantal untuk membuat pantat itu tetap menungging, karena Siti masih dalam keadaan lemas. Siti sudah pasrah akan dimasuki lagi vaginanya oleh Yanto, tapi kemudian dia terkejut saat merasakan sesuatu yang lain.

“Paaak, saya mohon, jangan disituu…” ucap Siti panik.

Siti panik karena merasakan sesuatu yang keras menggesek bibir analnya, bukan di bibir vaginanya. Siti tentu ketakutan, karena belum pernah sekalipun lubang belakang itu aku gunakan. Dia tak bisa membayangkan betapa sakitnya lubang yang sempit itu dimasuki penis Yanto yang begitu besar.

“Ooh, jadi yang disini masih perawan ya? Baiklah, malam ini akan aku perawani lubang belakangmu sayang, hahaha.”

“Jangan pak, jangaaaan…”

Permohonan Siti sama sekali tak digubris oleh Yanto. Dia terus saja mencoba memaksa menekankan kepala penisnya yang besar di lubang anus Siti yang masih sangat sempit. Siti berusaha menghindar, tapi kedua tangan Yanto dengan kuat memegangi pinggangnya. Apalagi saat ini tubuh Siti benar-benar masih lemah, efek dari minuman tadi, dan rasa lelah setelah dibuat berkali-kali orgasme oleh Yanto.

“Aaarrgghh sakiiiit.. udaah paaak, udaaah sakiiiiiittt…”

Teriakan Siti terdengar, namun tak terlalu keras karena masih lemah. Dia berteriak saat kepala penis Yanto berhasil membuka sedikit lubang pantat itu, dan itu sangat membuat Siti kesakitan. Yanto bukannya berhenti, malah terus melanjutkan aksinya. Penis itu perlahan-lahan semakin masuk. Siti semakin kesakitan, dia menjerit. Tangannya sampai meremas kuat sprei putih ranjang itu. Sementara itu Yanto juga meringis merasakan betapa ketatnya lubang pantat Siti mencengkram penisnya.

“Aaaahh bangsaaat, sempiit bangeeet…”

“Aaaaaaaarrrkkkkkhhhhh…”

Lengkingan jeritan Siti terdengar saat penis itu berhasil masuk sepenuhnya di lubang anus Siti. Dia menangis sejadi-jadinya. Rasa sakit yang teramat sangat, bahkan lebih sakit daripada saat aku perawani dulu, dan juga saat pertama kali tadi penis Yanto mempenetrasi lubang vaginanya.

Yanto mendiamkan penisnya sejenak, karena dia juga merasakan nyeri di penisnya. Tapi lebih daripada itu, Yanto merasakan kenikmatan yang tiada tara. Bahkan Yanto tertawa gembira saat melihat ada lelehan cairan merah yang keluar dari lubang anus Siti, darah.

Setelah beberapa saat mendiamkan penisnya, Yanto mulai bergerak maju mundur dengan perlahan. Dia tak peduli tangis kesakitan dari Siti, dia terus menjejalkan penisnya di lubang sempit yang baru saja dia perawani itu. Yanto bahkan beberapa kali memukul pantat Siti yang montok, meninggalkan bekas kemerahan disana.

Lima menit lebih Yanto memperkosa anus Siti, dan Siti sama sekali tak merasakan apapun selain rasa sakit yang teramat sangat. Siti belum berhenti menangis, dan Yanto belum berhenti bergoyang. Menit ke 8 gerakan Yanto mulai semakin liar. Siti tahu Yanto akan segera memuntahkan spermanya, tapi dia tak peduli, dia hanya bisa merasakan sakit yang teramat saat ini.

“Aaahhh Arruuumm, sayaaaaang, aku keluaaaaarrrr…”

Siti menutup erat bibirnya, saat dia rasakan cairan kental dan hangat beberapa kali menyembur di dalam lubang anusnya. Cukup banyak cairan itu keluar, hingga tak tertampung dan meluber keluar. Yanto pun tak berlama-lama membiarkan penisnya disitu, dia menariknya keluar, hingga cairan spermanya pun ikut mengalir keluar bersama dengan darah dari lubang anus Siti.

“Luar biasa, benar-benar nikmat Rum. Jauh melebihi apa yang aku kira. Tubuhmu benar-benar sempurna, benar-benar nikmat.”

Tak henti-hentinya Yanto memuji Siti. Tapi Siti yang tergolek tak berdaya masih terus menangis. Yanto membiarkannya saja, dia sendiri mengistirahatkan dirinya. Setelah cukup lama, Yanto mengangkat tubuh Siti ke kamar mandi. Sebelumnya dia menarik lepas jilbab Siti sehingga rambut panjangnya tergerai bebas.

Di dalam kamar mandi, Yanto memandikan tubuh Siti, membersihkan kedua lubang di pangkal pahanya. Siti merasakan perih saat air dari shower menyentuh lubang kemaluan dan anusnya, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa, hanya pasrah dengan apa yang dilakukan oleh Yanto.

Setelah membersihka tubuh Siti, Yanto kembali mengangkat tubuhnya, dan membaringkannya lagi di ranjang. Barulah disitu Siti menyadari kalau dia masih berada di kamar Yanto, belum pindah ke kamarnya sendiri.

Setelah cukup pulih, Yanto meminta Siti untuk memakai kembali pakaiannya yang tadi, lengkap dengan jilbabnya. Tapi bukannya membiarkan Siti kembali ke kamar, Yanto kembali menyetubuhi Siti dengan hanya mengangkat ujung gaun panjangnya sampai ke pinggang dan menurunkan sedikit celana dalamnya Siti. Dia menyetubuhi Siti dari belakang, dengan posisi menghadap ke sebuah cermin besar. Siti dipaksa untuk melihat ke arah cermin itu, dipaksa untuk melihat bagaimana ekspresinya ketika sedang diperkosa oleh pria itu.

Malam itu, berulang kali Yanto menyetubuhi Siti hingga Siti tak sadarkan diri. Berbagai posisi mereka peragakan. Siti juga dipaksa untuk mengulum penis Yanto, sesuatu yang sangat jarang dia lakukan kepadaku. Yanto juga sampai mengeluarkan spermanya di dalam mulut, di dalam anus, di dalam vagina, dan di wajah Siti yang masih memakai jilbab. Permainan mereka baru berhenti saat menjelang subuh. Siti sudah tak sadarkan diri, dengan pakaian yang acak-acakan dan penuh dengan bercak sperma.

Siang harinya mereka terbangun sekitar jam 10. Siti kembali menangis mendapati dirinya terbangun dalam dekapan Yanto yang masih telanjang. Tangisan Siti rupanya membangunkan Yanto. Dia mencium mesra bibir Siti, tanpa mendapat balasan dari Siti.

Akhirnya Siti diijinkan untuk kembali ke kamarnya, untuk bersih-bersih dan sekalian siap-siap untuk pulang. Sebelum pulang meninggalkan hotel itu, Siti kembali dipanggil oleh Yanto ke kamarnya. Siti mengira Yanto akan menyetubuhinya sekali lagi, tapi ternyata bukan itu. Siti dipanggil Yanto untuk diperlihatkan sesuatu yang lebih mengerikan lagi.

Siti terkejut bukan main saat Yanto memperlihatkan sebuah kamera yang menampilkan adegan persetubuhan mereka. Dia baru sadar kalau apa yang menimpanya itu ternyata direkam oleh Yanto. Hatinya semakin hancur, karena dia yakin Yanto akan menggunakan video itu untuk mengancamnya di kemudian Hari.

“Kamu tahu kan apa yang harus dilakukan agar video ini tak sampai tersebar?”

Siti hanya mengangguk, dan mendapat balasan tawa memuakkan dari Yanto.

Setelah itu mereka langsung pulang. Perjalanan memakan waktu 3 jam lamanya. Sampai di depan rumahku, Siti tak langsung turun karena masih mengulum penis Yanto. Ya, selama perjalanan, terutama saat sudah mendekati daerah rumahku, Yanto meminta Siti untuk mengulum penisnya sampai keluar. Dan ketika lelaki itu menyemburkan spermanya ke mulut istriku, yang mau tak mau harus tertelan semua, barulah Siti dipersilahkan turun.

Setelah Yanto pulang, Siti langsung masuk dan menyalamiku yang sedang lembur mengerjakan tugas dari bosku. Aku awalnya tak begitu memperhatikannya. Barulah setelah selesai pekerjaanku, kuperhatikan cara jalan Siti agak aneh. Setelah kupaksa cerita, akhirnya dia menceritakan semua ini secara gamblang.

Betapa hancurnya hatiku mendengar itu semua. Siti menangis tersedu-sedu dan berkali-kali minta maaf kepadaku. Jelas saja aku memaafkannya, karena ini sama sekali bukan salahnya. Ini salah Yanto, si bajingan keparat itu. Tapi ini juga salahku. Kalau saja aku tidak memberinya ijin untuk pergi, tidak mungkin dia mengalami nasib semalang ini. Tapi kalaupun aku tidak mengijinkannya, Yanto pasti punya cara lain untuk bisa menjebak Siti.

Setelah emosiku turun, akupun memeluk istriku, yang tampak masih takut-takut kepadaku. Aku berusaha menenangkannya, meskipun hatiku sendiri sedang dibakar oleh amarah. Aku berjanji akan membuat perhitungan dengan Yanto, entah bagaimanapun nanti caranya. Apalagi kata Siti, dia bukanlah satu-satunya wanita yang sudah dijebak oleh Yanto. Selain dirinya, ada beberapa lagi teman kantornya, yang juga dijebak dengan berbagai cara, tapi kebanyakan seperti yang dialami oleh Siti.

Siti baru tahu itu tadi dalam perjalanan, Yanto menceritakannya. Dan dari semua wanita yang sudah berhasil ditaklukan oleh Yanto itu, sampai sekarang masih terus melayani setiap kali Yanto meminta. Mereka, sama seperti Siti, tak punya pilihan lain karena takut dengan ancaman video itu. Hanya saja, cuma Siti yang mungkin berani mengatakan hal ini kepada suaminya, yaitu aku.

“Udah umi, abi janji pasti akan buat perhitungan dengan lelaki biadab itu.”

“Tapi gimana bi? Umi takut nanti abi kenapa kenapa.”

“Abi juga belum tahu, tapi yang pasti abi nggak akan tinggal diam. Umi nggak usah khawatir sama abi, mungkin nanti abi akan buat perhitungan, tapi dengan bantuan orang lain, jadi abi nggak akan kenapa kenapa. Yang penting, umi sekarang tenangin diri dulu ya?”

Siti hanya mengangguk. Aku terus menemaninya sampai dia tertidur. Dalam benakku, aku masih bingung dengan apa yang akan kulakukan. Tapi bisa kupastikan, aku tidak akan tinggal diam saja, aku akan menuntut balas pada lelaki jahanam itu, akan kubuat dia menyesal karena telah berani menyentuh istriku.

Jumat, 14 April 2023

Cerita Dewasa Ngentot Di Toilet

Saat itu aku sedang diminta menjaga rumah adik, karena keluarganya akan pergi hingga sore dan Eren Renggal di rumah, karena kondisi perutnya yang kurang baik. Menjelang keberangkatan keluarga adik, aku sudah datang di sana.

“Mas..Eren di rumah, perutnya agak kurang beres. Mis yang tak bawa“, adikku memberi tahu. “Oo..ya“, jawabku. Tak berapa lama mereka telah berangkat. Aku bergegas memasukkan sepeda motor ke dalam rumah. Eren lalu mengunci pagar. Aku masuk rumah lalu cepat – cepat duduk di depan komputer, browsing, karena suami adikku memasang internet untuk mendukung pekerjaannya. Mengecek email cari info ini itu dan..tentunya get into DS..he3x. 10menit kemudian Eren menyajikan segelas es teh untukku.

“Makasih ya Ren“, ucapku. “Iya Pak..silakan diminum“, kata Eren. Pembantu – pembantu adikku memang dibiasakan memanggil “Pak“ pada saudara – saudara majikannya, padahal terdengar sedikit asing di telinga.

Eren lalu kembali ke dapur, aku lalu meminum es tehnya, “Hah..segernya“, cuaca sedikit panas walau agak mendung. Eren kembali memasuki ruang keluarga, merapikan mainan – mainan anak adikku. Posisi meja komputer dan mainan yang bertebaran di lantai selisih dua kotak. Semula aku belum ngeh akan hal itu. Semula mataku menatap layar komputer. Saat Eren mulai memasukkan kembali mainan – mainan ke keranjang, baru aku menyadarinya.

Sesekali aku meliriknya. “Sedikit putih ternyata anak ini. Bodynya Dominobet download apk aja sih, langsing dan kayaknya masih padat. Wah..ini gara – gara masuk situs bokep jadi mikir macem – macem..hi3x“, pikiranku berkata – kata. Karena jarak kami yang lumayan dekat, maka ketika Eren bersimpuh di lantai merapikan mainan di keranjang, otomatis kaosnya yang sedikit longgar memperlihatkan sebentuk keindahan yang terbungkus penutup warna biru. Eren jelas tidak tahu kenakalan mataku yang sedang menatap sebagian keindahan tubuhnya. Pkv Game

“Andaikan aku…uhh..ngayal nih“. Tak terasa penisku mulai membesar, “Ke kamar mandi mbetulin posisi penis nih..sambil kencing“. Komputer kuRenggal dengan layar bergambar Maria Ozawa sedang disetubuhi di kamar mandi. Aku lalu masuk kamar mandi, membuka jins dan cd lalu mengeluarkan penis. Agak susah juga kencing dengan penis yang sedikit tegang. “Lah..pintu lupa tak tutup“, aku terkejut. “Terlanjur..gak ada orang lain kok“, aku mendinginkan diri.

Aku keluar dari kamar mandi dan kembali duduk di depan komputer, melanjutkan ngubek – ubek bokep. “Cari camilan di meja makan ah..jadi lapar“. Aku mencari apa yang bisa dimakan untuk menemani kesibukan nge net. “Ada roti sama biskuit nih..asyik“. Roti kusemir mentega dan selai kacang dan diatasnya kulapis dengan selai blueberry, “Hmm..enaknya. Nanti bikin lagi ah..masih banyak roRenya“. Rumah adikku tipe agak kecil, jadi jarak antar ruangan agak dekat.

Letak meja makan dengan kamar pembantu hanya 3meter – an. Kulihat dengan ujung mata, Eren sedang di kamarnya entah beraktifitas apa. Selesai menyelesaikan semiran roti, aku kembali ke ruang keluarga yang melewati kamar pembantu dan kamar mandi mereka. 2detik aku dan Eren bertatapan mata, tidak ada sesuatu, biasa saja. Kumakan roti sambil main lagi.

Terdengar gemercik air di belakang. Mungkin Eren sedang mencuci perabotan dapur atau sedang mandi. “Belum ambil air putih nih..“, tak ada maksud apa – apa dengan suara air tersebut. Hanya kebetulan aku belum minum air putih, walau telah ada es teh. Aku ke ruang makan lagi dan mengambil gelas lalu menuju dispenser. Mata dan pikiran hanya tertuju pada air yang mengucur dari dispenser.

Baru setelah melewati kamar mandi pembantu ada yang special di sana. ”Lah..pintunya kok sedikit buka. Ren lupa dan sedang apa di dalam..moga gak mandi. Bisa dilaporin ngintip aku”. Masih tak terlihat kegiatannya, setelah tangan yang sedang menggapai gayung dan kaki yang diguyurnya baru aku ngeh..Eren sedang mandi.

”Duhh..kesempatan sangat – sangat langka ini..tapi..kalo dia teriak dan nanti lapor adikku..bisa gawat bin masalah. Berlagak gak liat aja ahh”. Aku menutup pintu kaca ruang makan dan melewati kamar mandi Eren. Tiba – tiba ”Ahh..ada kecoak..Hush..hush..Aduhh..gimana nih”, terdengar keributan di sana. ”He3x..ternyata dia takut kecoak toh”, aku tersenyum sambil pegang gelas saat melewati kamar mandi.
”Pak..Pak”, Eren memanggilku. ”Walah..malah panggil aku. Gimana nih”. ”Tolong ambilkan semprotan serangga di gudang ya Pak..cepet ya Pak..atau..”, tidak terdengar lanjutan kalimatnya.

Sejak Eren bersuara, aku sudah berhenti dan diam di dekat pintu kamar mandi. ”Atau..Bapak yang masuk pukul kecoaknya..mumpung masih ada”, lanjutnya. Deg..”Ini..antara khayalan yang jadi nyata dan ketakutan kalo dilaporkan”, aku berpikir. ”Cepet Pak..kecoaknya di dekat kloset. Bapak masuk aja..nggak papa.

Nggak saya laporin ke Bapak sama Ibu”, Eren tahu keraguanku. ”Jangan ah..nanti kalo ada yang tau atau kamu laporin bisa rame”, jawabku. ”Nggak Pak..bener. Aduh..cepet Pak..dia mau pindah lagi”, Eren kembali meyakinkanku dan meminta aku cepat masuk karena kelihatannya si kecoak mau lari lagi. ”Ya udah kalo gitu. Bentar..ambil sandal dulu”. Sambil tetap menimbang, take it or leave it. Aku menaruh gelas di meja makan lalu mengambil sandal untuk membunuh kecoak nakal itu.

Entah rejeki atau kesialan bagiku tentang kemunculannya. ”Aku masuk ya Ren”, masih ragu diriku. ”Masuk aja Pak”, Eren tetap membujukku. Kubuka pintu kamar mandi sedikit, lalu kuintip letak kecoaknya, belum terlihat. Pintu dibuka lebih lagi oleh Eren.

Kepalanya sedikit terlihat dari Dominobet download apk pintu dan tangannya menunjuk letak kecoak, ”..tuh Pak mau lari lagi”. Aku melihatnya dan mulai masuk. Eren berdiri di balik pintu dengan menutupi sedikit bagian tubuhnya dengan handuk. Terlihat paha; pundak dan daging susunya. Serta rambut yang diikat di belakang kepalanya, walau hanya sedikit semua. Handuknya menutupi bagian paha ke atas, perut hingga bagian dada, warna biru, yang disangga tangan kirinya.

Semua hal itu dari ekor mataku, karena fokusku pada sang kecoak. ”Memang mulus dan cukup putih”, masih sempat aku memikirkannya. Bagaimana tidak, jarak kami hanya 2 – 3 langkah, tidak ada orang lain lagi di rumah.

”Plak..plak”, kecoak pun mati dengan sukses. Aku guyur dengan air agar masuk ke lubang pembuangan. Tanpa memikirkan lebih lanjut, aku lalu melangkah ke luar kamar mandi. ”Terima kasih ya Pak..sudah nolongin”. ”Oh..iya..”, sambil kutatap dia dan Eren tersenyum. ”Bapak nggak cuci tangan sekalian..di sini saja”, tawar Eren. ”Wah..ini. Makin bikin dag dig dug”. ”Emm..iya deh”. Aku akan mencuci tangan dengan sabun, yang ternyata posisi tempat sabun ada di belakang tubuh Eren.

Aku menengok ke belakang tubuhnya. Rupanya dia baru sadar, lalu mengambilkan sabun, ”Maaf Pak..ini sabunnya”. Eren mengulurkan sabun dengan tersenyum. Sabun yang sedikit basah berpindah dan tangan kami mau tidak mau bersentuhan. ”Makasih ya”, ujarku.

Aku mencuci tangan dan mengembalikan sabun padanya. ”Bapak nggak..sekalian mandi”, tanya Eren. ”Waduh..tawaran apa lagi ini. Tambah gawat”. ”Iya..nanti di rumah”. ”Nggak di sini saja Pak?”. ”Kalo di sini yaa di kamar mandi depan”. ”Di kamar mandi ini saja Pak..”. ”Nggaklah..jangan. Di depan aja. Kalo di sini ya habis kamu mandi”. ”Maksud saya..sekalian sekarang sama saya. Hitung – hitung Bapak sudah nolongin saya”. Matanya memohon. Deenngg, sebuah lonceng menggema di kepala.

”Ini ajakan yang membahayakan, juga menyenangkan”, pikirku. ”Bapak nggak usah mikir. Saya nggak akan bilang siapa – siapa. Ya Pak..di sini saja”, dia memahami kekhawatiranku. ”Emm..ya udah kalo kamu yang minta gitu”, jawabku.

Entah mengapa aku merasa canggung saat akan membuka kaosku. Padahal tidak ada orang lain dan juga sesekali ke pijat plus. Aku buka jam tanganku dulu, lalu aku keluar dari kamar mandi dan kuletakkan di meja makan. Posisi Eren masih tetap di belakang pintu, dengan tangan kanan menahan pintu agar tetap agak terbuka.

Kembali ke kamar mandi, kubuka kaosku dan kusampirkan di cantolan yang menempel di tembok. ”Pintunya nggak ditutup aja Ren ?”, tanyaku. Pertanyaanku sesungguhnya tidak memerlukan jawaban, hanya basa basi. “Nggak usah Pak..kan nggak ada siapa – siapa”, jawab Eren.

Lalu kubuka jinsku, kusampirkan pula. Sesaat aku masih ragu melepas kain terakhir penutup tubuhk, cd – ku. “Bapak nggak nglepas celana dalem ?”, tanyanya. “Heh..ya iya”, kujawab dengan nyengir. Penisku sebisa mungkin kutahan tidak mengembang, tapi hanya bisa kutahan mengembang ¼ – nya.

Sengaja kutatap matanya saat melepas cd – ku. Mata Eren sedikit membesar. Kusampirkan juga cd – ku. Lalu dengan tenang Eren menyampirkan handuk biru yang sedari tadi menutup sebagian tubuhnya. “Duh..pantatnya masih ok. Pinggangnya tidak berlemak. Sabar ya nak..kita liat situasi dulu”, kataku pada sang penis sambil kuelus.

Eren lalu membalikkan badan. Cegluk, suara ludah yang kutelan. “Uhh..susu yang masih bagus juga. Pentilnya nggak terlalu besar, areolanya juga, warnanya pas..nggak item banget. Perutnya sedikit rata dan..hmm..rambut bawahnya hanya sedikit”. Mau tidak mau, penisku makin mengembang dan itu jelas dilihat Eren. Kembali sebisa mungkin kutahan perkembangannya. Eren lalu menggosok gigi dahulu. Karena aku tidak membawa sikat gigi, hanya berkumur dengan obat kumur.

“Bapak saya mandiin dulu ya”, kata Eren. “Terserah kamu”, jawabku sambil tersenyum. Eren lalu mengambil segayung air, diguyurkan ke badan dari leher dan pundak.

Mengambil lagi segayung, diguyurkan ke perut dan punggung ditambah senyum manisnya. Ia lalu meraih sabun, digosokkan ke leher; pundak; dada dan tangan kananku.

Dibasahinya sabun dengan diguyur air lalu digosokkan ke tangan kiri; perut; penis; bola – bolaku. “Uhh..gimana bisa nahan penis nggak ngembang”. Bagaimana tidak, saat menggosok penis dan bola – bolaku sengaja digosok dan di urutnya. Ditatapnya senjata kebanggaanku, lalu menatapku dan tersenyum. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyum juga. Diambilnya lagi segayung air, sabun dibasahi dan sisanya diguyurkan ke paha dan kaki lalu digosoknya.

Sabun kemudian diletakkan di pinggir bak mandi, kemudian mengambil segayung air dan diguyurkan ke badan depanku. Ambil segayung lagi dan diguyurkan lagi, tak lupa senjataku dibersihkan dari sisa – sisa sabun. Sedikit diremas oleh Eren. Kutahan keinginanku untuk membalas perlakuannya, “biar Eren yang pegang kendali”.

“Balik badan Pak”, perintahnya. Air diguyurkan ke punggung dan bagian bawah badanku. Digosoknya punggung; pantat; lalu paha dan kaki sisi belakang. Bonusnya, kembali menggosok penis dan bola – bolaku dan meremasnya. “Duh..ni anak. Bikin senewen..sengaja membuat panas aku“.

Kembali air mengguyur tubuh belakangku, sebanyak 3x. Dibalikkan badanku lalu mengguyur senjataku, digosok – gosoknya hingga sedikit memerah. Jantungku makin berdebar.


 

“Sudah selesai Pak“, kata Eren. “Makasih ya Ren“. “Emm..kamu mau tak mandiin juga ?“, kepalang basah, kutawarkan permintaan seperti dia tadi. “Nngg..nggak usah Pak..ngrepoti Bapak“. “Ya nggaklah..jadi imbang kan“. Langsung kuambil segayung air lalu kuguyur ke tubuh depannya. Ia hanya menatapku. Kuambil lagi segayung. Lalu sabun yang tadi tergeletak di pinggir bak mandi kuambil dan aku basahi.

Kugosok leher; pundak; dan kedua tangannya. Kubasahi sabun lagi dan kugosokkan ke dada; kedua susu dan pentilnya; serta perut. Kutatap matanya saat kugosok kedua gunungnya yang kumainkan sedikit pentil – pentilnya. Eren juga menatapku. Matanya mulai sedikit sayu. 1menit – an kumainkan pentil –pentilnya, lalu sedikit kuremas susu kirinya. Bibirnya sedikit membuat huruf o kecil dan “ohh..hhmm“.

Kubasahi lagi sabun, dan kugosokkan ke pinggang; paha dan kedua kakinya. Vagina luar hanya kusentuh sedikit dengan sabun, takut perih dan iritasi nanti. Itupun sudah cukup membuat matanya makin meredup. Air segayung lalu kuguyurkan ke tubuhnya 2 – 3x.

Kugosok dan kuremas sedikit keras dua gunungnya. Sedikit berguncang. Dua tangan Eren memegang pinggir bak mandi, mulai erat. Kumainkan lagi pentil – pentilnya.

Aku merundukkan badan dan kukecup pucuk – pucuk bunganya bergantian. Tak perlu lagi ijin darinya. Tangan kiriku mengusap – usap lembut luar vaginanya. “Ouuh Paakk..“, Eren mulai mendesah. Kukecup bibirnya lembut, “nanti dilanjut lagi“. Matanya seakan bernada protes, tapi Eren diam saja. Kubalikkan tubuhnya, lalu kuguyur punggungnya sekarang. Sabun kugosokkan ke punggung; pinggang; pantat. Sabun kubasahi lagi lalu kugosokkan ke paha dan kaki bagian belakang. Aku menyusuri tubuh depannya lagi dari pinggang belakangnya. Eren sedikit menggeliat geli. Kutangkupkan dua tanganku di dua susunya.

Aku senang bermain – main di susu yang bagus atau masih ok. Seluruh belakang lehernya aku cium dan kecup, begitu juga dua kupingnya dan kubisikkan ”kamu diam saja ya..cup”. ”Geli Paakk..”, Eren mendesah lagi. Dua pucuk bunganya makin mengencang dan keras. Aku menyentil – nyentil, kuputar – putar seperti mencari gelombang radio. Dua tangan Eren mencengkeram paha depanku. ”Aahh..hmmppff”, erangnya. Tangan kananku mengambil segayung air, kuguyur ke tubuh depannya. Kali ini kuusap – usap vagina luarnya dengan tangan kanan, sedang yang kiri tetap di susu kanan Eren.

Pahaku makin dicengkeramnya. Kepalanya menggeleng ke kiri dan kanan seiring kecupan dan ciumanku di belakang leher dan daun – daun telinganya. Sesekali aku menyentuh bibir dalamnya. Terasa telah menghangat dan sedikit basah. ”Ppaakkk..oohhh”. Tubuhnya mulai menggeliat – geliat. Jari tengah kanan kumasukkan sedikit dan kusentuhkan pada dinding atas vaginanya, sedang jempol kananku kutekan – tekankan di lubang kencingnya.

”Aauugghhh Ppaakkk..eemmmppfff”. Kuku – kuku jemari Eren terasa menggores dua paha depanku. ”Kenapa Eren..hmm..kamu sendiri yang memulai kan”, bisikku. Tangan kiriku meraih kepalanya dan kupalingkan ke kanan, dan kutahan lalu kucium dengan nada 2 kecup 1 masukkan lidah.

Dominobet download apk terkejut, matanya sedikit membesar tapi kemudian ia menikmaRenya. Ganti tangan kananku melakukan hal yang sama. Eren hanya bisa mengeluarkan suara yang tertahan ”nngg..emmppfftt..nnngggg”, begitu berulang. Vagina dalamnya makin hangat dan basah. Secara tiba – tiba kuhentikan lalu kubalikkan badannya menghadapku. Kemudian aku sandarkan tubuhnya di bak mandi. Aku kemudian berjongkok dan mulai mengecupi vaginanya.

”Jjanggann Ppakk..jorok..”, dengan dua tangannya menahan laju kepalaku. Kutatap matanya dan ”sssttt..”, jari telunjuk kanan kuletakkan di bibirnya. Dua tangannya kusandingkan di samping kiri dan kanan tubuhnya.

Kukecup kecil, sekali dua kali. Kemudian lidahku mulai menjulur di pintu kenikmatan kami. Mataku kuarahkan menatapnya. Eren agak malu rupanya, tetapi ada sedikit senyum di sana. Lidahku makin intens menyerang vagina luar dan dalamnya. ”Ssuuddaahh Pppaakk..aaaddduuuhh..oohhhh”, disertai geliat tubuh yang makin menjadi. Karena tak tahan dengan seranganku, dua tangannya meremas dan sedikit menarik rambut dan kepalalu.

Cairan lavanya makin keluar. Dua tanganku mendekap erat buah pantatnya. Jari tengah kiriku sesekali kumasukkan ke vagina dari belakang lalu kesentuhkan dan kutekan sedikit ke anusnya. ”Aammppuuunnn Pppaakkk..oouuuggghh..eeemmmpppfffs

Ssuudddaahhh..ooohhhh”, matanya agak membeliak ke atas dan kepala serta rambutku diremasnya kuat. Lava kepuasan dirinya mengalir deras, rasanya gurih sedikit manis. Kudekap erat Eren dengan kepalaku di vaginanya dan pantatnya kuremas – remas. Kepalaku tetap diusap –usap oleh Eren.

Ia menarik kepalaku dan menciumnya ganas. Lambat laun Eren dapat belajar dariku. Tangan kanannya meremas dan menarik – narik penisku. ”Panjang ya Pak”, tanya Eren. ”Biasa kok Ren..pingin ya..”, godaku. ”Aahh Bapak..”, jawabnya dengan memainkan bola – bolaku. Eren merundukkan tubuhnya lalu tangan kirinya memegang penis dan menciumnya. Mungkin ia belum pernah meng – oral suaminya dulu sebab penisku hanya dicium – cium dan diremas – remas.

”Kamu mau ngemut burungku Ren..kayak ngemut permen lolly ? Tapi kalo belum pernah ya nggak usah..nggak papa”. Eren menatapku dan kubelai rambutnya.

Dengan wajah ragu didekatkannya penisku di bibirnya. Eren mulai membuka mulut, sedikit demi sedikit penisku memasuki mulutnya. Eren menatapku lagi, meminta penjelasan langkah selanjutnya. ”Sekarang..kamu maju mundurkan dengan dipegang tanganmu.

Yaa..gitu..oohh..hhmm”. Rupanya muridku cepat mengerti penjelasan gurunya. Rambut dan kepalanya kubelai dan kuremas – remas. ”Lalu..lidahmu kamu puter – puter di kepala penis atau di lubang kencing yang bergaris panjang ituuu..yyyahhhh..sssuuudddaahh pppiiinnnttteeerrr kkkaaammuu Tttiinnnn”.

Kuangkat kepalanya dari penisku dan kami berciuman dengan panas. Saling meremas susu; pantat dan kelamin masing – masing. Lalu kubalikkan lagi tubuhnya menghadap bak mandi. Dua tangannya kuletakkan di pinggir bak mandi. Kembali aku bermain – main di gunung Eren. Penisku yang telah panas dan mengacung sekali kudekatkan ke vaginanya. Kukecup – kecup pundak dan leher belakangnya.

Ikat rambutnya aku lepas sehingga dirinya terlihat makin seksi kala menggeliat – geliat dan rambutnya tergerai ke sana kemari. Aku geser – geserkan penis di pintu surgawinya, sengaja aku mempermainkan rangsangan pada Eren. ”Oohh..Ppaakk..mmaassuukkkiinn..Pppaakkk”, pintanya. ”Kamu mau burungku kumasukkin..hmm.. ”.

”Iyyyaa..Pppaakkk..aaayyyoo Pppaakk..”, rintihnya makin kencang. Kumasukkan penis pelan – pelan. ”Eemmppff..”, erangnya.

Lalu kuhentakkan pelan hingga penisku terasa menyentuh dinding belakang. ”Ooouuggghh..Pppaakkkk..mentok Pppaakk”. Aku menggerakkan tubuh pelan – pelan, kunikmati jepitan dinding – dindingnya yang masih kuat. Dua tanganku tak henti bermain di dadanya. Kumainkan irama di vaginanya dengan hitungan 1 – 2 pelan 3 kuhentakkan dalam – dalam. Lalu tangan kananku meraih kepalanya seperti tadi dan kucium panas bibirnya. Dinding vagina Eren makin hangat dan banjir seperRenya. Dua tangannya mencengkeram erat pinggir bak mandi.

Sekarang tanpa hitungan, kumasuk keluarkan penis cepat dan kuat. ”Oohh.. oohh…hhmmppffftt..”, erang Eren berulang. Sedang aku sedikit menggeram dan ”oouugghhh..hhmmppff..mpekmu enaknya Tttiinn..”. ”Bbuurrruunnggg Bbbaapppakk jjjuugggaaa”. Jarak pinggangku dan pantat Eren makin rapat. Tangan kanan kuusap – usapkan di vaginanya. Dalam kamar mandi hanya ada suara tetes air satu – satu serta desah, bunyi beradunya paha dan pantat dan erangan kami.

”Pppaaakkk..sssaaayyyaa mmaaauu..ooohhh..”. ”Tttuunnggguu Tttiiinnn..aaakkkuuu jjjuuggggaa..Di dalam apa di llluuaarrr”, tanyaku.
”Dddaa lllammm aajjjaaa Pppaakkkk..oobbaattnyaa mmassihh aaddaa..”, jawab Eren. Mendengar itu serangan makin kufokuskan.

Segala yang ada di tubuhnya aku remas. Dua tangan Eren tak tahan di pinggir bak mandi dan mencengkeram paha serta pantatku. Bibirku dicarinya lalu ”hhhmmmpppfffttt..”. Pantatku diremas kuat – kuat.

Bibirnya dilepas dariku dan ”ooouuggghhh..”, desah Eren panjang. Lava yang hangat terasa mengaliri penisku yang masih bekerja. Kepalanya tertunduk menghadap air di bak mandi. Kudekap erat tubuh depannya. Kukecup dan kugigit leher belakangnya.

Lalu tangan kiriku meraih kepalanya dan kucium dalam – dalam. Dengan satu hentakan dalam kumuntahkan magma berkali – kali. ”Ooouugghhh Tttiinnaahhh..hhhmmm..”. kepalaku tertunduk di pundaknya dengan tangan kiri di susu sedang yang kanan di vaginanya.

Lama kami berposisi seperti itu. ”Makasih ya Ren..kamu baik sekali. Enak banget tubuhmu”, kataku dengan membalikkan badannya dan kucium mesra bibirnya. Penis kumasukkan lagi, masih ingin berlama – lama di hangatnya vagina Eren. ”Saya yang terima kasih Pak. Sudah lama saya pingin tapi sama orang nggak kenal kan nggak mungkin Pak. Burung Bapak pas di mpek saya”, Eren menjawab dan mencium bibirku pula. ”Mpekmu masih kuat nyengkeramnya..dan panas”. Kubelai – belai kepalanya, ”kok bisa kamu pingin ngajak main sama aku ? Malah aku yang takut kamu laporin”. Sambil mengusap – usap punggungku, ”Tadi waktu saya bersihin mainan adik, saya liat gambar di komputer.

Terus waktu Bapak kencing tadi kan lupa nutup pintu..keliatan burung Bapak yang agak gede pas keluar dari celana”. ”Oo gitu..nakal ya kamu. Bener kamu masih nyimpen obatnya ?”, sambil kucubit pipinya. ”Masih kok Pak..sisa yang dulu”, jawab Eren. Makin lama terasa penisku yang mengecil. Kucium dalam – dalam lagi bibirnya, ”sekarang..mandi yang beneran”. ”Heeh..iya Pak”, Eren menjawab sambil tersenyum manis. Ia lalu memelukku erat. Aku membalasnya dengan memeluk erat dan mengusap – usap punggung serta kepalanya.

Rabu, 12 April 2023

Berbagi Kehangatan Dengan Wanita Lain

Umur saya saat ini 28 tahun, isteri saya juga seumur, namanya Maya. Anak saya baru umur 3 tahun, dan dia baru masuk Playgroup. Nah, di sekolahan anak saya inilah, isteri saya kenal sama nyokapnya teman anak saya. Namanya Katrine. Sebenarnya si Katrine ini orangnya nggak cakep-cakep amat, yah, lumayan-lah. Menurut saya sih, mendingan isteri saya.

Makanya, sewaktu kenalan sama si Katrine ini, saya sama sekali nggak ada pikiran yang macam-macam. Sampai lama-kelamaan isteri saya mulai Dominobet aplikasi sama si Katrine. Mereka sering pergi sama-sama.

Nah, suatu hari, si Katrine telpon isteri saya buat ngasih tahu bahwa dia sekeluarga lagi dapat voucher menginap satu malam di sebuah Hotel bintang lima di Jakarta. Dia suruh isteri saya datang buat mencoba fasilitas-fasilitas yang disediakan hotel tersebut. Nah, karena ada kesempetan buat berenang, fitness dan lain-lain gratis, maka saya berdua nggak menyia-nyiakan kesempatan ini.

Siangnya saya berdua nyusul ke hotel tersebut. Sesampainya di sana, saya berdua langsung menuju ke kolam renang, karena si Katrine sudah janjian nunggu disitu. benar aja, begitu ngeliat saya berdua datang, si Katrine langsung manggil-manggil sambil melambaikan tangannya.

“Hai May, Dan.. ”
“Hai Kat.. Mana suami sama anak kamu?” tanya isteri saya.
“Biasa, dua-duanya lagi tidur siang tuh..” kata si Katrine.
“Kamu berdua aja.. Mana anak kamu?”
“Nggak ikut deh, Kat.. Abisnya repot kalau ngajak anak kecil” kataku.
“Ya sudah, sekarang gimana, kamu berdua mau berenang nggak? Atau mau Fitness aja?”
“Langsung Fitness aja deh, Kat”

Begitulah, setelah itu kita bertiga langsung menuju ke tempat Fitnessnya. Dan setelah ganti baju di locker room, kita bertiga mulai berfitnes-ria. Asyik juga sih, sampai-sampai nggak terasa sudah hampir tiga jam kita fitness.

Wah, badan rasanya sudah capek benar nih. Setelah selesai kita bertiga terus bilas di ruang ganti, dan langsung menuju ke ruang Whirlpool. Nah, sampai disini kita bertiga bingung, sebab ruang whirpoolnya ternyata cuma satu. Wah gimana nih? Tapi akhirnya kita coba-coba aja, dan ternyata benar, cewek sama cowok jadi satu ruangannya.

Wah, malu juga nih.. Apalagi si Katrine, soalnya kita bertiga cuma dililit sama kain handuk. Setelah masuk ke dalam, saya tertegun, karena di dalam saya lihat ada cewek yang dengan santainya lagi jalan mondar-mandir dalam keadaan.. Bugil. Wah.. Gawat nih. Setelah saya lirik, ternyata si Katrine juga lagi ngeliatin tuh cewek yang kesannya cuek banget. Selagi kita bertiga bengong-bengong, tahu-tahu kita disamperin sama locker-girlnya.

“Mari Mbak, Mas.. Handuknya saya simpan,” kata si Mbak locker itu dengan suara yang halus.
“Ha? Disimpan?” tanya saya sambil kebingungan.
“Hi-hi-hi.. Iya, Mas, memang begitu peraturannya.. Biar air kolamnya nggak kotor.. ” sahut si Mbak dengan senyum genit.

“Wah.. Mati deh saya”, batin saya dalem hati, masa saya musti berbugil ria di depan satu, dua, tiga.. Empat orang cewek sih? Sementara itu saya liat isteri saya sama si Katrine juga lagi saling pandang kebingungan. Akhirnya saya yang memutuskan,

“Hm.. Gini deh, Mbak.. Kita liat-liat aja dulu.. Nanti kalau mau berendam baru kita taruh handuknya di sini”
“Iya deh, Mas..” kata si Mbak lagi sambil tersenyum genit. Terus dia langsung berbalik jalan keluar ruangan.

Setelah tinggal bertiga, isteri saya langsung memandang si Katrine,

“Gimana nih, Kat?”

Selagi si Katrine masih terdiam bingung, isteri saya langsung ngomong lagi,

“Ya sudah deh.. Kita terusin aja yuk,” katanya sambil melepaskan handuknya.
“Sudah deh, Kat.. Buka aja.. nggak apa-apa kok,” kata isteri saya lagi.
“Benar nih, May? Terus si Danny gimana?” tanya si Katrine sambil melirik malu-malu ke arah saya.

Pada saat itu saya cuma bisa pasrah aja, dan berdoa moga-moga burung saya nggak sampai bangun. Sebab kalau bangun kan gawat, si Katrine bisa tahu karena saya cuma dililit handuk doang.

“Nggak apa-apa.. Anggap saja kita kasih dia tontonan gratis” sahut isteri saya lagi.

Dominobet aplikasi juga nih, saya benar-benar nggak nyangka kalau isteri saya sebaik ini. Sebab biasanya dia cemburuan banget. Akhirnya pelan-pelan si Katrine mau juga ngelepasin handuknya. Aduh mak.. Begitu dia lepas handuknya, saya langsung bisa ngeliat dua buah teteknya yang membulat.. dan.. jembutnya yang.. gile.. lebat banget!

Langsung aja saya menelan ludah saya sendiri.. sambil menatap bengong ke tubuh si Katrine. Ngelihat keadaan saya yang kayak orang linglung itu, isteri saya langsung tertawa geli. Sementara si Katrine masih berusaha menutupi vaginanya dengan kedua tangannya.

“Kenapa Dan.. Jangan bengong gitu dong, sekarang kamu yang musti buka handuk tuh,” kata isteri saya lagi.

Busyet.. Masa saya disuruh bugil di depan si Katrine sih? Tapi karena takut kalau-kalau nanti isteri saya berubah pikiran, langsung aja deh saya lepas handuk saya. Seiring dengan gerakan saya ngelepas handuk, saya lihat si Katrine langsung membuang muka jengah.

“Lho, kenapa Kat.. nggak apa-apa kok.. Tadi si Danny juga ngeliatin body kamu, sampai terangsang tuh.. Lihat deh,” kata isteri saya lagi sambil menatap burung saya. Akhirnya si Katrine ngelirik juga ke burung saya, dan.. Wah.. dasar burung kurang ajar, begitu diliatin dua orang cewek, perlahan tapi pasti dia mulai bangkit. Pelan-pelan mengangguk-angguk, sampai akhirnya benar-benar tegang setegang-tegangnya. Wah, mokal banget deh, saya..

“Tuh-kan, Kat.. Benarkan dia sudah terangsang ngeliatin body kamuy..” kata isteri saya lagi. Ngeliat burung saya yang sudah tegang benar, akhirnya dua-duanya nggak tahan lagi. Pada tertawa terpingkal-pingkal. Ngedenger suara ketawa mereka, cewek yang sendirian tadi langsung nengok.. dan begitu ngeliat burung saya, dia juga langsung ikut ketawa.

“Wah, dik.. Dia sudah nggak tahan tuh..” katanya pada isteri saya, sambil ngelirikin burung saya terus. Akhirnya daripada terus jadi bahan tertawaan, langsung aja deh, saya nyebur ke kolam whirpool. Nggak lama kemudian isteri saya dan si Katrine nyusul. Akhirnya kita berempat berendam deh di kolam. Tapi nggak lama kemudian si Cewek itu bangun..

“Mbak sudahan dulu yah, Dik.. Mmm.. Tapi jangan disia-siakan tuh..” katanya sambil menunjuk ke selangkangan saya lagi. Buset nih cewek, rupanya dari tadi dia merhatiin kalau burung saya masih tegang terus.

Langsung saja saya berusaha tutupin burung saya pakai kedua telapak tangan. Sambil tersenyum genit, akhirnya cewek itu keluar ruangan. Nah, begitu tinggal kita bertiga, isteri saya langsung pindah posisi. Sekarang jadi saya yang ada ditengah-tengah mereka berdua.

“Dan.. Dari tadi kok tegang melulu sih?” tanya isteri saya sambil menggenggam burung saya. Saya cuma bisa menggeleng saja sambil melirik si Katrine.
“Ih.. Keras amat, kayak batu,” kata isteri saya lagi. Lalu, tanpa saya duga dia langsung ngomong ke si Katrine.
“Sini deh, Kat.. Mau cobain megang burung suami saya nggak nih?”
Haa? Saya sama si Katrine jadi terbengong-bengong.

“Bbb.. Boleh, May?” tanya si Katrine.
“Boleh, rasain deh.. Keras banget tuh,” kata isteri saya lagi. Pelan-pelan, si Katrine mulai ngegerayangin paha saya, makin lama makin naik, sampai akhirnya kepegang juga deh, torpedo saya. Wuih, rasanya benar-benar nikmat.

“Iya lho, May.. Kok bisa keras begini ya. Pasti enak sekali kalau dimasukin yah, May,” kata si Katrine lagi sambil terus mengelus-ngelus burung saya. Wah, saya sudah nggak tahan, tanpa minta persetujuan isteri saya lagi, langsung aja deh, saya tarik si Katrine, saya lumat bibirnya.. sambil tangan saya meremas-remas teteknya.

“Akh..” Katrine menggelinjang. Langsung saya angkat si Katrine dari dalam air, saya dudukin di pinggiran kolam.. Kakinya saya buka lebar-lebar, dan.. langsung deh saya benamin wajah saya ke dalam selangkangannya, sehingga si Katrine semakin mengerang-ngerang. Sementara itu isteri saya tetap giat mengocok-ngocok burung saya. Akhirnya karena sudah nggak tahan lagi, kita bertiga naik ke pinggiran kolam.

“Gantian dong, Kat.. Biar si Danny ngejilatin vagina saya, saya juga kepengen nih..” kata isteri saya dengan bernafsu. Karena dia sudah memelas begitu, langsung saja deh, saya jilatin vagina isteri saya. Saya gigit-gigit kecil clitorisnya sampai dia merem-melek.

Katrine pun nggak tinggal diam, ngeliat saya lagi sibuk, dia langsung saja meraih burung saya, terus dimasukin ke dalam mulutnya. Wah.. nggak nyangka, ternyata hisapannya benar-benar maut. Rasanya kita bertiga sudah nggak ingat apa-apa lagi, nggak peduli kalau-kalau nanti ada orang yang masuk.

Setelah beberapa lama, isteri saya ternyata sudah nggak tahan lagi.

“Ayo, Dan.. Cepetan masukin.. saya sudah nggak kuat lagi nih..” pintanya memelas. Akhirnya berhubung saya juga sudah nggak tahan lagi, saya cabut saja burung saya dari dalam mulut si Katrine, terus saya masukin ke dalam vagina isteri saya.

Akh.. benar-benar nikmat, sambil terus saya dorong keluar-masuk. Katrine nggak tinggal diam, sambil meremas-remas payudara isteri saya, dia terus ngejilatin buah Zakar saya. Wah.. rasanya benar-benar.. RUUAARR BBIIAASA! Nggak lama kemudian, mungkin karena sudah terlalu terangsang, isteri saya menjerit kecil..

Meneriakkan kepuasan.. Sehingga saya merasakan sesuatu yang sangat hangat di dalam lubang vaginanya. Melihat isteri saya sudah selesai, si Katrine langsung bertanya dengan wajah harap-harap cemas.

“Ngg.. Sekarang saya boleh nggak ngerasain tusukan suami kamu, May?”

“Tentu aja boleh, Kat..” jawab isteri saya sambil mencium bibir si Katrine. Mendapat lampu hijau, Katrine langsung mengambil burung saya yang sudah lengket (tapi masih tegang benar) terus dibimbingnya ke dalam lubang vaginanya yang ditutupi semak belukar.

“Aaakkhh..” desis si Katrine setelah saya dorong burung saya pelan-pelan.
“Ayo, Dan.. Terus, Dan.. I Love You..” kelihatannya si Katrine benar-benar mendapatkan kenikmatan yang luar biasa. Sambil saya goyang-goyang, isteri saya menjilati teteknya si Katrine. “Aduh, May.. Dan.. I love you both..”

Pokoknya selama saya dan isteri saya bekerja, mulut si Katrine mendesis-desis terus. Kemudian, mungkin karena isteri saya nggak mau ngedengerin desisan si Katrine terus, akhirnya dia bangun dan mengarahkan vaginanya ke muka si Katrine.

Dengan sigap Katrine menyambut vagina isteri saya dengan juluran lidahnya. Sampai kira-kira sepuluh menit kita bertiga dalam posisi seperti itu, akhirnya saya sudah benar-benar nggak tahan lagi.. dan.. ahh.. saya merasakan desakan si Katrine mengencang, akhh..

Akhirnya jebol juga pertahanan saya. Dan disaat yang berbarengan kita bertiga merasakan suatu sensasi yang luar biasa.. Kita bertiga saling merangkul sekuat-kuatnya, sampai.. Aahh..

Begitulah, Dominobet aplikasi itu kita bertiga terkulai lemas sambil tersenyum puas..

“Thank you Danny, .. Maya.. Ini benar-benar pengalaman yang luar biasa buat saya..”
“Ha.. ha.. ha.. Sama, Kat.. saya juga benar-benar merasakan nikmat yang yang nggak pernah saya bayangin sebelumnya. Sayang suami kamu nggak ikut yah, Kat,” kata isteri saya.

“Gimana kalau kapan-kapan kita ajak suami kamu sekalian, boleh nggak, Kat?”
“Benar May.. Ide yang bagus, tapi kita nggak boleh ngomong langsung, May.. Musti kita pancing dulu..” kata si Katrine.

“Setuju,” sahut isteri saya.
“Gimana Dan.. Boleh nggak?”

Untuk sesaat saya nggak bisa menjawab. Bayangin, masa saya musti berbagi isteri saya sama suaminya si Katrine? Rasanya perasaan cemburu saya nggak rela. Tapi, ngebayangin sensasi yang akan terjadi kalau kita main berempat sekaligus.. Wah..

“Boleh, nanti kamu atur yah, Kat.. Biar saya bisa ngerasain lagi hangatnya lubang vagina kamu.. Ha.. ha..” akhirnya saya menyetujui.

 

Selasa, 11 April 2023

Cerita Sexs Birahi Antara Ibu Dan Anak

Birahi Ibu Dan Anaknya Ibu Raisa berusia 47 tahun, pekerjaannya sebagai karyawan perusahaan asuransi di kota Jakarta. Penampilannya sangat menarik. Wajah ayu karena ia adalah seorang peranakan ArabSundaJawa. Postur tubuhnya tinggi, montok dan berisi. Payudaranya besar, mengkal, meski agak turun menyerupai buah kelapa. Pinggangnya Dominobet apk download dan makin ke bawah pinggulnya membesar seperti gentong besar. Bokongnya bulat, besar, dan kencang mendongak seperti bebek yang megalmegol bila ia berjalan. Kakinya panjang indah menyerupai kaki belalang.

Betis halus mulus berbentuk bulir padi yang berisi ditumbuhi bulu bulu halus yang kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Pahanya makin ke atas makin membesar dan bulu halus itupun makin ke atas makin jelas menghiasinya. Gerakgeriknya lembut keibuan dan tenang penuh kematangan. Suaranya merdu agak mendesah dan menggairahkan. Suaminya bernama Pak Ario, berumur 53 tahun dan bekerja di perusahaan minyak asing. Dari perkawinan mereka, dikaruniai 3 orang anak. Dua orang anaknya meninggal karena kecelakaan mobil sewaktu mereka kecil, sedangkan yang masih hidup cuma Kevin yang sudah berusia 18 tahun dan duduk di bangku SMU.

Keinginan untuk memiliki anak sudah tidak memungkinkan lagi karena rahim Bu Raisa sudah diangkat karena adanya gejala kanker rahim. Karenanya perhatian mereka terhadap Kevin sangatlah berlebihan. Sejak kecil mereka selalu memanjakan Kevin dan memenuhi semua permintaannya apapun itu. Bila Kevin masuk angin sedikit saja mereka akan dibuatnya kalang kabut. Kejadian diawali ketika Pak Ario tugas meninjau ladang minyak baru di lepas pantai. Di rumah cuma ditunggui oleh Bu Raisa, Kevin dan seorang pembantu setengah baya Mbok Sumirin namanya.

Seperti biasa, pada malam hari Kevin sedang belajar untuk menghadapi Ebtanas minggu depan. Ia tengah sibuk berkutat dengan soalsoal latihan ketika ibunya datang membawa makanan kecil untuknya sambil menenteng majalah. Vin, ini ada oleholeh dari Bogor tadi siang untuk menemani kamu belajar, kata ibunya sambil meletakkannya di atas meja belajar Kevin. Kapan Ibu datang, kok suara mobilnya tidak kedengaran, tanya Kevin sambil tetap memelototi soalsoal sulit di depannya. Baru saja Vin, ini ibu sudah pakai baju mandi mau mandi, jawab ibunya.

Sambil menunggu air panasnya Ibu mau membaca majalah dulu di kamarmu, sambung ibunya sambil merebahkan diri di ranjang yang membelakangi meja belajar Kevin. Ya, boleh saja tapi jangan sampai ketiduran nanti malah nggak jadi mandi, timpal Kevin. Singkat cerita Kevin kemudian berkonsentrasi lagi dengan belajarnya. Akhirnya setelah hampir 1 jam ia merasakan matanya mulai lelah, ia memutuskan untuk tidur saja. Sewaktu Kevin beranjak dari kursinya dan membalikkan badannya, tatapannya terpaku pada sosok tubuh montok yang teronggok di atas ranjangnya. Rupanya karena terlalu kelelahan, ibunya ketiduran. Posisi tidurnya tidak karuan.

Tangannya telentang sementara kakinya mengangkang lebar seperti orang yang sedang melahirkan. Baju mandi ibunya yang panjangnya selutut nampak tersingkap sehingga paha putih mulus ibunya bisa terlihat jelas. Kevin bingung, apakah harus membangunkan ibunya atau menikmati pemandangan indah dan langka ini dulu. Sebelumnya ia tidak pernah berpikiran kotor terhadap ibunya sendiri tapi entah kenapa dan setan mana yang merasuki dirinya sehingga ia merasakan rangsangan ketika melihat paha ibunya yang tersingkap. Perlahan didekatinya tepian ranjang dengan hati berdebardebar.

Diperhatikan dengan seksama tubuh ibunya yang montok dan wajahnya yang ayu keibuan dari ujung kaki sampai ujung kepala. Kevin menyadari ternyata ibunya sangat cantik dan menggairahkan. Kemudian dengan tangan gemetaran diberanikannya dirinya mengeluselus kaki ibunyna sampai ke paha. Begitu halus, lembut dan hangat kulit ibunya ia rasakan. Ketika menyentuh paha yang ditumbuhi bulubulu halus, Kevin merasakan kehangatan yang makin terasa mengalir ke telapak tangannya. Kemaluannya menjadi menegang keras dan membuat celananya terasa sesak dan ketat. Jantungnya makin berdegup kencang ketika ia meneruskan belaian tangannya makin jauh ke arah pangkal kaki yang masih tertutupi Dominobet apk download mandi ibunya.

Kulit tangannya merasakan hawa yang makin hangat dan lembab ketika tangannya makin jauh menggerayangi pangkal kaki ibunya yang bak belalang itu. Gerakannya terhenti ketika ia merasa telah meraba bulubulu halus yang lebat sekali dan menyentuh gundukan daging yang begitu lunak dan hangat. Beberapa saat ia merabaraba gundukan daging lunak hangat itu. Akhirnya dengan rasa penasaran ia singkapkan baju mandi ibunya ke atas. Sehingga kini di depan matanya teronggok bagian selangkangan dan pinggul ibunya yang besar dan montok. Bulubulu halus yang sangat lebat nampak tumbuh di sekitar anus, kemaluan sampai perut bagian bawah. Begitu panjangpanjang dan lebatnya bulu kemaluan ibunya sampai kemaluan ibunya agak tertutupi.

Kemudian dengan tangannya ia sibakkan bulubulu kemaluan di sekitar kemaluan ibunya. Sehingga kini kemaluan ibunya nampak jelas terlihat. Gundukan daging yang memanjang membujur di selangkangan kelihatan empuk dan menggunung berwarna agak kegelapan. Bila diperhatikan bentuknya mirip mulut monster berkerutkerut. Ini pasti yang namanya labium mayora (bibir besar) seperti dalam atlas anatomi, batin Kevin. Dari celah atas bibir monster yang besarnya setempurung kelapa itu tampak menonjol keluara bulatan daging sebesar kacang tanah yang berwarna kemerahmerahan.

Kalau yang ini pasti yang namanya kelentit, pikir Kevin lagi sambil mengusapusap tonjolan liat itu. Kemudian jarinya ia gerakkan ke bawah menyentuh lipatlipat daging yang memanjang yang mirip daging pada kantong buah pelir lakilaki. Wah, ternyata labium minora Ibu sudah memble begini, pasti karena terlalu sering dipakai Bapak dan untuk melahirkan, batin Kevin. Hidungnya lalu disorongkan ke muka kemaluan sebesar mangkok bakso itu. Sambil membelaibelai bebuluan yang mengitari kemaluan ibunya itu, Kevin menghiruphirup aroma harum khas kemaluan yang menyengat dari kemaluan ibunya itu. Tak puas dengan itu, ia meneruskan dengan jilatan keseluruh sudut selangkangan ibunya.

Sehingga kini kemaluan di hadapannya basah kuyup oleh air liurnya. Dijulurkannya panjangpanjang lidahnya ke arah klitorisk dan menggelitik bagian itu dengan ujung lidahnya. Sementara tangan satunya berusaha melepaskan ikatan tali baju mandi, dan setelah lepas menyingkapkan baju itu sehingga kini tubuh montok ibunya lebih terbuka lagi. Muka Kevin sampai terbenam seluruhnya dalam kemaluan ibunya yang sangat besar itu, ketika dengan gemas ia menempelkan mukanya ke permukaan kemaluan ibunya agar lidahnya bisa memasuki celah bibir monster itu. Usahanya tidak berhasil karena bibir itu terlalu tebal menggunung sehingga ujung lidahnya hanya bisa menyapu sedikit ke dalam saja dari celah bibir monster itu. Ia merasakan gundukan daging itu sangat empuk, hangat dan agak lembab.

Sementara itu Bu Raisa masih tetap lelap dalam mimpinya dan tidak menyadari sedikitpun apa yang dilakukan anak yang sangat disayanginya terhadap dirinya. Tampaknya ia benarbenar kelelahan setelah seharian tadi pergi keluar kota menghadiri resepsi pernikahan kerabat jauhnya. Dengkurannya malah makin keras terdengar. Sambil tetap membenamkan mukanya ke kemaluan besar itu, Kevin meraih payudara ibunya yang sebesar buah kelapa dengan tangannya. Diremasremasnya perlahan payudara mengkal yang putih mulus itu. Rasanya hangat dan kenyal. Lalu tangannya berpindah di sekitar puting susu gelap kemerahan yang dilingkari bagian berwarna samar yang berdiameter lebar.

Ketika tangannya memijitmijit puting susu itu dengan lembut, ia merasakan payudara ibunya bertambah kencang terutama di bagian puting tersebut. Denyutandenyutan di celah kemaluan ibunya juga terasa oleh bibirnya. Sementara itu dalam tidurnya ibunya terlihat bernapas dengan berat dan mengerang perlahan seperti orang yang sedang sesak napas. Melihat ekspresi muka ibunya yang seperti orang sedang orgasme dalam filmfilm porno yang pernah ditontonnya, Kevin makin gemas. Sehingga sambil lidahnya menggelitik klitoris ibunya, ia menusuknusukkan jari tangannya ke dalam celah kemaluan itu. Makin ke dalam rasanya makin hangat, lembab dan lunak.

Ada pijitan pijitan lembut dari lubang vagina ibunya yang membuat jari tangannya seperti dijepitjepit. Makin lama lubang itu makin basah oleh cairan bening yang agak lengket, sehingga ketika jari tangannya ditarik terlihat basah kuyup. Ibunya kini makin keras mengerang dan terengahengah dalam tidurnya. Rupanya ia merasakan kenikmatan dalam mimpi, ketika kemaluan dan payudaranya dijadikan barang mainan oleh anaknya. Pinggulnya mulai menggeliatgeliat dan kakinya ikut menendangnendang kasur. Melihat tingkah ibunya yang sangat menggoda itu, Kevin tanpa banyak berpikir lagi segera melepaskan kaos dan celananya. Sehingga kini ia berdiri di depan tubuh bugil ibunya dengan keadaan bugil pula.

Badannya terlihat besar dan kekar serta penisnya mencuat kokoh dan besar ke atas. Uraturat penis itu tampak beronjolan seperti ukiran yang mengelilingi penisnya yang berukuran panjang 20 cm dan diamerer batang 5 cm. Kepala penisnya yang sebesar bola tenis terlihat kemerahmerahan dan menganggukangguk seperti terlalu besar untuk dapat disangga oleh batang kemaluannya. Ia ingin menusukkan batang penisnya ke dalam kemaluan ibunya, tapi ia raguragu apakah lubangnya tadi cukup. Ia kini membandingkan ujung penisnya dengan kemaluan ibunya yang sebesar mangkuk bakso.

Sepertinya bisa jika dipaksakan, pikirnya kemudian. Lalu ia naik ke atas ranjang dan menekuk kakinya di antara kangkangan lebar kaki ibunya. Ditempelkannya ujung penisnya ke celah mulut monster yang hangat dan lunak itu. Dengan diarahkan satu tangannya ia berusaha menusukkankan penisnya ke mulut vagina yang berwarna kemerahan setelah sebelumnya celah bibir itu dikuakkan lebarlebar dengan tangan satunya lagi. Mulut liang peranakan ibunya terasa sempit sekali, tapi karena adanya lendir yang sudah keluar tadi membuatnya agak licin. Dengan mendorong pantatnya kuatkuat, sebagian kepala penisnya berhasil masuk dijepit mulut vagina yang kelihatan rapat tersebut.

Kevin merasakan agak sedikit pegal di kepala penisnya karena jepitan kuat muulut vagina. Sementara ibunya mulai memperlihatkan kesadaran dari tidurnya. Sebelum ibunya benarbenar terjaga, Kevin menekankan kuatkuat pinggulnya ke arah selangkangan ibunya sambil merebahkan diri diatas tubuh bugil ibunya. Kemaluannya dengan cepat menerobos masuk dengan cepat ke dalam lubang yang relatif sempit itu. Bunyi Prrtt.. nampak keras terdengar ketika penis besar Kevin menggesek permukaan liang senggama ibunya. Bu Raisa segera terjaga ketika menyadari tubuhnya terasa berat ditindih tubuh besar dan kekar anaknya.

Sementara itu kemaluannya juga agak nyeri dan seperi mau robek karena dorongan paksa benda bulat panjang yang yang sangat besar. Ia merasa selangkangannya seperti terbelah oleh benda hangat dan berdenyutdenyut itu. Perutnya agak mulas karena sodokan keras benda itu. Liang peranakannya terasa mau jebol karena memuat secara paksa benda besar yang terasa sampai masuk rahimnya itu. Ketika didapatinya anaknya yang melakukan ini semua terperanjatlah Bu Raisa. Segera berusaha mendorong tubuh kekar anaknya yang mendekap erat di atas tubuhnya yang tanpa busana lagi.

Kakinya menjejakjejak kasur dan pinggulnya ia goyanggoyangkan dan hentakhentakkan untuk melepaskan kemaluannya dari benda sebesar knalpot motor. Tapi Kevin makin merasa keenakan dengan gerakan merontaronta ibunya itu karena penisnya menjadi ikut terguncangguncang di dalam liang peranakan. Ia merasakan liang itu terasa sangat hangat dan berdenyutdenyut memijit kemaluannya. Tubuh montok ibunya yang didekap erat terasa hangat dan empuk.

Vin apa yang kamu lakukan pada Ibu, lepaskan, lepaskan..! teriak ibunya pelan karena takut membangunkan Mbok Sumirin sambil tetap menggeliatgeliatkan tubuh montoknya berusaha melepaskan diri. Bu, Kevin ingin dikelonin kayak dulu lagi, Kevin merengek sambil makin menekan tubuh polos ibunya. Vin. Ini nggak boleh Vin. Aku kan ibumu, nak, kata ibunya yang kini sudah mulai mengendurkan perlawanannya yang siasia. Posisinya memang sudah kalah. Tubuhnya sudah ditelanjangi, didekap kuat serta kakinya mengangkang lebar sehinnga selangkangannya terkunci oleh benda besar irtu. Bu, Kevin pokoknya ingin dikelonin Ibu. Kalau nggak mau berarti Ibu nggak sayang lagi sama Kevin.

Kevin mau cari pelacur saja di pinggir jalan, sahut Kevin dengan nada keras. Jangan, Kevin nggak boleh beginian dengan wanita nakal. Nanti kalau kena penyakit kotor, Ibu yang sedih, kata ibunya pelan sambil mengusap rambut Kevin perlahan. Ya, sudah karena sudah terlanjur malam ini, Kevin Ibu kelonin. Tapi jangan beritahu Bapakmu, nanti ia bisa marahmarah, sambung ibunya pelan sambil tersenyum penuh kasih sayang. Jadi Kevin boleh, Bu. Terima ksih Ya, Bu. Kevin sayang sekali sama Ibu, kata Kevin sambil mengecup pipi ibunya. Iya, Ibu juga sayang sekali sama Kevin. Makanya Kevin boleh sesukanya melakukan apapun pada Ibu. Yang penting Kevin nggak mengumbar nafsu ke manamana.

Janji, ya Vin, kata ibunya. Iya Bu, Kevin juga nggak mau sama yang lain karena nggak ada yang secantik dan sesayang Ibu, kata Kevin dengan mengendorkan dekapan kuatnya sehingga kini ibunya tidak merasa terlalu berat lagi menahan beban tubuhnya yang sudah berat itu. Tapi Kevin harus melakukannya dengan pelan. Sebab punya Kevin terlalu besar, tidak seperti biasanya yang sering Bapakmu masukkan ke dalam punya ibu, kata Bu Raisa meminta pengertian Kevin. Memang postur tubuh Kevin mengikuti garis keturunan Bu Raisa, tidak seperti bapaknya yang pendek dan kecil.

Sudah, sekarang punya Kevin digerakkan pelanpelan naikturun. Tapi pelan ya Vin! perintah ibunya lembut pada Kevin sambil membelaibelai rambut anaknya penuh kasih sayang. Kini Kevin mulai menggerakgerakkan penisnya naikturun perlahan di dalam liang sempit yang hangat itu. Liang itu berdenyutdenyut, seperti mau melumat kemaluannya. Rasanya nikmat sekali. Kini mulutnya ia dekatkan ke mulut ibunya. Mereka pun berciuman mesra sekali, saling menggigit bibir, berukar ludah dan mempermainkan lidah di dalam mulut yang lain. Tangan Kevin mulai menggerayangi payudara putih mulus yang sudah mengeras bertambah liat itu. Diremasremasnya perlahan, sambil sesekali dipiojitpijitnya bagian puting susu tang sudah mencuat ke atas.

Tangan Bu Raisa membelai belai kepala anaknya dengan lembut. Pinggulnya yang besar ia goyanggoyangkan agar anaknya merasakan kenikmatan di dalam selangkangannya. Sementara vaginanya mulai berlendir lagi dan gesekan alat kelamin ibu dan anak itu menimbulkan bunyi yang seretseret basah. Prrtt.. prrtt.. prrtt.. ssrrtt.. srrtt.. srrtt.. pprtt.. prrtt.. Penis besar anaknya memang terasa sekali, membuat kemaluannya seperti mau robek. Vaginanya menjadi membengkak besar kemerahmerahan seperti baru melahirkan. Membuat syarafsyaraf di dalam liang senggamanya menjadi sangat sensirif terhadap sodokan kepala penis anaknya.

Sodokan kepala penis itu terasa mau membelah bagian selangkangannya. Belum lagi uraturat besar seperti cacing yang menonjol di sekeliling batang kemaluan anaknya membuat Bu Raisa merasakan nikmat. Meski agak pegal dan nyeri tapi rasa enak di kemaluannya lebih besar. Ia merasakan seperti saat malam pertama. Agak sakit tapi enak. Lendirnya kini makin banyak keluar membanjiri kemaluannya, karena rangsangan hebat pada Bu Raisa. Ketika Kevin membenamkan seluruh batang kemaluannya, Bu Raisa merasakan seperti benda Dominobet apk download dan hangat berdenyutdenyut itu masuk ke rahimnya. Perutnya kini sudah bisa menyesuaikan diri tidak mulas lagi ketika saat pertama tadi anaknya menyodoknyodokkan penisnya dengan keras.

Bu Raisa kini mulai menuju puncak orgasme. Vaginanya mulai menjepitjepit dengan kuat penis anaknya. Kakinya diangkatnya menjepit kuat pinggang anaknya dan tangannya menjambakjambak rambur Aanaknya. Dengan beberapa hentakan keras pinggulnya, muncratlah air maninya dalam lubang kemaluannya menyiram dan mengguyur kemaluan anaknya. Setelah itu Bu Raisa terkulai lemas di bawah tubuh berat anaknya. Kakinya mengangkang lebar lagi pasrah menerima tusukantusukan kemaluan Kevin yang semakin cepat. Tangannya menelentang, memperlihatkan bulu ketiaknya yang tumbuh subur lebat dan panjang. Mengetahui hal itu Kevin melepaskan kulumannya pada mulut ibunya agar ia bisa bernafas lega.

Bu Raisa tampak terengahengah seperti baru lari maraton. Ibu sudah tua, Vin. Nggak kayak dulu lagi bisa tahan sampai lama. Tenaga dan kondisi fisik Ibu tidak sekuat dulu lagi. Jadi, Ibu tidak bisa mengimbangi kamu, bisik ibunya sambil mengatur napas. Keringat Bu Raisa nampak bercucuran dari sekujur tubuhnya membuat hawa semakin hangat. Tanpa merasa lelah Kevin terus memacu penisnya dan sesekali menggoyanggoyangkan pinggulnya. Sepertinya ia ingin mengorekngorek setiap sudut jalan bayi yang dulu dilaluinya. Suara bunyi becek makin keras terdengar karena liang itu kini sudah dibanjiri lendir kental yang membuatnya agak lebih licin.

Bu Raisa mulai merasakan pegal lagi di kemaluannya karena gerakan anaknya yang bertambah liar dan kasar. Tubuhnya ikut terguncangguncang ketika Kevin menghentakhentakkan pinggulnya dengan keras dan cepat. Plok.. plokk.. ploll.. plookk.. crrpp.. crrpp.. crrpp.. srrpp.. srrpp.. Bunyi keras terdengar dari persenggamaan ibu anak itu. Vin pelan, Vin..! desis ibunya sambil meringis kesakitan. Kemaluannya terasa nyeri dan pinggulnya pegal karena agresivitas anaknya yang seperti kuda liar. Kevin yang merasakan dalam selangkangannya mulai terkumpul bom yang mau meledak tidak menyadari ibunya sudah kewalahan, malahan terus mempercepat gerakannya. Bu Raisa hanya bisa pasrah membiarkan dirinya diperlakukan seperti itu.

Ia tidak ingin mengganggu kesenangan anaknya. Baginya yang lebih penting hanyalah bisa memberikan tempat penyaluran kebutuhan biologis yang aman dan nyaman untuk anak yang disayanginya. Kakinya menjejakjejak kasur dan pinggulnya yang besar disentaksentakkannya perlahan untuk mengimbangi rasa nyeri dan pegal. Napasnya mendesahdesah seperti orang kepanasan habis makan cabai dan tangannya menjambak rambut anaknya. Kini Kevin sudah mencapai orgasme. Dipagutnya leher jenjang ibunya dan ditekankannya badannya kuatkuat sambil menghentakkan pinggulnya keras berkalikali membuat tubuh ibunya ikut terdorong.

Muncratlah air mani dari penisnya mengguyur rahim dan kemaluan ibunya. Karena banyaknya sampaisampai ada yang keluar membasahi permukaan sprei. Sementara Bu Raisa merasakan tulangtulang di daerah pinggulnya seperti rontok, karena sodokan bertenaga dari anaknya. Tapi ia bahagia karena anaknya bisa mendapatkan kepuasan dari tubuhnya yang sebenarnya sudah tua. Kevin akhirnya terbujur lemas di atas tubuh ibunya dengan keringat bercucuran membasahi tubuh keduanya. Dikecupnya lembut bibir ibunya. Bu, terima kasih, yaa. Kevin sayang sekali dengan Ibu, bisik Kevin terengahengah mengatur napasnya kembali. Ibu juga, sayang, desah Bu Raisa pelan sambil membelai rambut anak semata wayangnya..